Part 4

11 3 0
                                    

Sekarang sudah hampir pukul 10 malam. Aku mencoba untuk tertidur, tetapi pikiranku penuh dengan seorang gadis kecil yang baru ku kenal kemarin malam. Kemarin salah teman teman ku mengajakku untuk mencoba salah satu bar yang tidak terlalu terkenal. Mereka penasaran karena katanya bartender disana sangat pintar meracik minuman. Karena penasaran, Aku pun datang dan berakhir menolng seorang gadis mungil yang ternyata mahasiswi di kampusku juga.

ahh, apakah sekarang dia juga sedang bekerja di bar itu? Bagaimana jika ada yang menggodanya lagi? Tapi untuk apa aku peduli? lagipula dia sepertinya sudah punya pacar. Si bartender itu jelas-jelas memanggilnya Baby. cihh... panggilannya sangat norak

baiklah... tutup matamu Gio. Kosongkan pikiranmu dan tidur.













Ahhh sial. Gadis mungil itu memenuhi kepalaku. Apakah dia baik-baik saja setelah dipukul ayahnya? sial, kenapa aku harus khawatir? Aku bahkan baru mengenalnya sehari.

shit! akhirnya aku menyerah. Aku mengganti baju ku dengan kaos yang lebih rapi serta ripped jeans. tak lupa jaket ku. Udara malam selalu dingin. Ku ambil kunci mobilku dan bergegas turun ke basement tempat mobilku terparkir. Aku memang tinggal sendiri di sebuah apartemen yang dibelikan oleh ayahku sebagai hadiah ulang tahun ke 20 ku.

Aku mengendarai mobil dengan lumayan cepat. Menyusuri jalanan L.A yang selalu sibuk ini. Sekitar 20 menit, aku pun sampai. Bar ini tidak terlalu besar, desain di dalamnya sangat unik membuat pengunjung tertarik untuk memandanginya dalam waktu lama.

Aku duduk di kursi samping konter bartender dan memesan segelas cocktail. Mataku mulai menyapu seluruh sudut di ruangan ini, mencari sosok mungil itu. And yup, Aku menemukannya.

Perasaan lega memenuhi hatiku saat melihat wajah penuh senyum nya saat melayani pelanggan. Mungkin aku akan menunggu sampai dia pulang kerja, Baru pulang ke apartement.

"Kamu yang kemarin menolong Gabby kan?" sepertinya seseorang mengajak ku berbicara. Ahh.. ternyata Si bartender itu.

"Gabby?" tanya ku bingung

"Ahh maaf. Ellie maksudku. Aku selalu memanggilnya Gabby karena menurutku cocok untuk tubuh mungilnya. Nama Ellie terlalu kuno menurutku" Aku hanya ber "Hmmm.." sambil sedikit mengangguk menanggapi perkataannya.

Entah kenapa ada rasa tidak suka mendengar lelaki ini punya panggilan khusus untuk Ellie. Aku memasang wajah dingin, mencoba menaruh lelaki itu dibawah intimidasiku. Entahlah apa alasannya. Pikiranku seolah menyuruhku enunjukan bahwa aku lebih tangguh dari lelaki itu.

"Kita belum berkenalan bukan? Nama ku Nicolas. Siapa namamu? dari tampilanmu, kau terlihat seperti orang kaya" Lelaki yang mengaku bernama Nicolas itu terkekeh sedikit. Sial, apa yang ditertawakannya? Apa ia menganggap ku lelucon

"Gio, Georgio Madison" kataku singkat dengan sedikit mengangakat daguku.

*Author pov*

"Gio, Georgio Madison"

"wow.. Putra tunggal Madison? ada urusan apa hingga orang kaya dan terhormat hingga datang ke bar sederhana ini?"

"bukan urusanmu." Nicolas mengangguk-anggukan kepalanya. tubuhnya memunggungi Gio dan tangannya sibuk meracik minuman sambil mengobrol.

"kau tertarik dengan Gabby? Kulihat kau terus memperhatikannya sejak tiba disini" Gerakan tangan Gio yang mengoyangkan gelasnya terhenti sejenak

"kenapa? Kau takut kekasihmu ku rebut?" Nicolas memutar balik tubuhnya, menghadap Gio yang ternyata duduk membelakanginya juga. Gio masih terus memperhatikan Ellie

"Kekasih? Jangan bercanda, Aku sudah menikah dan punya anak perempuan berusia 3 tahun". Gio langsung membalikkan tubuhnya

"Dengan Ellie?" tanyanya cepat, mendatangkan seringai di wajah nicolas

"kalau iya bagaimana?"

"jangan main-main denganku sialan" desis Gio

"wow.. Calm down bro.. Ellie hanya kuanggap adik perempuan. Aku punya adik perempuan seusia dia dulu" Gio tersenyum menang mendengar itu.

"dengar" Nada jenaka dan ramah dari nicolas menghilang seketika. digantikan nada suara yang sangat serius.

"Sebaiknya kau urungkan niat mu untuk mendekati Gabby. Dia tidak akan cocok dengan lelaki manja yang apapun keinginannya selalu terpenuhi sejak lahir". Gio mengepalkan tangannya dengan wajah marah.

"Beraninya kau! Brengsek!" Gio berdiri hendak meraih tubuh nicolas, tapi terhalang meja konter Bar dan nicolas yang berjalan mundur menjauhi Gio

"masalah hidup dia sudah rumit. Kau Hanya akan menambah rumit hidupnya saja" Gio terdiam.

"Kau berlagak seperti tahu masalah hidupnya saja" kata Gio sarkas. Nicolas mengangkat bahunya dengan ekspresi aneh

" Gadis baik-baik sepertinya sampai rela bekerja di tempat sepert ini. Pasti masalah keuangan keluarganya sangat berat. Mungkin saja dia tulang punggung keluarganya" Gio mendengus kasar

" Jika keuangan keluarganya berat, bukankah itu berarti aku bisa sangat menguntungkan untuk nya? Anak manja ini bisa memberi apapun yang dia mau" Gio berujar sarkas. Nicolas memajukan tubuhnya hendak memukul Gio karena perkataannya

"Kauuu... Kau kira dia perempuan seperti apa hah! Kau merendahkannya dengan berkata begitu sialan. Kau kira Gabby akan tertarik dengan uang mu? Ku katakan padamu. Gabby bukan perempuan mata duitan" Geram Nicolas. Dia sangat tidak terima dengan omongan Gio yang seolah mengatakan Gabby akan dengan mudahnya tunduk dengan uangnya.

Gio melepaskan kasar genggamang Nicolas pada leher bajunya.

"dengar! apapun yang akan kulakukan, sama sekali tidak ada kaitannya dengan mu. Dengan kata lain, Itu bukan urusan mu. Urusi saja urusanmu" Gio menaruh beberapa lembar uang di meja konter dan pergi meninggakan keluar. Tapi diluar dia malah melihat 2 orang perempuan bertengkar.

*Georgio POV*

"Lita, Kumohon. Aku benar-benar tidak punya uang sekarang" Aku menghela nafas bosan. Ada apa dengan gadis itu? aku baru mengenalnya selama 24 jam dan aku selalu melihat dia dalam masalah. Apalagi kali ini? Berurusan dengan gadis remaja?

"Pembohong! Aku tahu kalau kau bekerja di kafe tadi. Cepatlah. teman-temanku sedang menungguku untuk pergi karaoke malam ini" wow-wow... lihatlah gadis itu sangat tidak sopan.

"papa mengambil semua uangku saat pulang. Gaji dari bar ini sudah habis untuk biaya sekolah jovi. aku sudah tidak ada jam pagi untuk minggu ini, Jadi tidak bisa berkerja di kafe. Sisa uang ku sekarang bahkan tidak akan cukup untuk bertahan hidup 1 minggu." 

Into HappinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang