19. Kisah :: 17 Mei 2011

37 1 0
                                    

Jangan lupa vomments :)

Selamat membaca

Lamongan, 17 Mei 2011 pukul 22.26 WIB

Bisa dibilang, hari ini adalah hari di saat pertama kalinya seorang Wulan begadang. Mungkin bagi orang dewasa, jam sepuluh masih belum bisa dikatakan begadang. Namun, ini bagi anak umur delapan tahun. Jadi ya, anggap saja begitu. Apalagi aku belum tidur sejak pagi tadi ketika akan berangkat sekolah.

Kalau biasanya, sekalipun aku tidak tidur ketika hari sudah larut malam, setidaknya aku sudah terbangun. Bukan karena hal lain lagi, sudah jelas karena kegaduhan yang disebabkan ayah.

Mengingat ayah, aku lantas melihat seorang bayi mungil yang baru saja diletakkan di box kaca transparan oleh Bu Bidan. Sekedar informasi, ibuku baru saja melahirkan seorang jagoan yang akan melindungi beliau dan aku sekitar lima menit yang lalu. Kalau diperhatikan dengan seksama, adikku ini mirip sekali dengan ayah. Hidungnya mancung, bibirnya tipis, ditambah lagi dengan garis rahang yang seperti ayah. Mungkin Tuhan sudah merencanakan jika adik akan menjadi seseorang yang menyembuhkan bekas luka ibu dan aku dari seorang ayah.

Bapak, ayah dari ibuku, lantas membisikkan adzan dan iqomah di kedua telinga adikku secara bergantian. Aku mengalihkan pandangan menatap ibu. Raut wajah lelahnya nampak sangat jelas dilihat oleh mata. Air mata yang menetes di kedua sudut matanya menetes begitu saja ketika menatap box bayi itu.

Aku terdiam. Sepertinya aku tahu alasan ibu menangis. Ada beberapa kemungkinan. Satu, ibu menangis haru. Dua, ibu membayangkan jika seharusnya ayah kandungnya-lah yang akan membisikkan adzan dan iqomah pada adikku. Ketiga, ibu tidak kuasa menghadapi masa depan nantinya yang akan ia hadapi. Membesarkan dua orang anak tanpa suami. Dalam arti lain, adikku dan aku akan menjalani hidup tanpa sosok ayah.

Rasanya aku benci dengan fakta itu. Nanti, aku tidak akan bisa menyombongkan diri pada adikku jika aku bisa memeluk ayah dengan erat. Sedangkan dia masih harus digendong. Aku juga tidak akan bisa merasakan bertengkar dengan adik hanya agar bisa digendong di punggung ayah.

Semakin aku memikirkan, kenyataan itu semakin terasa. Perpisahan di depan mata. Dan kehancuran siap bertemu denganku.

Tbc

24 Juli 2020
Tertanda,

Erina Putri

Akan Kuceritakan Semua Tentangku [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang