Chapter 10

215 39 5
                                    

Jangan lupa!! Bintang nyaa yaa 🙃
Supaya makin semangat!

T. B. C

====

Hari ini adalah hari terpenting bagi kelas akhir seluruh SMA di Indonesia. Karena, saat ini seluruh siswa kelas 12 wajib mengikuti Ujian Nasional.

Selama empat hari ujian, Dyah dkk sangat sibuk belajar bersama, kadang mereka belajar sendiri. Dyah juga memutuskan untuk tidak jalan-jalan dulu bersama Zeddy, mungkin kalau mereka bertemu hanya untuk belajar dan belajar. Karena Dyah selalu ingat pesan mamanya untuk serius dalam hal pendidikan. Tak jauh beda dengan Dita, adiknya yang seminggu lagi juga Ujian Nasional, maka dari itu Rina juga sepenuhnya mengawasi Dita belajar.

=====

Masalah hubungan Rina dan Roy, sejauh ini baik-baik aja. Malah Rina sudah tidak begitu canggung saat bersama Roy. Contohnya saja Roy sering mengajak Rina belanja, sering berangkat bareng ke kantor, dan mereka sering menghabiskan waktu bersama.

Lucunya, Rina tidak bisa menahan pipi merahnya saat Roy tidak sengaja gombal atau bertingkah lembut. Contohnya, Roy tidak sengaja memeluk Rina dari belakang saat sedang memasak di dapur.

"Mas Roy, malu, ada anak-anak" kata Rina mencoba lepas dari pelukan tubuh kekar Roy.

"Hey, anak-anak baru saja keluar. Jadinya gak papa gini sebentar. Saya ingin bersandar sambil memeluk kamu Rin," Roy paling suka meletakkan dagunya di bahu Rina, sambil mengeratkan pelukannya. Hal yang Roy rindukan.

"Aku mau nanya,"

"Tanya apa Rina?" Masih dengan posisi yang sama, dan Rina menghentikan aktifitas memasaknya.

"Mantan istri kamu sekarang dimana?," Pertanyaan yang ia pendam selama bersama Roy. Yang ia tau hanya alasan kenapa Roy bercerai dengan istrinya, karena istrinya selingkuh, dan juga istrinya memoroti dirinya. Singkat cerita.

Roy menghela nafas panjang, "masalah itu, saya sudah tidak tau, bahkan saya tidak ikut campur lagi tentang dia. Dia sudah kelewat batas Rin. Saya harap kamu mengerti."

"Anak kamu ikut siapa?"

"Ikut saya, tapi dia masih belum ada di Jakarta,"

"Dimana anakmu mas?"

"Nanti saja, kamu lanjutkan masaknya,"

=====

Dyah sudah tidak sabar untuk keluar kelas. Ia mengetuk-ngetuk pensil ke meja, sambil mencari jawaban yang pas untuk soal yang ke 40. Soal terakhir, yang membuatnya geregetan.

"Dy, nomer 23 apaa? Gue ga paham ilmu kayak gini," kata Sofi dengan nada kecil agar tidak ketahuan guru penjaga. Didalam kelas ada tiga penjaga, dan itu membuat suasana kelas sepi. Hanya bunyi ketukan pensil Dyah.

"Sopiii. Diem dulu. Pengawasnya banyak cuk." Ocin sudah tidak tahan hingga membuat misuh kesal terhadap teman sebangkunya yang bandel.

"Pusing cuk. Kasik tau gue."

"OCIN, SOFI! DIAM!"

Asuu!

Keduanya mengumpat kesal lalu diam. Dyah sebenarnya mendengar pertanyaan Sofi, tapi ia sudah malas untuk memberi jawaban. Dyah hanya ingin cepet-cepet keluar, dan lulus! Udah itu aja.

Yes! Finish.

Selang beberapa menit, Dyah akhirnya bisa memecahkan soal terakhir, ia beranjak dari duduknya, membuat kedua temannya menoleh ke arahnya.

Kurang aja si Dyah. Ngelangkahin nyawa gue. Maki Sofi dalam hati.

Dyah mengabaikan tatapan kedua temannya, ia memilih segera mengumpulkan, lalu keluar dari kelas. Lega rasanya sudah melaksanakan Ujian Nasional.
Tidak hanya Dyah yang merasakan kebahagiaan. Tapi seluruh kelas dua belas Trisakti pun sudah berkumpul di lapangan basket untuk bermain Colour Fun.

1KM [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang