chapter 1

518 33 58
                                    

Tak terpikirkan dahan yang kokoh itu akhirnya luruh juga. Daun-daunnya gugur kebumi karna semillir angin yang bertiup perlahan....
Sebuah kisah dimulai dalam rapuhnya hati yang kering dimakan usia.
Luka...tak yang tak berdarah menimbulkan pedih karna penghianatan yang luruh dalam kenangan dimusim gugur...

Tokyo, 16 Agustus 2002

Kesibukan begitu terlihat Seito Hospital yang memang tak pernah sepi mengingat ramai dan besarnya rumah sakit itu. Sebuah rumah sakit yang megah dan mewah dikota Tokyo. Diruang tunggu terlihat seorang lelaki muda duduk agak gelisah memandang kedalam ruangan yang tertutup rapat itu.

"Abunaii...kenapa lama sekal?" keluhnya meremas tangannya gelisah. Membuat seorang lelaki paruh baya yang duduk disampingnya tersenyum.

"Kuroto, tenanglah! Semuanya akan baik-baik saja. Tsukasa istri yang kuat bukan?" katanya menenangkan.

Lelaki muda itu yang ternyata adalah Kuroto, anak tunggal pewaris Genm Cooperation Corp sebuah perusahaan yang terkenal dengan banyak Cabang di Tokyo itu hanya meremas tangannya dengan gugup.

"Aku tak secemas ini waktu menunggu kelahiran Parad, ayah! Astaga...anak kedua ku ini membuat istriku susah rupanya." keluhnya kesal.

Masamune menepuk bahu sang putranya pelan. "Itu wajar anakku! Mungkin karna belum waktu yang pas makanya agak lama kelahirannya kali ini..."

Kuroto hanya diam saja. Sampai beberapa saat kemudian terdengar tangis bayi yang agak kencang membuat mereka tersentak berdiri.

"Akhirnya ayah, putraku lahir juga..." kata Kuroto tersenyum bahagia.

"Omedetau, putraku..." Masamune hanya menepuk bahu sang anak. Ikut merasakan kebahagiaan sang buah hatinya.

Ruangan operasi itu akhirnya terbuka dan seorang dokter wanita yang cantik dan tinggi semampai keluar dari sana menggendong bayi mungil dipelukannnya. Kuroto dan Masamune menghampiri dokter itu.

"Bagaimana keadaan istri dan anakku, dokter?" tanya Kuroto tak sabar.

"Omedetau, Tuan Iwanaga. Anak anda laki-laki." Dokter Saiko mengulurkan bayi mungil yang terbungkus selimut biru itu ketangan Kuroto yang menerimanya dengan hati-hati.

"Istri anda baik-baik saja. Ia hanya perlu istirahat sebentar karna kelelahan tadi. Walau kecil anak ini ternyata agak susah juga mengeluarkannya. Aku hampir mengira dia perempuan tadi. Manis sekali...mungkin karna dia seorang omega jadi agak-"

"Apa dok? Jadi anakku ini seorang omega?" Kuroto memotong ucapan dokter Saiko. Ia menatap seksama wajah cantik putranya yang terlelap itu. Benar kata dokter Saiko. Anak ini cantik cendrung mirip istrinya dan tak ada sedikitpun rupanya pada iras sang anak kecuali kulit putih pucat dan hidung mancungnya itu.

Autumn Memories (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang