"kita tidak bakal tau, kapan cinta itu datang. Tiba-tiba saja, jantung berdegup kencang saat bersama cowok yang ada disamping kamu. Walaupun baru saja mengenalnya."
T. B. C
.
.
.=====
Hari ketiga Dyah koma, dan Rina mengijinkan Dita untuk menjenguk Dyah. Dita sudah datang bersama kedua sahabat Dyah yang sudah menjaga Dita selama di rumah.
Dita langsung duduk di kursi sebelah ranjang Dyah yang masih terpejam. Sedangkan Ocin dan Sofi langsung bergabung dengan Rina yang jadwalnya menjaga hari ini.
Dita menangis, sepertinya ia hanya mengerti bahwa Dyah tidak sadarkan diri. Bukan koma. "Kak Dy, Dita kangen. Maafin Dita sama Mama yang udah ninggalin kak Dyah ke Bogor." Ucap Dita memeluk tubuh Dyah. Rina yang melihat itu tidak tega, dan ia langsung menghampiri Dita.
"Mama, Kak Dy kenapa tidur terusss? Masih sakit ya Ma?" Tanya Dita polos pada mamanya.
Rina meneguk ludahnya, ia mencoba untuk tersenyum. "Kak Dy lagi dibius total sayang, soalnya Kak Dy masih butuh istirahat. Terus kalo klKak Dy ga dibius, takutnya ngejahilin Dita nanti."
Dita tersenyum getir. "Mama bener. Tapi Dita ngerti kok ma. Ga bakal buat kak Dy capek. Ayolah ma, bujuk dokternya, supaya buat kak Dy bangun."
Ternyata, Dita juga terluka.
"Dita sayang, kamu beli cokelat dulu yaa sama kak Sofi, dan kak Ocin." Kata Rina sambil mengisyaratkan pada salah satu mereka untuk membawa Dita keluar.
Ocin langsung menghampiri Dita, "ayok ikut kakak. Kak Ocin sekalian mau beli roti kadaluarsa,"
Dita terkekeh mendengar itu. "Kak Ocin sengklak ya, udah kadaluarsa masih aja dimakan."
"Dita, bicaranya yang sopan,"pesan Rina menginginkan untuk sopan pada siapapun.
"Iya ma, kalo gitu Dita keluar ya. Soalnya lama nunggu Kak Dy bangun. Nanti kalo udah beli cokelat nya, pasti kak Dyah bangun."
Dalam hati, Rina mengaminkan doa Dita.
Ocin dan Sofi segera membawa Dita pulang. Karena berlama-lama di rumah sakit, hanya akan membuat Dita sedih dan takut sakit.
Hanya tinggal Rina sendirian. Ia memilih tidak pergi ke kantor, karena sudah ada Roy yang rela menggantikan dirinya sementara. Rina duduk disebelah Dyah. Saat ini Dyah sudah dipindahkan ke ruang khusus, sehingga ia bisa melihat Dyah sepuasnya dengan kapasitas pengunjung yang ditentukan.
"Sayang, bangun ya. Mama kangen," Rina mengelus puncak kepala Dyah,"maafin kesalahan mama ya nak. Mama janji, mama akan jaga kamu, dan mama akan lakukan apa aja buat kebahagiaan kamu."
"Assalamualaikum," terdengar suara Jeff yang baru saja datang.
"Waalaikum salam," jawab Rina dan Jeff mencium punggung tangan Rina.
"Tante, Tante pulang ya, biarin Jeff yang jaga. Tante juga harus jaga kesehatan." Ucap Jeff merasa khawatir dengan kondisi Rina yang terus-menerus murung.
"Tapi Tante berat ninggalin Dyah Jeff,"
"Tante, ingat. Ada Dita yang butuh Tante. Tante beri keyakinan pada Dita, bahwa kakaknya baik-baik saja."
Yang dikatakan Jeff sangat benar. Kali ini, ia harus berposisi adil dan tidak boleh egois. Ada Dita yang lebih butuh perhatiannya. "Baiklah. Tante akan pulang sekarang."
"Tan, maaf. Jeff ga bisa anterin Tante pulang."
"Gak papa nak. Tante bakal panggil supir. Kalo gitu, Tante pulang. Titip Dyah ya Jeff," Rina bangkit, meninggalkan ciuman di kening Dyah lalu pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
1KM [TERBIT]
Teen Fiction[PRE-ORDER 01-20 FEB 💗] TERBIT di Penerbit Garca💗 [JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA] [SMA Trisakti] "DYAH!! MAMA KECEWA SAMA KAMU! KAMU ITU ANAK YANG GA BISA DIPERCAYA!! MAMA KECEWA!!" Wanita itu marah seperti suara petir yang juga ikut marah pada...