Part 19 - Kembalinya Sang Pembully

156 12 23
                                    

Akupun bangun dari dudukku dan berjalan kearah loker sambil memegang buku yang tadi dipakai untuk diganti dengan buku yang lain untuk pelajaran selanjutnya. Tiba-tiba...

~CAN I?~

"Heh!", kata suara perempuan yang aku kenal tapi aku benci karena mendengarnya disini, sangat benci. Akupun menghiraukannya dan tidak menyahut sama sekali.

"Heh, gendut! Dipanggil kok nggak dijawab?! Budek ya?!", katanya yang mulai kesal.

"Oh? Lu panggil gue?", kataku sambil membalikkan tubuhku untuk menghadapnya.

"Berani lu sama gue?", katanya sok jago.

"Ok, pertama nama gue bukan heh. Kedua mata lu udah rusak apa? Lu bilang gue gendut padahal nggak. Ketiga gue nggak budek. Keempat gue BERANI SAMA LO.", kataku sambil menekan kalimat terakhir dengan nada kelewat santai.

"Awas lu deket-deket sama Rifan!", katanya sambil menunjukku lalu berjalan menjauh dariku.

"Rifaneun dangsini anibnida.", kataku sebelum dia terlalu jauh dariku. Aku mencoba memakai Bahasa Korea sebagai latihan pertamaku setelah belajar tadi.

"Apaan sih?!", katanya lalu berjalan dengan cepat. Sepertinya dia tidak mengerti Bahasa Korea? Bodoh sekali.

"Hangugeoleul ihaehaji moshabnikka? maeu meongcheonghan!", kataku dengan muka meremehkan dan sedikit teriak karena orang itu mulai jauh dariku. Dan itu menyebabkan hampir semua orang mendengarnya, dan mereka tertawa lepas.

Karena orang itu tidak mengerti dan merasa bahwa dialah yang di tertawakan, dia langsung berlari kearah lift dan dengan cepat menekan tombol lift agar pintu lift tertutup. Kurasa, aku baru saja membully seorang pembully.

Dia adalah salah satu pembully disekolah yang membully tidak secara langsung. Dia awalnya anak baru yang baik, tapi dia masuk geng yang salah sampai dia bisa seperti itu. Dia bukan ketuanya.

Dia juga K-Popers yang tak di sangka bisa diterima di sekolah ini. Dia juga menyukai Rifan, dan dia merasa bahwa Rifan itu miliknya karena Rifan pernah menyukainya, tapi sekarang aku tidak tau apakah Rifan masih menyukainya atau tidak.

(Nggak author kasih tau dulu namanya)

Akupun berjalan kearah mini kantin, aku malas untuk ke lantai bawah. Di sepanjang lorong, semua orang melihat ke arahku. Mungkin karena kejadian yang tadi. Haniapun menghampiriku dan berjalan di sebelahku.

"Itu tadi siapa Nau?", tanya Hania

"Pembully di sekolah yang lama, mungkin bakal jadi pembully di sekolah ini juga.", kataku menjelaskan ke Hania.

"Oh.", jawab Hania. Hania tau bahwa sekarang moodku sedang tidak baik. Kita berdua masuk ke dalam mini kantin itu.

FYI, semua barang di kawasan KIS di beli dengan rupiah, jadi para KISS tidak perlu ke money changer dulu untuk menukar uang rupiah menjadi won.

Akupun membeli es jeruk, aku tidak lapar dan sudah lama aku tidak meminum minuman kesukaanku ini. Aku bahkan membeli 3 gelas, itu bisa menunjukkan kepada Hania bahwa aku haus atau aku suka minumannya.

CAN l? {✔️}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang