01

1.4K 79 15
                                    

Xiao zhan berjalan dengan tertitih menuju kekelas dengan tumpukan buku ditangannya . Melangkah dengan tergesa seraya menahan sakit dikakinya. Dia kesakitan disetiap langkahnya namun siapa peduli? Murit beasiswa sepertinya hanya dipandang sebelah mata. Laju kakinya kian cepat ketika melihat ruang kelasnya.

"Terlambat lagi Mr. Xiao? " Sapaan sinis dari sang guru menjadi sambutan baginya.

"...." Tak ada yang keluar dari bibir mungil pucat Xiao Zhan.

"Alasan apa lagi yang kau gunakan kali ini ! Mengantar koran? Seragam basah? Menolong anak kucing? " Walau seperti pertanyaan itu jelas sebuah sindiran pedas baginya.

"Maaf " Hanya kata itu yang bisa ia utarakan pada saat ini dengan menunduk dalam.

"Ketahui lah Mr. Xiao Zhan kau hanya seorang murit beasiswa. Jadi ikuti auran disini atau pergi! "Itu hanyalah sebuah kata-kata biasa bagi orang lain namun dapat memberikan kesan ter sendiri padanya. Ia berusaha keras agar bisa tetap melanjutkan pendidikannya dan bekerja agar merubah nasip namun sebuah kalimat sinis dan menyakitkan yang ia terima ketika bersekolah disini.

" maafkan saya. "Sekali lagi kata itu keluar dari bibirnya ketika membayangkan akan seperti apa dirinya jika tidak dapat pendidikan. Semua ia tanggung dibahunya mulai dari hinaan , cacian , hingga bullyan ia terima agar tetap dapat bersekolah. Berharap dapat merubah nasipnya yang sangat memuakkan.

" Aku tak menerima maaf. Jadi silahkan berdiri dilapangan hingga waktu istirahat tiba. "Setelah mengatakan itu Wanita itu melanjutkan kegiatan belajar mengajar kembali.

.
.
.
.
.


Disinilah Xiao Zhan saat ini, berdiri tegap ditengah lapangan seakan menantang sang mata hari.

'Aku bahkan belum makan sejak tadi malam. Bahkan tak sempat sarapan dan kakiku sakit . '

Keluhnya dalam hati. Tetesan keringat yang keluar dan bibir yang berwarna pucat memperlihatkan seolah kapan saja tubuh ringkih itu bisa tumbang kapan saja.

Hal itu ia lakukan hingga bell berbunyi menandakan waktu istirahat , namun dia tak bisa berhenti dari hukumannya kecuali dari perintah Guru Ming.

'Buk'

" akkkkk"Sebuah bola basket menghantap kepalanya membuat dia kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Sungguh pukulan bola itu sangat menyakitkan

"Maaf!!! jalang aku tak sengaja. " Ucap seseorang peria tampan dengan seringai dibirnya. Dan seketika membuat semua orang tertawa menertawai kemalangan yang menimpa seseorang yang mereka benci.

Xiao hanya bisa menahannya tak ada suara bagi orang miskin sepertinya. Dia telah belajar sejak dulu 'keadilan hanya untuk orang kaya' dia terbiasa akan hidup dalam lingkar seperti itu.

"Maafkan saya , tuan muda. " Seseorang yang ia panggil tuan muda ia lah Wang Yibo majikan tempat Ibunya bekerja, sebisa mungkin dirinya harus menunjukkan rasa hormat atau ibunya kehilangan pekerjaan dan keluarganya menjadi gelandangan.

"Jalang , Apa alasanmu untuk hidup? Ayahmu adalah pecandu narkoba , judi , dan minuman keras. Aku yakin kau pasti pernah merasakannya juga bersama dengan ayahmu. Kau itu tak berguna dan kau hanyalah sebuah beban dikeluargamu. Ini tali sekarang kau bisa bunuh diri dengan tali ini. " Yibo dengan wajah datarnya menyodorkan tali pada Xiao Zhan .

"Terima kasih" Di ambilnya tali tersebut dan berjalan menuju kebelakang gedung sekolah.

Semua orang disana terkejut bahkan Wang Yibo yang memberikan ide itupun terkejut, dia hanya bermain dan mengertak bukan benar-benar ingin menyuruh Xiao Zhan mati secara harfiah.

Dilangkah kannya kakinya menuju kesebuah pohon besar dan dipanjatnya pohon tersebut. Ketika sudah berada diatas pohon tersebut seketika tawanya pecah.

"Hahahahaha. Kalian terlalu bodoh. Mana mau aku bunuh diri sebelum aku kaya. Bhahaha. Dasar orang kaya bodoh. Hahaha. " Xiao Zhan tertawa terbahal sekeras yang ia bisa hingga hampir terjatuh dari pohon tersebut.

"Seenaknya saja menyuruhku mati. Memangnya siapa kalian? Ayahku saja yang sering menyuruhku mati aku abaikan. " Tawa membahana itu kian berlanjut dan terhenti ketiks dirinya merasa lelah dan tertidur diatas pohon tersebut.


.


Ketika sore hari mata indah Xiao Zhan terbuka .

"Waktunya pulang. " Tanpa repot-repot memikirkan nasip tas atau buku pelajaran Xiao Zhan pergi menuju parkiran untuk mengambil sepedanya dan pulang.

Diperjalanan Xiao Zhan melihat banyak orang yang berlalu lalang berjalan dengan raut wajah bahagia seakan tak ada beban.

'Tentu mereka bahagia! Mereka punya Uang untuk kebahagiaan mereka'

Memikirkan Uang yang dengan mudahnya mereka hambur-hamburkan hanya untuk liburan dan hal tak berguna membuatnya kesal .

"Dasar orang kaya. " cibirnya sambil menatap sinis orang yang lewat.

T


B




C

Kill Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang