31. Kisah :: 19 Agustus 2019

37 1 0
                                    

Selamat membaca

Lamongan, 19 Agustus 2019 pukul 08.20 WIB

Semua berjalan seperti biasa. Tidak ada yang berubah dalam hidupku. Hanya saja kali ini, setelah upacara rutin hari senin aku tidak langsung balik ke kelas namun aku pergi ke koperasi sekolah untuk membeli air mineral terlebih dahulu. Karena keteledoranku, aku lupa membawa air minumku sendiri.

Koperasi sekolahku tidak hanya menjual alat tulis serta perlengkapan sekolah, di sana juga menjual air mineral serta makanan dan minuman ringan lainnya. Sebut saja susu, roti, dsb.

"Eh, sama yang lebih tua minggir dong," teriak seseorang, membuatku yang seharusnya maju di barisan paling depan antrian malah mundur beberapa langkah. Ternyata orang itu tidak sendiri, dia bersama dengan empat orang lainnya menerobos masuk ke dalam antrian untuk membayar.

Kebiasaan. Manusia yang ingin menang dan seenaknya sendiri. Aku yang tak ingin menciptakan masalah lebih memilih mengalah dengan sahutan-sahutan tidak terima bergema.

"Yaelah, nggak malu sama yang lebih muda?"

Lima orang yang menerobos antrian tadi mengurungkan niat mereka untuk membayar. Sontak saja, semua yang ada di koperasi saat itu memusatkan pandangannya pada seorang cowok dengan senyuman miring yang dia perlihatkan.

Exan. Dia Exan. Cowok yang bertemu denganku beberapa hari yang lalu. Aku mengenalinya. Jelas. Dia satu-satunya orang asing yang mengagumi gambaranku.

"Maksudmu apa?" Seorang cowok bertubuh gempal dibanding empat teman lainnya mendekat ke tempat Exan berdiri. Mendorong Exan dengan menggunakan jari telunjuknya. Tentu saja Exan terhuyung.

Exan mendecih. "Baru kali ini aku menemukan orang jadi tua kok bangga."

"Ngajak ribut?" tantangnya.

"Silahkan saja." Exan mengendingkan bahu. "Kalau kamu ingin mengerjakan soal UN kamu di balik jeruji besi," sambungnya.

Cowok bertubuh gempal tadi bergeming. Tanpa kata, dia berbalik, mengembalikan makanan yang urung dia beli lalu mengajak teman-temannya pergi meninggalkan koperasi.

Saat suasana yang masih menegangkan itu, Exan melihatku kemudian berjalan ke arahku. Dia berhenti tepat di hadapanku lalu berkata, "Kalau mengalami ketidakadilan itu dilawan, bukan dibiarkan."

Exan. Sekali lagi hatiku bertanya, "Dia siapa?"

Tbc

9 November 2020
Tertanda,

Erina Putri

Akan Kuceritakan Semua Tentangku [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang