"kak Gio? Kakak ku kenapa? apa dia sakit parah? Kenapa di gendong" Jovi mendekati Gio yang sedang menggendong Ellie, membawanya masuk ke kamaar laki-laki itu.
"kakak mu hanya kecapean. Dia baru keluar dari rumah sakit tadi siang" jelas gio sambil melihat Ellie yang memejamkan matanya dan menyembunyikan wajahnya di dada Gio. Seffffffya dia malu karena dilihat adiknya dalam posisi seperti ini.
"kakak masuk rumah sakit? Bagaimana bisa?" panik Jovian
"tenanglah. Hanya kecelakaan kecil. Kakak mu tidak apa-apa, hanya perlu istirahat untuk beberapa minggu kedepan" Jovian mengangguk
"bisa tolong bukakan pintu kamarnya?" kata Gio ke Jovi dibalas anggukan cepat oleh Jovi.
"wahhhh.... Kamar kakak bagus sekali. Ini bahkan lebih besar dari kamar yang ku masuki tadi. wahhh ada komputer... Aku juga ingin punya komputer nanti jika sudah besar" Gio membaringkan Ellie yang masih pura-pura tidur itu ke kasur dan menyelimutinya.
" Kau mau kamar seperti ini? Nanti kita dekorasi kamar mu juga ok? Kamu mau kamar seperti apa? Kakak juga bisa membelikanmu komputer nanti. Kamu mau?" Mata Jovi berbinar senang. namun binar itu seketika meredup digantikan oleh wajah sendu
"tidak usah kak. itu akan menghabiskan banyak uang. Aku tidak mau membuang-buang uang kakak. Kakak sudah memperbolehkan aku tingga disini saja, aku sudah sangat berterima kasih. Padahal kami bukan siapa-siapa kakak"
" heii... apa yang kau bicarakan. Biar ku beritahu. Aku akan segera menikah dengan kakakmu. Jadi kau juga adikku sekarang. Kau bisa memakai uangku sesukamu." Gio mengacak rambut hitam anak lelaki yang setinggi lengannya ini.
"benar kah? benarkah kalian akan menikah?" Gio mengangguk yakin
"sekarang mari kita keluar, biarkan kakak mu beristirahat. Lebih baik kita siapkan makan malam. Kau mau makan apa untuk makan malam" Perlahan Ellie membuka matanya saat mendengar suara Gio menjauh dan pintu tertutup. Ellie menatap sekeliling ruangan.
benar kata adiknya. Kamar Gio lebih besar dari kamar yang tadi. Design kamarnya sangat sederhana, namun elegan dan manly disaat yang bersamaan. Warna abu-abu khas pria mendominasi kamarnya. Bed king size yang tertutupi bed cover soft grey berada di tengah di apit oleh dua nakas yang berisi pernak-pernik lelaki seperti jam weker digital dan lampu tidur. Sebuah jendela yang didesine agar pemiliknya kamar bisa duduk bersandar pasa jendela itu untuk menikmati pemandangan luar serta Sebuah meja kerja berada di sudut ruangan.
Sebuah jendela yang didesine agar pemiliknya kamar bisa duduk bersandar pasa jendela itu untuk menikmati pemandangan luar serta Sebuah meja kerja berada di sudut ruangan
Tiba-tiba pipi Ellie memanas mengingat perkataan Gio pada adiknya tadi.
"apa-apaan dia" gumam Ellie sambil menutup wajahnya dengan selimut
.
.
.
.
.
.
.
suara tawa laki-laki yang baru akan memasuki masa remaja itu menggema di Family room apartemen Gio. Setelah selesai makan malam dengan menu makanan sehat yang telah dipesan Gio dari restoran mahal, mereka memutuskan untuk menonton televisi yang sedang menayangkan drama komedi dari tadi. Jovi benar-benar bertingkah seperti anak kecil sekarang. Ellie sangat bahagia melihat itu. Jovi tidak pernah selepas ini sebelumnya. Harinya selalu di hantui oleh ketakutan jika ayahnya pulang.
"Kak. Aku ingin menonton Harry Potter. Temanku berkata itu film yang bagus. Boleh kah aku menontonnya?" Pinta Jovi pada Gio yang sedang asik dengan Ipad nya. Gio menoleh pada Jovi
"tentu saja boleh. Harry Potter punya banyak seri. Nanti akan ku belikan semua DVD nya untukmu ok?" Jovi tersenyum senang
"terima kasih kak. oh ya, bagaimana aku ke sekolah besok kak? sangat jauh dari sini ke sekolah ku" kali ini tatapan Jovi mengarah pada Ellie. Jovi belum bisa menaiki bis umum sendiri. Ia selalu berjalan kaki sekitar 30 menit dari rumahnya ke sekolah.
"Bagaimana jika pindah sekolah hm? Kakak akan memasukkanmu ke sekolah yang bagus, mau?" Jovi menggeleng, menolak tawaran Gio.
" Aku punya seorang teman disana. Aku berjanji akan selalu menemaninya karena dia tidak punya teman lain selain aku."
"begitu kah? Kalau begitu kakak akan menyuruh supir untuk mengantar jemput kamu di sekolah. ok?" Jovi memandang ke arah Ellie dengan tatapan ragu. Seolah bertanya apakah ia harus menerimanya atau tidak. Ellie hanya membalas dengan senyuman.
" Sekarang sudah larut. Masuklah ke kamarmu dan tidur. Tidurlah dengan nyenyak, tidak ada yang perlu kamu takuti lagi sekarang. Papa sangat jauh dari kita. Dia tidak akan menyakitimu lagi." Jovi mengangguk dan masuk ke kamar, meninggalkan Ellie dan Gio berdua di ruangan itu.
"Kamu tidak perlu melakukan itu. Aku bisa mengajari Jovi mana bis yang harus dinaikinya agar sampai ke sekolah" Kata Ellie membuka suara. Gio mengalihkan fokusnya dari Ipadnya ke Ellie.
"tidak apa-apa. Berbahaya jika menaiki bis umum sendiri untuk jarak sejauh itu. Lagi pula akan memakan waktu lebih lama jika menaiki bis. Dia akan letih di perjalanan." Ellie diam tak bisa berkata apapun.
" Kau juga istirahatlah. Tidurlah di kamarku. Aku akan tidur disini malam ini." tanpa protes Ellie langsung beranjak, memasuki kamar Gio. Tapi tak lama ia keluar lagi.
" Kenapa keluar lagi?" Tanya Gio. Ellie seakan ingin berkata sesuatu, tetapi raut ragu tergambar jelas.
"ehmmm... ituuuu... Tidurlah dikamar juga. Selagi kita hanya tidur, Kurasa tidak apa-apa." Kata Ellie sambil menunduk. Ia malu mengatakannya. Melihat raut ragu Ellie, Gio pun mengegeleng.
"tidak apa-apa. Pergilah tidur, aku akan tidur disini" Ellie menggeleng
" kau bilang ingin saling mengenal lebih dalam bukan? Kurasa ini waktu yang tepat" muka Ellie memerah melihat tatapan aneh Gio.
"bukan itu maksud ku. jangan berpikir macam-macam" kata Ellie cepat
"kita bisa mengobrol tentang diri masing-masing. Semacam pillow talk? intinya seperti itu. Jadi tidurlah didalam" dengan cepat Ellie memutar tubuhnya memasuki kamar Gio lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Into Happines
RandomAku tidak mengerti ini apa. Yang pasti, aku tertarik padanya sejak pertama kali bertemu -Georgio Nathaniel Madison- Gabriella Geraldine hanyalah salah satu dari banyaknya orang yang mengalami ketidak adilan dunia. Di umurnya yang hampir 20 tahun, ta...