Chapter 18

137 23 0
                                    


"Kita harus menghargai pemberian seseorang. Karena dengan itu, akan banyak orang yang menghargai kita."
-Zeddy-
.
.
.
T. B. C

======

"Haaiii sayang!!!!"

Adegan itu langsung berakhir. Dyah menjauhkan tubuh Jeff darinya. Gila. Bisa terjadi salah paham nantinya.

Jeff bangkit dan beranjak pergi, langkahnya berhenti tepat samping Zeddy yang masih terdiam. "Lo jangan salah paham. Tadi gue gurau sama Dyah. Jangan marahin dia." Kata Jeff, dan melanjutkan langkahnya pergi. Membiarkan keduanya menyelesaikan masalahnya.

"Zeddy, sini duduk." Titah Dyah mencoba untuk baik-baik saja. Zeddy mengikuti perintahnya dan masih terdiam.

"Sayang, kamu ga marah kan?" Tanya Dyah menatap lekat wajah pacarnya.

Zeddy mencoba untuk tersenyum tapi sangat berat. Entah, ia mulai tidak suka jika Dyah tertawa lepas bersama orang lain. Walaupun bernotebene sebagai calon kakak. Calon kakak tiri tepatnya.

"Dimakan ya. Aku ke kamar dulu. Capek." Zeddy hendak pergi, tapi lengan kekarnya ditahan oleh Dyah.

"Jangan. Disini dulu. Aku mau jelasin semuanya."

Zeddy mengecup puncak kepala Dyah. "Ga perlu, aku ngerti. Kamu juga harus istirahat ya." Zeddy melanjutkan langkahnya.

Dyah menatap nanar. Ia yakin, Zeddy kesal padanya. Baru kali ini Dyah merasakan sifat dingin Zeddy. Hiks.

Dyah menangis sambil memeluk lututnya diatas sofa. Zeddy yang masih berada didalam kamar Dyah, mendengar suara isakan pacarnya. Zeddy, Lo jangan kepancing emosi dulu. Ini bukan saat yang tepat buat tengkar. Dyah butuh Lo. Butuh semangat dan dukungan dari Lo. Seolah selalu ada jin putih yang membisikinya seperti itu.

Zeddy balik, dan menghampirinya. Ia duduk di sebelah Dyah yang masih menangis sambil nunduk. Dielusnya rambut panjang Dyah. "Sayang, maafin aku udah buat kamu nangis."

Dyah mengangkat kepalanya, masih tidak percaya Zeddy berkata seperti itu. Ia kira, Zeddy sangat kesal dan tidak mau menyapanya. Malah, lelaki itu masih meminta maaf padanya. Padahal yang salah itu dirinya, bukan Zeddy. "Ka-kamu ga salah. Aku yang salah. Aku yang buat kamu marah. Maafin aku," parau Dyah memeluk tubuh Zeddy.

"Hey, enggak. Aku yang salah. Aku yang terlalu kebawa emosi. Maaf ya,"

Dyah benar-benar beruntung memiliki Zeddy. "Kamu juga maafin aku ya. Aku janji aku ga bakal kayak itu lagi. Walaupun itu cuma temen atau bahkan kakak tiri. Maafin,"

"Udah. Ga usah nangis ya. Besok kamu harus semangat. Ga boleh mikir apa-apa."

Dyah tersenyum melihat senyum Zeddy yang kembali baikan. "Aku sayang kamu,"

"Aku juga. Sekarang, aku suapin kamu ya." Kata Zeddy sebelum akhirnya ia membuka kotak nasinya. Zeddy melihat makanan yang juga terletak diatas meja. "Dari Abang kamu?,"

Dyah mengangguk,"tapi, aku belum makan kok. Aku buang aja ya,"

"Jangan. Kita harus menghargai pemberian seseorang. Karena dengan itu, akan banyak orang yang menghargai kita."

Ya ampun, Zeddy memang pacar idaman. Dyah sangat terharu. "Sayang, kamu baik banget. Aku ga nyangka kamu sehebat gini ngadepin aku," Dyah menangis haru, dan Zeddy langsung memeluknya erat. "Makasih sudah jadi yang terbaik,"

"Iya,, sekarang makan bareng ya, aku udah lapar. Apalagi tadi pas ngeliat kamu sama Abang mu itu."

"Iissh, kok dibahas lagi, sih,"

1KM [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang