Gio dan Ellie berjalan memasuki perkarangang rumah bergaya Eropa Klasik itu. Sepanjang mereka berjalan dari mobil menuju pintu rumah itu, Ellie selalu dilanda kegugupan hingga membuat perutnya mulas. Disisi nya, Gio berjalan tenang sambil terus menggenggam lembut tangan Ellie.
"Tenang lah, mungkin awalnya memang sedikit sulit. Tapi percayalah, mereka benar-benar akan menyukaimu."
"First Impresion saat kami bertemu sangat buruk. Aku tak heran jika nanti ibumu malah memakiku di dalam"
"Tak akan ada hal buruk yang akan terjadi di dalam nanti. cukup jadi dirimu sendiri, dan mereka akan jatuh hati dengan sifat mu. Percayalah padaku. Kita masuk ok?" setelah mendapat anggukan dari Ellie, Gio membuka daun pintu berwarna coklat yang sangat besar itu.
saat masuk kerumah itu, Ellie di sambut dengan ruang tamu super besar dengan lampu gantung menjuntai panjang tepat di tengah langit-langitnya. Di ujung ruangan, ada dua buah tangga yang ujung bawahnya berhadapan dan mengarah ke sisi rumah yang berbeda. Di masing-masing sisi juga ada sekat untuk menuju ruang lainnya, seperti dapur dan ruang keluarga.
Gio membawa Ellie menyusuri rumah besar itu hingga tiba di ruang keluarga. terihat di mata Ellie seorang lelaki paruh baya yang tetap kelihatan tegap, sedang memangku seorang balita kira-kira 3-4 tahunan. Di depan tv juga ada sepasang anak kecil yang asik bermain kejar-kejaran. anak lelaki yang sedang berlari itu melihat kedatangan Gio dan Ellie.
"uncleeeee" Teriaknya di ikuti anak perempuan yang dari tadi mengejarnya.
"Uncle Gioo... Donny menggangguku. Dia bilang mommy tidak akan sayang lagi padaku jika adik bayinya sudah lahir"
" Aku tidak berbohong Caitlyn. Aku sudah mengalaminya. Mommy ku lebih perhatian ke adikku semenjak dia lahir."
"Uncleee" Gadis kecil itu merengek dan memeluk kaki Gio.
"Mommy mu akan selalu sayang padamu. Tidak akan ada yang berubah, Mommy hanya lebih memperhatikan adikmu karena bayi memang butuh perhatian lebih. Tapi Mommy mu akan selalu menyayangimu okay" Gadis kecil itu mengangguk lucu.
" Gio, Kau sudah datang?" Pria paruh baya yang tadi memangku cucunya bediri, dan berjalan menghampiri Gio, masih dengan balita perempuan di gendongannya.
"Dad. Perkenalkan, dia Gabriella Geraldine. Kekasihku."
" Good Evening Mr. Madison" Ellie menyapa sopan dengan sedikit menundukkan kepalanya. Ayah Gio tak membalas, hanya melihat ke arah Ellie dengan tatapan menilai.
" Kamu kekasih uncle?" Gadis kecil imut itu menarik ujung dress Ellie sambil mendongak dengan tatapan berbinar ke arah Ellie. Ellie langsung merendahkan tubuhnya, menyesuaikan tinggi dengan gadis kecil yang mengajaknya bicara
" hello pretty, nama ku Gabriella, kamu bisa memanggilku Ellie. Siapa namamu?"
" Nama ku Caitlyn Hamilton. Aku 8 tahun. ini sepupuku, Donny. Dia 13 tahun, tapi masih suka mengangguku" nada suara gadis kecil itu sangat bersemangat dan merajuk di akhir.
"Ayo duduk dan bermain denganku" Caitlyn menarik tangan Ellie, tapi Ellie tidak beranjak. Ia menatap ke arah Gio menanyakan persetujuan
"Jangan merepotkan Ellie ok?" Caitlyn mengangguk semangat dan menarik Ellie untuk duduk di sofa ruang keluarga yang sudah penuh dengan boneka dan robot-robotan.
" Dimana Amber dan jasmine dad?" Sang ayah tak menjawab, tetapi menatap tajam ke arah Gio.
"Jangan berpikir jika ayah tidak tahu apa yang kau lakukan Gio. Kau tahu bahwa kau tidak bisa menyembunyikan apapun dari ku bukan" Gio menghela nafas berat
KAMU SEDANG MEMBACA
Into Happines
RandomAku tidak mengerti ini apa. Yang pasti, aku tertarik padanya sejak pertama kali bertemu -Georgio Nathaniel Madison- Gabriella Geraldine hanyalah salah satu dari banyaknya orang yang mengalami ketidak adilan dunia. Di umurnya yang hampir 20 tahun, ta...