Part 33 - Hania Clara

166 10 6
                                    

30, April 2020 - 08.30 WIB

Hania POV - ON

"Iya, makasih ya Nau. Yaudah, assalamu'alaikum.", kataku lalu mematikan teleponnya. Hari aku sedang berada dirumah sakit di Indonesia.

Yap, adikku sedang melaksanakan operasi, aku benar-benar khawatir dan takut. Aku sedaritadi berjalan mondar-mandir didepan pintu ruang operasi.

Untungnya Naura tadi meneleponku dan memberi semangat, jadinya aku sedikit tenang. Aku benar-benar berterimakasih kepada Naura, dia sudah seperti keluarga bagiku.

Tidak mengerti lagi bagaimana ada orang sebaik Naura yang mau membantuku mengerjakan lagu comeback itu dan ia tidak mau menerima sepeserpun bayarannya.

Tidak lama, Calista, adikku keluar dari ruang operasi dan terbaring di kasur yang didorong suster keruangannya. Operasinya berhasil? Aku merasa lumayan lega dan berjalan mengikutinya ke ruangan.

Sesampainya di ruangan, aku duduk di kursi disamping tempat tidur Calista. Calista masih terkena efek bius, jadi dia akan sadar nanti. Akupun tertidur sampai waktu dzuhur.

"Hania? Bangun, wudhu dulu biar tante yang jagain Calista. Kamu sholat disini aja, kalo di musholla rawan penyebarannya.", kata seorang perempuan yang tidak lain adalah tante Oliv, istri dari bos almarhumah ibuku, dokter Ari atau om Ari.

Iya, om Ari yang dulu jatuh cinta pada almarhumah ibuku tapi cinta bertepuk sebelah tangan dan akhirnya menikah dengan tante Oliv, kepala mentri kesehatan.

Aku terbangun, aku mengangguk ke tante Oliv lalu aku berjalan ke kamar mandi yang ada di ruangan itu.

Setelah wudhu, aku mengambil mukenaku di tasku lalu sholat. Setelah sholat, aku berdo'a agar Calista cepat sadar. Lalu aku merapikan mukenaku.

"Tante, aku pengen beli makanan dikantin dulu." kataku sambil mengambil tas kecilku yang berisi ponsel dan dompet kecil.

"Oh? Tante panggil Ame dulu biar dia nemenin Calista disini. Soalnya tante juga harus balik ke kantor.", kata tante Oliv. Dia memanggil anaknya diluar ruangan.

Ya, tante Oliv dan om Ari pasti mempunyai anak. Mereka mempunyai dua anak, yang pertama namanya Aaron, seumuran denganku. Yang kedua namanya Amethyst, panggil saja Ame. Dia seumuran dengan Calista. Tante Oliv datang bersama dengan Aaron dan Ame.

"Em, Ame? Kamu bisa tolong jagain Calista? Kak Hania mau beli makan di kantin sebentar. Aaron? Kamu pergi sama Hania ke kantin ya? Mommy mau balik ke kantor, banyak kerjaan.", kata tante Oliv lembut kepada anak-anaknya.

Terkadang aku rindu dengan almarhumah ibu karena melihat tante Oliv yang sangat sayang kepada kedua anaknya. Tante Oliv bahkan menganggapku seperti anaknya juga.

"Iya.", kata Ame dan Aaron bersamaan. Tante Oliv keluar dari ruangan ini, lalu Ame duduk di kursi disebelah tempat tidur Calista.

Aku berjalan keluar ruangan meninggalkan Aaron, jujur aku tidak terlalu akrab dengannya. Aku berjalan kearah lift.

"Eh, tungguin dong Cla!", kata Aaron yang berlari lalu berjalan disampingku.

"Nama panggilan gue Hania, bukan Clara.", kataku dingin. Aku memang benci panggilan itu, karena yang selalu memanggilku dengan sebutan Clara adalah ayah. Dulu aku sangat senang dipanggil Clara, sampai akhirnya aku benar-benar membenci panggilan itu.

Aku masuk ke kantin dan membeli 2 roti kecil tuna mayo dan 1 botol kecil air mineral. Aku sebenarnya sangat lapar, tapi aku harus berhemat agar uangku tidak habis.

Setelah bayar, aku duduk berjarak di bangku kantin itu dan memakan 2 roti itu, seketika rotinya habis karena aku belum makan dari pagi dan sekarang sudah siang.

Aku masih lapar, tapi aku ingin menghilangkan laparku dengan meminum air saja. Lalu Aaron datang dan duduk didepanku.

Dia terkejut karena melihatku dengan cepat menghabiskan 2 roti itu. Lalu dia memberikanku 2 roti tuna mayo.

"Loh?", kataku terkejut karena Aaron memberikan rotinya.

"Udah makan aja. Lu nggak sarapan-kan Cla? Eh, maksudnya Han.", jawab Aaron. Aku tersenyum lalu  mengambil roti itu dan memakannya.

Setelah selesai makan, aku dan Aaron kembali ke ruangan itu lagi. Tapi kenapa Ame ada didepan pintu ruangan? Aku dan Aaron berjalan dengan cepat menghampiri Ame dengan raut wajah khawatir.

"Ame? Ada apa?", tanyaku.

"Calista sudah sadar kak. Tap—", jawab Ame yang terpotong.

"Oh? Terus kenapa kamu ada diluar? Calista ditinggal sendiri? Aku harus masuk melihat Calista.", kataku lalu aku membuka pintu ruangan dan masuk.

Aku melihat Calista sedang diperiksa oleh om Ari dan suster. Calista terlihat sangat lemas. Aku menghampiri mereka yang sedang sibuk memegang tangan Calista.

"K-kak Hania.", kata Calista sambil tersenyum senang tapi dia juga sedih.

"Calista? Kakak kangen kamu.", kataku sambil ikut tersenyum dan menangis terharu.

"K-kalo seandainya kakak b-bisa ngomong sesuatu ke ibu, kakak mau ngomong a-apa?", tanya Calista yang membuatku terkejut.

"Kakak cuma mau bilang kalo kakak sayang sama ibu, kakak akan selalu ngerawat Calista sampai sembuh total.", jawabku.

"B-baiklah kak. Aku akan menyampaikannya ke ibu.", kata Calista yang membuatku kaget bukan main.

"M-maksudnya? Calista, maksud kamu apa? Kamu pasti sembuh dan kamu bisa ke Korea sama kakak.", kataku sambil menintikkan air mata.

"M-makasih banyak kak udah jagain Calista selama ini, k-kakak bahagia ya disini. Calista udah kangen banget s-sama i-ibu, C-calista b-bakal nyampein pesan kakak ke ibu. Selamat tinggal kak.", kata Calista sambil menutup matanya perlahan.

Aku masih tidak percaya dengan ini semua, aku menangis sejadi-jadinya. Kenapa? Semuanya terjadi kepadaku padahal aku tidak pernah melakukan kesalahan.

Hania POV - OFF

~CAN I?~

AUTHOR NOTES :

Gimana-gimana? Seru tidak? Btw ini adalah part khusus yang author copy dari cerita SoftMinnie_ 💙. Kalian bisa baca ceritanya juga, judulnya Hope!

Makasih yang udah baca cerita ini! Jangan lupa VOTE, COMMENT, SHARE, & FOLLOW ya! Dadah! 🐾🖤🐾🖤🐾🖤🐾🖤🐾

CAN l? {✔️}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang