Part 7

10 4 0
                                    

Anak angkat? Jadi dia anak angkat? Pantas saja kelakuan keluarganya sangat kejam padanya. Tapi apakah dia tahu bahwa dia anak angkat? Sial, Kemana dia? Aku hanya membaca sebentar dan dia sudah menghilang dari tempatnya. Ku lihat jam di pergelangan tangan ku dan melihat jadwal kelas nya yang dikirimkan dave pada ku.

ternyata dia ada kelas setelah jam makan siang ini. Sekitar 15 menit lagi. Dasar anak rajin, untuk apa masuk kelas secepat ini? Sekarang apa yang harus ku lakukan? ah yaa..

to : Dave

Cari tau tentang gadis itu lebih dalam. keluarga kandung sampai kenapa dia bisa di adopsi keluarga terkutuk itu. Pasti ada orang dalam yang membantunya untuk mengurus Akta dan Kartu keluarga mereka. Coba cari informasi dari dia.

dan satu lagi. Coba cari ayah biologis Jovian Janson itu. Serahkan semua datanya secepat mungkin.

From : Dave

Akan memakan cukup banyak waktu. Apa tidak apa-apa?

to : Dave

Sudah ku katakan secepatnya

Ku bereskan barang-barang ku dan beranjak keluar dari kantin. Entahlah. mungkin aku akan pulang ke apartement ku dulu dan kembali lagi kesini saat kelasnya sudah usai.

.

.

.

.

.

.

.

.

Author Pov

Malam datang begitu cepat. Ellie sedang berdiri di halte. Entah kenapa halte kali ini sangat sepi Hanya ada beberapa orang di halte sekarang. Bis yang ditunggu pun datang. Ellie menjadi yang terakhir memasuki bus.

tetapi saat kakinya baru saja hendak melangkah memasuki pintu bus, Sebuah pukulan dari benda tumpul menghantam keras punggung Ellie membuat keseimbanyan tubuhnya oleng. Belum berhasil menguasai keseimbangannya, sebuah pukulan lagi-lagi mengenainya. kai ini ditengkuk atasnya membuat pandangannya membuyar dan gelap seketika.

.

.

.

.

"Cepat ganti pakaian nya. Kau sudah selesai merias wajahnya?"

"sudah ma. Ck, Ukuran tubuhnya terlalu kecil untuk pakaian ku. Bagaimana ini?"

"Sudah tidak apa-apa. cepatlah... Kita sudah tidak punya waktu lagi."

.

.

Ellie mengerjap-ngerjapkan matanya. Rasa pening menyerbu kepalanya. Kupingnya berdenging, punggungnya sangat sakit, menjalar ke seluruh tubuhnya. Ellie mencoba memegang kepalanya yang terus berdenyut, tetapi tak bisa. Tangan nya ternyata terikat menjadi satu di belakang tubuhnya.Ellie mencoba mengingat apa yang telah terjadi pada dirinya. Ah dia ingat, dia di pukul ketika akan naik ke bus.

"Wahhh... Kakak ku tercinta sudah bangun? Bagaimana tidur mu? Mimpi indah?" Ellie mengernyit mendengar suara adiknya itu.

"Lita? Apa yang terjadi disini? Cepat lepaskan aku. Aku harus bekerja" Lita terkekeh kecil mengundang kernyitan di dahi mulus Ellie. Ia mencoba membaca ekspresi wajah adik perempuannya itu, tapi ruang temaram dan kepalanya yang masih pening, membuat pandangannya susah fokus.

" Sudah ku peringatkan pada mu agar lebih berguna. Hasilkan uang yang banyak dengan tubuhmu itu, tapi kau menolak. And see? Kau dijual. Mama punya hutang dan dia menjual mu untuk melunasi hutangnya"

'degg' Hati Ellie bagaikan ditusuk beribu belati. Rasanya sangat sakit sekarang. Membayangkan seorang ibu yang telah melahirkanmu, dengan tega menjadikan dirimu pelunas hutangnya. Setidak berharga itukah dirinya? Selama ini Ellie memang sangat jarang berinteraksi dengan ibunya. Bahkan interaksi mereka di dominasi oleh makian ibunya yang berkata bahwa ia anak tidak berguna yang tidak bisa menghasilkan uang seperti adik perempuannya. Tapi Ellie tak menyangka ibu nya benar-benar tega menjualnya seperti ini.

"Jangan main-main Lita. Cepat lepaskan aku. Ku mohon jangan seperti ini" Ellie sudah tidak kuat. Matanya memanas hendak menangis. menangisi nasib hidupnya yang sangat buruk. Berakhir menjadi budak nafsu? Seketika Ellie teringat dengan perkataannya pada Gio kemarin. Ini bahkan lebih buruk dari apapun. Mungkin ia lebih memilih mati dari pada menjadi seorang budak nafsu.

"Jangan bercanda. Butuh kerja keras untuk mendadani mu seperti ini. Cepat berdiri. Tuan mu sudah menunggu. Kau seharusnya bersyukur, setelah ini kau tidak perlu lagi berkerja dan menerima pukulan papa. Yang perlu kau lakukan hanya mengangkang lebar dan mendesah" Air mata jatuh mulai berjatuhan dari sepasang mata hazel indah itu. Bahkan ia rela terus di pukuli ayahnya dari pada seperti ini

"Jangan menangis bodoh. Make up mahal ku terbuang sia-sia jika kau menangis." Lita mengangkat kasar tubuh kecil Ellie. Terlihat Mini Dress putih milik Lita yang seharusnya press body jadi agak longgar, dan panjang yang seharusnya tepat di bawah bokong menjadi di atas paha.

Terlihat Mini Dress putih milik Lita yang seharusnya press body jadi agak longgar, dan panjang yang seharusnya tepat di bawah bokong menjadi di atas paha

 Terlihat Mini Dress putih milik Lita yang seharusnya press body jadi agak longgar, dan panjang yang seharusnya tepat di bawah bokong menjadi di atas paha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa perlawanan Ellie mengikuti papahan Lita. Tubuh nya ngilu di sana sini dan kepalanya masih pusing membuat tubuh nya beberapa kali terhuyung.

Mereka keluar dari kamar yang memang sudah di pesan oleh Lita khusus untuk melancarkan transaksi hari ini. Ellie melihat sekeliling. Suara musik yang berdentum kuat, aroma alkohol serta asap rokok membuat pusing di kepala Ellie semakin menjadi. Ingin rasanya ia memijat kepalanya untuk mengurangi rasa sakit yang mendera kepalanya, tetapi tangannya masih terikat di belakang tubuhnya.

Mereka terus berjalan menuju sofa bludru berwarna merah yang terletak di sudut ruangan yang seharusnya di isi oleh ibunya dan pria yang akan membeli Ellie. Tiba-tiba Lita berhenti sejenak dan berdecak keras. Ia melihat ada 2 orang laki-laki di depan ibunya, sibuk berdebat. Sedangkan ibu nya terdiam, tak melakukan apapun. Dengan cepat Lita menggiring tubuh kecil kakaknya itu ke arah sang ibu.

"Ada apa ini ma?" Tanya Lita cepat.

"shttt... Laki-laki itu menawar harga yang tinggi untuk kakakmu itu. Ibu juga tidak tahu. tiba-tiba dia datang dan menawar dengan harga yang lebih besar." mata Lita membulat seketika. Laki-laki itu masih muda dan tampan. Kenapa dia mau membeli seorang gadis? Bukankah itu hanya akan membuang-buang uangnya. Tidak mungkin ada perempuan yang mau menolak lelaki setampan itu. Pasti ada banyak perempuan yang rela menyerahkan diri suka rela padanya.

Disisi lain, Ellie sedang berusaha memfokuskan matanya. Pukulan di tengkuknya sepertinya sangat kuat hingga pandangannya kabur seperti ini. Telinganya juga berdenging beberapa saat karena suara keras di club malam ini. Saat pandangannya mulai fokus, Samar ia meihat sosok lelaki yang mengganggu harinya beberapa hari ini. Ellie melirih meyakinkan siapa yang dilihatnya itu.

"gio?"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

Into HappinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang