02

827 67 3
                                    

"Aku pulang!" Teriak Xiao zhan ketika membuka pintu tidak lebih tepatnya menendang pintu.

'Pyar'

Suara botol pecah yang hampir saja menghantam wajahnya jika dia tidak cepat-cepat menutup pintu itu kembali.

"Dasar anak sialan!!! Kau ingin membunuhku!!! Aku hampir saja mati tersedak" Teriak seseorang laki-laki paruh baya .

"Woi orang tua!!! Kau juga hampir membunuhku tadi!!! " Balas Xiao Zhan dari balik pintu.

"Bagi aku uang" selalu seperti ini dan seperti ini. Kadang Xiao Zhan berfikir lebih baik dia tak punya ayah saja jika memiliki ayah yang seperti ini. Tak ada tanggung jawab dan perlindungan yang ia dapat dari sosok ayahnya.

"Tidak." Jawab Xiao Zhan singkat seraya melangkah masuk kerumah.

'Buak'

Satu bogeman mendarat pada rahangnya, rasanya? Jangan tanya betapa sakitnya rahangnya sekarang.

"Bagi aku uang " ulangnya dengan memojokkan Xiao Zhan dengan cara mencekiknya.

"Tak akan. Kau cari uang sendiri sana. Uang ku untuk adik dan ibu ku. Siapa kau berani meminta uang padaku?" Seringai menyebalkan muncul pada bibirnya membuat sang ayah kian terbakar api amarah , merasa diremehkan oleh sang anak.

"Sialan"

'Buak, buak, buak, buak'

Tak peduli berapa puluh hantaman lagi ia peroleh ia tetap bertahan pada pendiriannya, uang yang ia simpan untuk berobat sang adik dan ibunya.
Tak peduli darah yang mengalir dari pelipisnya atau tendangan yang menghantam perutnya membuatnya mual dan perih. Uang ini hanya untuk adiknya.

"Dasar tak berguna" setelah puas memukuli tubuhnya sang ayah kini pergi meninggalkan dirinya yang penuh luka dan lebam begitu saja diruang tamu.

"Sial harusnya aku memukul kepalanya dengan botol juga agar kita imbang. Hahaha " dengan berusaha membalikkan tubuh menjadi terlentang menghadap langit-langit rumah dan menertawai hidup nya yang seperti sebuah lelucon.

"Sialan darah ini tak mau berhenti . Tuhan jangan ambil nyawaku ini tolong kasihani diriku aku belum pernah anu-anu dengan seorang wanita . jadi jangan ambil nyawaku dulu." Xiao Zhan terkekeh ketika menyadari apa yang ia ucapkan.

"Tuhan aku mohon jatuhkan uang yang banyak hingga aku bisa berendang dalam kolam uang! " Teriaknya seperti orang gila.

'Buk'

Sebuah hantaman yang cukup nyaring dari arah jendela rumahnya mengejutkannya

"Berisik bodoh " Raung tetangga sebelah rumahnya.

"Tuhan tolong beri aku rumah yang besar agar aku bisa berteriak tanpa ada tetangga menyebalkan. " Bisik Xiao Zhan dengan menatap jendela rumahnya sinis.

"Sudah harusnya aku mandi dan bersiap untuk kerja. " dilangkahkannya kakinya menuju kekamar mandi yang berupa papan hampir roboh dan beberapa tong untuk mandi dan keperluan lainnya.

"Woi tetangga ! Aku mau kerja mau mencium tanganku tidak ! " Teriak Xiao Zhan didepan rumahnya setelah itu berlari secepat yang ia bisa untuk menghindari kemarahan tetangganya itu.

.
.
.
.

Disinilah Xiao Zhan berakhir didepan sebuah tempat kontruksi . Xiao Zhan berkerja sebagai pengangkat  semen, pasir, dan batu bata adalah bagian dari pekerjaannya.

"Kau terlambat nak " teriak tuan Hao mandor ketua . Orang yang bertugas mengatur jalannya pembangunan .

"Tadi aku mengerjakan tugas matematika paman " Balas yang lebih muda dengan senyuman memulai pekerjaannya menangkat tumpukan semen yang dilihat sangat mengunung.

"Xiao paman boleh potong gajimu tidak "  Tuan Hao melirik Xiao Zhan yang tengah kepayahan mengangkat karung- karung dengan senyum jenaka diwajahnya dan disambut gelak tawa oleh pekerja yang lainnya.

'Bruk'

Setelah menyelesaikan separuh tumpukan itu Xiao Zhan berjalan menuju ketempat yang lain tengah beristirahat.

"Paman Hao . jika kau potong gajiku makan apa aku ini. Kasihanilah aku. " Balas Xiao Zhan seraya menidurkan kepalanya pada pangkuan Tuan Hao.

"Makan lah batu " Balas tuan Hao datar dan dijawab dengan gelak tawa semua orang.

"Paman menyebalkan." wakau bibir berkata demikian Xiao Zhan malah kini memeluk Tuan Hao dan perlahan tertidur.

"Jika kau tertidur paman benar akan memotong gajimu. " Ancam tuan Hao ketika melihat mata coklat dalam pangkuannya perlahan tertutup.

"Potong saja gajinya Pak Hao. " ucap seseorang laki-laki paruh baya dengan memberikah Xiao Zhan air minum.

"Aku akan ambil gaji paman juga jika benar begitu. " Diambilnya air minum itu.

"Jika minum jangan dengan tiduran nanti terse-

"Uhuk"

-dak"

Mereka yang melihat Xiao Zhan tersedak hanya mengelengkan kepala dan pergi meninggalkan Xiao Zhan yang masih kesusahan bernafas.

"Ayo kerja lagi " Ucap tuan Hao

"Tunggu aku ! " pekik Xiao Zhan ketika sudah bisa menetralkan nafasnya.

T

B

C

Kill Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang