Chapter 4

289 49 8
                                    

"sebenarnya ada banyak hal simple untuk mencari kebahagiaan,"

***

Sore ini Dyah memutuskan untuk pergi ke kantor mamanya setelah ia menjemput adiknya. Tadi pagi Dyah gak sempet bilang sama mamanya kalau ia mau ke kantornya, sebut saja ini kejutan.

"Sayang, aku pulang sama supir aja ya. Soalnya aku langsung jemput Dita terus ke kantor mama," katanya pada Zeddy yang sudah menunggu di mobil.

"Biar aku aja yang nganterin, aku ga mau kamu kenapa-kenapa," Zeddy teringat sama pesan Rani untuk menjaga Dyah.

"Ga usah, aku sama Dita aja. Lagian, udah dijemput tuh sama sopir." Jawabnya seraya menunjuk ke arah mobil yang menjemputnya.

Zeddy tak bisa berkata apa-apa, ia tidak memaksa Dyah. Toh, Zeddy merasa aman karena jemputan nya sudah datang. "Okey, kalo gitu aku pulang dulu ya," pamitnya sambil masuk ke dalam mobilnya.

"Hati-hati ya sayang, nanti kabarin kalo udah nyampe."

Setelah itu, Dyah langsung menjemput Dita di sekolahnya.

======

Kini Dita dan Dyah sudah melangkah menuju ruangan Rina bekerja. Kantornya cukup besar, ia benar-benar merintis usahanya dari nol. Mulai dari Rina berjualan beras dari hasil yang pungut di toko-toko, lalu ia melanjutkan bisnis kecil-kecilan, hingga akhirnya Rina bisa menjadi manajer bisnis di kantornya.

"Kak Dy, Dita kan udah hampir ulang tahun," kata Dita yang memeluk lengan Dyah manja.

Mereka sudah tiba di pintu ruangan Rina, Dyah menghentikan langkahnya untuk membalas ucapan adiknya. Dyah jongkok seraya mensejajarkan tingginya. Dielus puncak kepala Dita seraya berkata, "Iyaa, kakak inget kok Dita. Besok lusa kan ulang tahun mu, gimana kalo kita rayain sama temen kamu lagi." Balas Dyah.

Dita membalas dengan raut senyum yang sedikit terpaksa. Karena Dita tau ulang tahunnya selalu dirayakan dengan teman-teman sekolahnya, setiap tahun seperti itu. Tidak ada perubahan. Memang Rina dan Dyah merayakan cukup mewah, tapi bagi Dita, masih ada yang kurang.

"Dita kamu kenapa?" Tanya Dyah yang menyadari bahwa raut wajah adiknya itu berubah murung.

"Coba aja Dita ngerayain ulang tahun ada seorang ayah." ujar Dita mencoba mengembangkan senyumnya. Dita tau, Dyah paling khawatir melihat wajah murungnya, oleh karena itu, ia mencoba tegar.

Dyah terhenyak seketika mendengar ucapan adiknya, ia cium kening Dita, dan mencoba mengulum senyum. " Dita, kamu harus tetap bersyukur yaa. Ada mama sama kakak yang selalu sayang sama Dita."

Dita mengangguk setuju, toh ucapan kakaknya itu benar. Dita harus lebih bersyukur. Padahal masih banyak sebagian temannya yang tidak merayakan ulang tahunnya, tak lain karena biayanya, atau bahkan ada yang keluarga broken home. Akhirnya Dita tersenyum lebar, "ya udah. Masuk yuk kak," ajak Dita menarik lengan Dyah untuk masuk keruangan mamanya.

"Assalamualaikum mama," salam mereka bersamaan sambil mendekati Rina yang merapikan duduknya, mengelap wajah biasanya dengan tissue.

Dita dan Dyah mencium punggung tangan Rina bergantian lalu duduk di sofa ruangan Rina.

"Kalian kok ga bilang kalo ke sini?" Tanya Rina yang duduk diantara kedua anaknya.

Dita terkekeh pelan, "kita kan ngasik kejutan ke mama. Hehehe"

"Uhh Dita. Bisa ajaa deh,"

Dyah masih terdiam sambil tersenyum paksa. Karena ia melihat ada hal tersembunyi dibalik wajah cerita mamanya. Mungkin saja tadi Rina mendengar pembicaraan kedua anaknya di depan pintu.

1KM [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang