9. Kisah :: 3 Maret 2009

71 2 8
                                    

Jangan lupa vomments

Selamat membaca :))

Lamongan, 3 Maret 2009 pukul 21.00 WIB

Sejak pagi, yang kulakukan selain belajar di taman kanak-kanak adalah menunggu. Tidak sabar menantikan Ayah datang dengan membawa kue lalu Ibu menambahkan lilin angka di atasnya yang aku sambut dengan senyuman.

Seharusnya hari ini hal itu terjadi seperti tahun-tahun sebelumnya. Ayah dan Ibu memberiku kejutan ulang tahun di umurku yang saat ini menginjak usia 6 tahun. Namun sepertinya kejutan ulang tahun ini tidak akan terjadi.

Ibu masih sibuk mengejar lemburan menjahit kerudung. Ya, sejak hari dimana sifat Ayah berubah sembilan puluh derajat, Ibu memutuskan untuk mencari pundi-pundi rupiah sendiri dengan menjahit kerudung. Tidak hanya itu, terkadang Ibu juga menerima permak baju para tetangga. Ibu akan melakukan apapun demi bisa menghidupi keluarga. Apalagi Ayah sekarang jarang sekali di rumah. Pulang tengah malam, lalu pergi mengajar sekitar jam enam pagi. Waktu kami untuk berkumpul bersama, jadi tersita. Aku tak tahu mengapa Ayah bersikap demikian. Yang jelas, sejak Ayah berubah menjadi sosok yang berbeda, Ibu juga sering memasang wajah murung.

"Wulan tidur ya, Nak. Udah malam, besok kan harus ke sekolah," kata Ibu.

Aku menurut, masuk ke dalam kamar kemudian terlentang di atas kasur dan memejamkan mata. Hampir saja aku masuk ke dalam alam mimpi, suara Ibu menyanyikan lagu selamat ulang tahun dengan suara lembutnya membuatku terbangun.

"Selamat ulang tahun Wulan sayang." Ibu memberikan sekotak donat yang lubangnya diberikan lilin-lilin kecil. "Doa dulu abis itu ditiup, Nak."

Aku memejamkan mata sambil mengadahkan tangan yang kemudian Ibu juga ikut meng-aamiin-kan. Api yang membakar lilin-lilin kecil itu pun akhirnya mati. Ibu mengembangkan senyum manisnya. Kedua tanganku terulur untuk membingkai kedua sisi wajah Ibu.

"Makasih bu udah sayang dan menjaga Wulan selama ini," kataku.

Ibu menitihkan air mata. "Makasih juga kamu udah kuat, Wulan." Ibu mendekapku.

Malam itu tidak hanya Ibu yang menangis. Tapi aku juga. Aku menangis karena di momen seperti ini cinta pertama bagiku yang notabennya adalah seorang anak perempuan tidak mengucapkan selamat ulang tahun padaku. Dan orang itu adalah Ayah. Ayah yang kurindukan.

Tbc

14 Juni 2020
Tertanda,

Erina Putri

Akan Kuceritakan Semua Tentangku [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang