11. Kisah :: 10 September 2009

58 2 0
                                    

Jangan lupa vomments

Silahkan membaca

Lamongan, 10 September 2009 pukul 08.17 WIB

Aku sadar, sejak hari di mana Ayah membenturkan kepalaku ke tembok, aku berusaha meminimalisir untuk berinteraksi dengan Ayah. Jujur, aku takut pada Ayah. Kenangan malam itu terus terngiang di kepalaku. Bagaimana Ayah menyeret lalu membenturkan kepalaku. Mengingatnya saja hatiku merasa sakit.

Ibu semakin sibuk saja dengan kejar target menjahit kerudung demi mempertahankan hidup. Ayah masih sama, jarang pulang ke rumah dan emosinya selalu tidak terkontrol. Aku kasihan pada Ibu. Selain mendapatkan perlakuan kasar dari Ayah, Ibu juga mendapatkan celaan dan omongan dari para tetangga. Mengatakan bahwa Ibu tidak becus mengurus keluarga. Sebenarnya ingin sekali aku membantah tuduhan-tuduhan mereka, namun sekali lagi kenangan ketika Ayah memukulku lantas muncul. Takut-takut jika aku mendapatkan perlakuan yang sama dari orang lain.

Tidak hanya pada Ayah, aku juga menjaga jarak dengan orang-orang di sekitar. Bahkan pada Ibu, aku menjawab dengan seperlunya. Pada teman-teman dan guru di sekolah, aku hanya menjawab mereka dengan gerakan kepala atau kalau terpaksa harus berbicara, hanya beberapa kata. Anggap saja hidupku monoton, tapi hal itu aku alihkan dengan memaksimalkan waktuku untuk belajar. Tidak ada hal lain.

Aku berbeda dengan Wulan yang dulu. Tidak ada Wulan yang selalu menyapa, "Selamat pagi" ketika baru sampai di sekolah. Tidak ada lagi Wulan yang dengan senang hati maju ke depan untuk menyampaikan apa yang dimimta oleh guru. Yang ada hanyalah Wulan yang duduk diam dengan mencoret-coret acak buku tulisnya. Lalu di tengah coretan itu terdapat gambaran samar Ayah, Ibu, dan dirinya yang sedang bergandengan tangan.

Hanya samar lantaran aku yang mencoret-coret gambaran itu. Aku rasa, aku terlalu berharap. Aku takut kecewa dan terluka. Dunia tak semudah yang kuharapkan.

Tbc

17 Juni 2020
Tertanda,

Erina Putri

Akan Kuceritakan Semua Tentangku [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang