Chapter 12

161 30 1
                                    


Memaafkan itu ternyata sulit yaa. Harus dipikir berkali-kali. Karena yang kita takuti adalah hal yang menyakitkan itu terulang kembali”

*****

“Karena aku masih sedikit takut, takut dikecewakan dan dipermainkan. Sepertinya, dua hal yang lebih menyakitkan daripada ditinggalkan selamanya,”

*****

T. B. C

=====

Rina tidak menggubris panggilan Roy, bahkan ia langsung pulang dari kantor tanpa ada obrolan di dalam mobilnya. Pikirannya hanya teringat akan perlakuan Roy pada wanita lain. Dita mengerti apa yang Rina rasakan, maka dari itu, dirinya juga memilih diam.

Mereka sudah tiba di teras rumah,"Dita, kamu langsung tidur ya. Ingat besok persiapkan ujian kamu." Perintah Rina langsung dipatuhi anaknya. Dita langsung pergi ke kamarnya, ia tau bahwa Rina butuh waktu untuk sendiri.

"Rina! Tunggu! Dengerin penjelasan saya." Cegah Roy menahan lengan Rina. Rina menelan salivanya, ia mencoba menetralkan emosinya saat berhadapan dengan Roy. Apalagi Rina termasuk orang yang sulit marah.

Roy lega melihat Rina yang memberinya kesempatan untuk menjelaskan apa yang terjadi. "Saya mau jelasin apa yang kamu liat tadi Rin,"

Rina masih dengan tatapan datar ke depan, seolah ia tidak menganggap ada Roy didepannya. Karena ia masih sedikit takut. Takut dikecewakan dan dipermainkan. Sepertinya itu hal yang lebih menyakitkan daripada ditinggalkan selamanya.

"Tadi itu mantan istri saya. Mantan istri yang sangat bejat. Saya benci sama dia."

Mantan istri tapi kenapa ciuman? Benci kenapa ciumaan?!!!

Pantas saja jika Rina marah, dan cemburu seperti anak remaja lainnnya. Siapa yang tidak sakit jika melihat calon suami melakukan hal tersebut dengan wanita lain? tepatnya mantan.

"Terus saja mas. Ga usah bertele-tele, sudah hampir malam." Rina masih tidak menatap wajah Roy.

"Tadi dia minta uang ke saya, karena saya ga mau menuruti permintaannya. Dia tiba-tiba langsung nyosor ke saya Rin. Kamu tau kan saya duda? Nafsu lelaki itu sulit ditahan. Dan maaf, jika kamu liat saya membalas ciuman itu. Maaf. Saya harap kamu bisa mengerti maksud saya Rina." Paparnya panjang lebar sambil memegang kedua tangan Rina. Roy janji pada dirinya, supaya hal itu tidak akan terulang lagi. Bisa-bisa ia akan kehilangan sosok Rina yang dicintainya.

Rina tidak bisa menyeka air matanya, hatinya sesak oleh rasa ketakutan. Bukan rasa cemburu yang ia rasakan, tapi takut akan hal itu terus terjadi nantinya.

"Rina. Jangan menangis, maafin saya. Saya tau saya salah. Seharusnya saya tadi mendorong tubuh Lina, tapi saya malah kepancing. Maafin saya Rin,"

"Iya aku maafin. Tapi aku mau masuk." Kata Rina singkat, namun ditahan oleh Roy.

"Rin, jangan jauhin saya. Kita akan terus melanjutkan pernikahan kita."

Rina menangis, pikirannya tidak bisa lepas dari hal tersebut. "Mas, lanjut besok. Aku capek, mau istirahat." Rina melepas genggaman Roy, dan segera memasuki rumahnya.

Roy menghela nafas, ia tau. Saat ini bukan yang pas untuk mengembalikan suasana. Roy harus menunggu semuanya mendingin, lalu ia mendatangi Rina. Mungkin besok semuanya akan baik-baik saja. Karena ia juga tau bahwa Rina itu tidak mudah marah dan dendam.

1KM [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang