Part 23 - Nilai & Penentuan Team

150 12 2
                                    

Mereka menyelesaikan penampilannya dengan baik. Cukup bagus dan menarik karena mereka sama seperti teamku, dance sambil bernyanyi.

~CAN I?~

2 jam lebih kemudian...

Semua sudah tampil dan saatnya naik ke panggung untuk penentuan team. Semua sudah berdiri diatas panggung yang lumayan dingin udaranya karena kita berkeringat. Tidak ada yang memakai coat karena kita juga tidak ada yang membawa coat.

Penentuan team dimulai dari Rap team perempuan & laki-laki. Lalu Dance team perempuan, inilah saat yang paling menegangkan. Aku sangat gugup.

"Kita mulai dari tengah! Untuk B team adalah Dance team... 2! Selamat!", kata Hyorin eonni semangat.

"Untuk C team adalah Dance team... 4! Selamat dan jangan berkecil hati!", kata Hyorin eonni menyemangati.

"Untuk A team adalah Dance team...3! Selamat untuk kalian dan selamat untuk Dance team 1 yang menjadi S team!", kata Hyorin eonni disusul dengan tepuk tangan dari penonton.

Dibalik kebahagian teamku, ada 2 pasang mata yang sinis melihat kearah teamku. Padahal dia sudah mendapat posisi A team tapi tetap saja tidak bersyukur.

17.30 KST

"Din, temenin kebawah yuk! Aku pengen ke laundry.", kataku kepada Dinta sambil memasukkan baju kotor kedalam tote bag.

"Yaudah, tapi bayarin laundry aku yak!", kata Dinta sambil senyum-senyum.

"Nggak ah! Aku mau nabung buat beli lightstick bts mots 7 special edition.", kesalku. Aku memang ingin menabung agar bisa membeli lightstick itu. Dinta hanya cemberut.

"Aku pergi ya! Kalo nggak mau ke café dideket taman itu, nggak usah ikut!", kataku sembari membuka pintu kamar dan bersiap untuk pergi. Dinta memang sangat ingin pergi ke café itu, tapi dia tidak mau pergi sendiri.

"Eh iya aku ikut!", kata Dinta langsung memasukkan baju kotornya kedalam tote bag dengan terburu-buru.

Akhirnya aku dan Dinta pergi ke lantai bawah, lebih tepatnya ke tempat laundry dibelakang meja resepsionis.

Skip laundry, aku dan Dinta pergi ke café sambil menunggu laundrynya selesai. Saat kita masuk ke café, Dinta memasang raut wajah yang kaget karena design café itu.

"Nggak usah lebay! Biasa aja kali liatnya!", kataku sambil berjalan kearah tempat pesan.

"Emang kamu udah pernah kesini? Aku nggak pernah liat kamu kesini, kenapa muka kamu kalem-kalem aja kayak udah pernah kesini.", tanya Dinta menginvestigasiku layaknya detektif.

"Iya, aku dari hari Senin udah sering kesini sama—", kataku terpotong karena aku baru sadar bahwa aku hampir keceplosan.

Aku sering kesini bersama Garyu setiap pulang sekolah, dan hanya berdua. Aku takut masalah Arina itu terulang, padahal aku tidak sebodoh Arina.

Aku hanya sering kesini untuk mengobrol dengan Garyu dan meminum ice matcha latte. Garyu juga sering mentraktirku.

"Sama siapa?", tanya Dinta.

"Emang kamj nggak liat postingan di instagram aku? Kan aku sering ngepost foto-foto di café ini.", kataku sedikit mengubah jalan pembicaraan.

"Aku belum buka instagram dari kemaren gara-gara latihan mulu.", kata Dinta yang sangat dengan cepat teralihkan.

"Yaudah, kamu mau pesen apa?", tanyaku mulai tenang.

"Aku samain aja. Tenang, aku nggak minta dibayarin lagi. Nih!", kata Dinta sambil memberikan uangnya.

"Oke deh! Kamu duduk aja disitu, aku biasanya duduk disitu.", kataku sambil menunjuk tempat duduk dengan dinding yang dipenuhi poster BTS. Dinta berjalan ke tempat duduk dan aku memesan minumannya.

7 menit kemudian...

"Nih minumnya.", kataku sambil duduk di bangku dan memberikan minumnya Dinta.

"Itu laundry nggak papa ditinggal ya?", tanya Dinta.

"Nggak papa kok, tadi aku udah tanya ke resepsionis.", jawabku sambil meminum minumannya. Dinta hanya ber "oh" ria. Tidak ada yang berbicara lagi selain lantunan lagu di café itu.

"waeyo waeyo waeyo, neo eopsin wae naneun andoenayo. Dodaeche waeyo waeyo waeyo, just tell me neo anim andoenayo.", nyanyianku sambil menghabiskan minumanku sembari melihat kearah luar jendela.

"Nau, kamu nggak ada niat buat baikan sama Arina?", tanya Dinta tiba-tiba.

"Iya aku bakal baikan sama Arina kalo dia udah sadar kesalahannya, akj nggak minta dia buat putus sama si Awan itu. Kalo emang dia cinta sama Awan, yaudah. Aku cuma mau dia minta maaf dengan tulus, bukan minta maaf cuma buat manfaatin kita dan sekongkol sama si Keisha itu.", jelasku. Dinta tidak bersuara lagi karena dia sudah tau jawaban dari pertanyaannya.

Walaupun aku yang paling muda, tapi aku yang paling pintar dan aku bisa mengetahui penyebab suatu masalah.

Aku bisa menyelesaikan suatu masalah, tapi tidak dengan masalah ini. Yang bisa menyelesaikan masalah ini hanyalah Arina sendiri.

Dinta memang yang paling tua dan memiliki sifat keibuan, tapi ketika suatu masalah terjadi, dia tidak akan pernah peduli sampai aku yang menyelesaikannya.

Sedangkan Arina, dia memang yang paling dewasa, tapi dia gampang dibodohi. Jika suatu masalah terjadi, sifat dewasanya akan hilang begitu saja entah pergi kemana.

~CAN I?~

AUTHOR NOTES :

Hello gaiseu! Author berniat untuk triple up hari ini, biar utangnya lunas. Makanya author up pagi. Semoga masih mood ya author nulisnya.

Makasih yang udah baca cerita ini! Jangan lupa VOTE, COMMENT, SHARE, & FOLLOW ya! Daahhh! 🐼🖤🐼🖤🐼🖤🐼🖤🐼

CAN l? {✔️}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang