30. Kisah :: 17 Agustus 2019

30 2 0
                                    

Selamat membaca

Lamongan, 17 Agustus 2019 pukul 10.02 WIB

Indonesia tengah merayakan hari kemerdekaannya yang ke-44 tahun. Meski seharusnya sekarang libur nasional, tetap saja upacara pengibaran bendera harus dilaksanakan di setiap sekolah. Tak terkecuali dengan sekolah tempatku mencari ilmu kali ini. Tahun ini aku resmi berstatus sebagai siswa SMA.

Tidak ada perubahan yang signifikan. Aku tetap menjadi Wulan yang pendiam, introvert, bahkan lebih ke acuh tak acuh. Mungkin itulah yang membuatku tidak memiliki teman bahkan satupun. Apalagi di kelasku ada 29 siswa dan siswi. Angka ganjil dengan 17 siswi. Membuat seorang siswi harus duduk sendirian. Ya, siapa lagi kalau bukan aku. Itupun aku yang mengajukan diri karena lebih ke tahu diri dan nyaman saja.

Aku duduk di salah satu kursi yang disediakan di pinggir lapangan utama. Menyaksikan orang-orang berlalu lalang di lapangan sembari menggambar apa yang aku lihat di sebuah buku gambar. Setelah upacara, di sekolahku diadakan perlombaan agustusan untuk para guru dan karyawan. Sedangkan para murid bertugas sebagai peramai suasana.

Lucu memang. Orang yang selama ini kita hormati dengan panggilan Bapak dan Ibu Guru kini saling bersaing dengan karung yang membatasi lompatan mereka. Aku menggambar sketsa mereka di buku gambarku. Sembari sesekali mataku tak sengaja menatap punggung tanganku yang terdapat bekas luka bakar. Bekas luka bakarnya belum hilang, sama dengan bekas luka ingatan yang tidak kunjung hilang. Ayah. Luka itu karena ayah.

"Bagus juga gambaran kamu."

Suara itu membuatku menoleh mencari sumber suara. Mendapati seorang cowok menatap gambaranku sembari tersenyum.

Aku sontak menutup buku gambarku. Ingin menyembunyikan gambaranku dari penglihatannya. Lalu tanpa membalas pujiannya aku berdiri dan berjalan hendak meninggalkannya.

"Aku Exan, Jan Alexander, sebelas bahasa dua. Aku penggemar gambaranmu," teriaknya. Refleks saja, aku menoleh menatapnya dengan dahi berkerut. "Sri Wulan Muti," lanjutnya seraya melihat name tag yang ada di baju seragamku.

Tanpa mengindahkan lagi, aku melanjutkan langkahku dengan sebuah nama yang selalu terlintas di kepalaku.

Jan Alexander. Exan. Sebelas bahasa dua.

Tbc

8 November 2020
Tertanda,

Erina Putri

Akan Kuceritakan Semua Tentangku [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang