Chapter 10

8.1K 800 6
                                    

*_*_*

JANGAN LUPA LIKE DAN COMMENT SEBAGAI DUKUNGAN KALIAN

Jangan lupa kunjungi akun Dreame-ku

Sewaktu-waktu aku bisa saja hanya aktif di sana

Kalian bisa mencari dengan cara ketik : Juanita Pangestu

Jangqn lupa follow dan like semua ceritaku ya

Terima kasih

Selamat membaca

*-*-*

"Dia kembali ?" tanya Sea dengan menaruh segelas tea hangat di depan Arabel.

Dengan wajah masih pucat Arabel mengambil gelas itu dan menyeruputnya pelan. Kepalanya masih sangat pusing mengingat hal tadi.

Arabel menggelengkan kepalanya pelan yang membuat Sea menggeram pelan. Sedangkan Dave dan Gris hanya melihat dengan wajah berpikir.

"Kau tidak melihat orang yang mengikutimu ?" tanya Dave dengan mengusap pundak Sea yang terlihat frustasi.

Arabel sangat tau jika sahabatnya itu sangat khawatir dan paling benci jika Arabel kembali trauma. Ingin sekali Arabel memeluk Sea tetapi tubuhnya sangat lemah.

"Untuk menoleh saja aku tidak sanggup. Tapi... aku yakin sedang diikuti" ucap Arabel yang memelan di akhirnya.

"Aku ada diseberang jalan keluar dari minimarket dan melihat Arabel yang berjalan seakan ingin berlari. Aku tidak fokus ke sekitar" ucap Gris ketika di tatap Sea dengan tatapan tajamnya.

"Aku tidak apa. Mungkin hanya terlalu lelah dan sedikit parno. Aku baik-baik saja, Sea" Ucap Arabel yang membuat Sea menghela nafas pelan

"Kau... Astaga Bel, aku sangat khawatir denganmu" ucap Sea yang membuat Dave mengusap punggung Sea pelan.

"Kalian perlu istirahat, aku tidak apa" ucap Arabel yang membuat Dave mengangguk dan menggiring Sea untuk masuk ke dalam kamar.

Menyisakan Arabel dengan Gris yang menatapnya dengan wajah bertanya. Arabel meminum tehnya kembali dan mengedikkan bahunya.

"Kau tau aku baik-baik saja, bro" 

Gris tertawa mendengarkan ucapan Arabel yang sok tegar tetapi Gris hanya mengangguk pelan. Begitulah sikap Gris yang memang jarang berbicara jika memang sudah mendapatkan jawaban.

"Aku di sini jika kau membutuhkanku, Sis" ucap Gris dengan melanjutkan gamenya yang tertunda

Gris yang baru saja keluar dari minimarket melihat Arabel yang berlarian. Persediaan bir telah habis di kulkas dan beberapa cemilan tinggal sedikit

Hal itu membuat Gris memilih untuk pergi ke minimarket dekat rumah dengan jalan kaki. Arabel sangat bersyukur akan kebetulan itu.

Entah apa yang akan terjadi jika Arabel tidak bertemu dengan Gris. Mungkin saja Arabel akan pingsan di tengah jalan sebelum sampai rumah.

Arabel meminum tehnya kembali dan menaruhnya di atas meja. Dilihatnya teh yang masih tersisa, begitu pekat dan tak tertembus.

Fokus Arabel terpecah ketika mendengar suara ketukan pintu yang dalam sekejap berubah menjadi gedoran. Gris yang mendengarnya menoleh melihat Arabel

Gris dapat melihat jika wajah Arabel sudah berubah menjadi pucat. Dengan cepat Gris berdiri dan berjalan menuju pintu rumah.

"Tetaplah di sini dan ambil senjata apapun" ucap Gris ketika melewati Arabel yang sudah berdiri dari tempatnya.

Arabel yang bingung dengan keadaan hanya ikut melangkah dan berdiri di ambang pintu pantry. Di posisinya sekarang bisa melihat ke pintu rumah.

Gris mengintip dilubang pintu kemudian membukanya. Kejadian di depan mata Arabel begitu cepat. Pintu dipaksa terbuka lebar dan Gris langsung di pegangi oleh beberapa orang bertubuh kekar.

Seorang pria bertubuh tinggi berjas rapi menatap Arabel dengan tatapan dingin. Arabel mengenal pria itu dan tidak pernah lupa dengan pria itu.

Dengan cepat Arabel memasuki dapur dan mengambil benda yang disembunyikannya selama ini. Arabel mengangkat pistol yang ada di tangannya kearah salah satu bodyguard yang ternyata menghampirinya.

Mereka semua terlihat kaget dengan apa yang dilakukan Arabel. Gris pun juga ikut kaget akan hal itu. Arabel menggelengkan kepalanya pelan

Sepupunya memberikan senjata ini dan menyuruhnya untuk menyembunyikannya dengan rapih. Waspada akan ada hal buruk terjadi lagi.

"Untuk apa kalian kemari ? Pergi!" Bentak Arabel menatap pria berjas yang menatapnya.

Arabel menatap Gris yang dipegangi oleh dua orang dan ditodong oleh sebuah pistol. Sialan! Seharusnya Arabel tidak menganggap remeh firasatnya tadi ketika di ikuti

Seharusnya Arabel tau jika pria itu masih ada dan mengawasinya. Terlalu menganggap remeh kemampuan pria itu. Arabel berusaha kuat agar tak menangis.

Arabel terlalu naif jika selama ini dirinya tidak terdeteksi. Ingin sekali Arabel menangis dan memohon tetapi sepertinya percuma saja.

"Tuan menyuruh saya untuk menjemput Anda. Sudah waktunya Anda kembali, Nona" ucap pria yang merupakan tangan kanan pria brengsek itu.

Arabel mengingat pria itu ketika sering bertemu dengan Alymer. Terkadang pria itu juga yang menjemputnya ketika Alymer tidak bisa menjemput.

"Aku tidak mau! Jemput saja tuanmu dan bawa ke neraka!" ucap Arabel yang sudah kesal dengan kondisinya saat ini.

"Nona, Anda tau Tuan akan marah jika mendengar hal ini" ucapnya masih dengan nada sabar.

"Siapa yang peduli... Argh..." ucapan Arabel berubah menjadi erangan ketika sebuah benda kecil mengenai pundak sebelah kanannya.

Rasa panas langsung menjalar di tubuhnya. Semua badannya serasa mati rasa dan kepalanya sangat berat.

Arabel ingin berteriak ketika melihat Gris dipukul hingga pingsan. Kemudian melihat Sea dan Dave yang diikat sambil keluar kamar.

Ini tidak adil!

*_*_*

Alymer menatap perempuan yang tergeletak di lantai dengan mata tertutup. Perempuan yang sangat amat dirindukannya selama empat tahun ini

Setelah memberi perintah kepada bawahannya untuk mengurus yang lain. Alymer melangkah dengan pernah menuju tubuh Arabel.

Alymer berjongkok di samping Arabel yang sudah kehilangan kesadaran. Mendengarkan penolakan Arabel membuat hati Alymer memanas tak terima.

Selama ini Alymer diam dan hanya berdiri di dalam kegelapan supaya Arabel tak melihat gerak-gerik Alymer. Tetapi rasa itu masih ada dan bergejolak untuk segera bertemu.

Sebenarnya Alymer ingin menjemput Arabel secara paksa di jalan. Tetapi pria sialan itu menghampiri pujaan hatinya.

Menggagalkan semua rencana yang sudah tersusun. Kejadian itu membuat Alymer harus melibatkan korban jiwa di sini.

Bisa tidak bisa Arabel harus ikut. Alymer menghela nafas mengambil benda kecil dari lengan Arabel. Dengan sangat terpaksa Alymer harus membius Arabel ketika melihat penolakan ini.

Sejak tadi Alymer hanya berdiri di belakang beberapa anak buahnya. Supaya Arabel tidak menyadari kehadirannya. Alymer ingin melihat respon apa yang akan diberikan Arabel.

Tentu saja bukan respon yang menyenangkan.

"Kau sudah menyiapkan pesawat ?" tanya Alymer yang langsung diangguki  oleh Celo, tangan kanannya sejak dulu.

"Tentu saja, Tuan" jawabnya yang membuat Alymer tersenyum

Dengan cekatan tubuh Arabel langsung diangkat ke dalam gendongannya. Ini saatnya, saat yang dinantikannya selama empat tahun ini

Saatnya untuk kembali denganmu

*_*_*

Ossesione Alymer ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang