Suasana lapangan sekolah ramai oleh ratusan murid kelas dua belas yang sedang merayakan kelulusan mereka. Bau cat semprot dan spidol permanen memenuhi udara di sana, membuatku harus berusaha lebih keras untuk melewati segerombolan kakak kelas yang saling menuliskan nama pada seragam masing-masing.
Dari kejauhan tampak dirimu sedang menerima tulisan tangan dari beberapa lelaki. Aku menunggu sejenak sampai teman-temanmu itu, sebelum kemudian meyerukan namamu. Tidak butuh waktu lama bagimu untuk menyadari keberadaanku karena setelah itu kamu segera menarikku menuju pinggir lapangan.
"Selamat atas kelulusan kakak," kataku begitu mendapatkan tempat yang cukup nyaman dipinggir lapangan. Aku menyodorkan sekuntum bunga marigold, membuatmu mengerutkan kening sesaat. Aku yakin kamu mengetahui arti bunga itu, namun aku tidak perduli. Aku hanya ingin kamu menyadari perasaanku.
"Terima kasih."
Setelah itu, kamu lebih memilih untuk menatap sekuntum bunga tersebut. Sementara aku lebih tertarik melihat kegembiraan yang terpancar jelas dari tiap orang yang berada di lapangan.
"Kamu sudah bertemu Binar?" tanyamu tiba-tiba, membuatku memalingkan wajah dengan bingung.
"Binar datang?" Kamu mengangguk. Sekuntum bunga marigold yang aku beri sudah tersemat pada saku seragammu, sehingga tanganmu dapat menyugar rambut dengan bebas.
"Iya. Tadi dia sudah bertemu denganku."
Setelah itu kembali hening. Suara tawa dan pekikan girang teman-temanmu tidak lagi terlihat menarik. Sebuah pemikiran membuatku memberanikan diri untuk kembali bertanya.
"Jadi, setelah ini aku tidak akan mendengar kabar kakak?" Kamu melirikku sekilas, sebelum kemudian mengangkat bahu.
"Aku rasa masih bisa. Aku kan masih bersekolah." Ah, benar juga. Selama kamu belum menjadi agen resmi, aku masih dapat mendengar kabarmu. Hal tersebut mau tidak mau membuatku merasa sedikit lebih lega.
"Tetap saja aku pasti kesepian," gumamku pelan, yang tidak aku sangka dapat terdengar olehmu.
"Aku akan mengunjungimu saat libur," katamu sembari mengusap rambutku perlahan.
"Sungguh?" Aku tidak tahu seperti apa wajahku terlihat, atau seperti apa suaraku terdengar. Yang jelas aku benar-benar menaruh harapan terakhirku pada sebuah ketidak pastian hari itu.
"Iya," jawabmu setelah tampak menimbang beberapa saat. Melihatku akan memastikan hal itu lagi, kamu segera mengalihkan topik pembicaraan.
"Setelah ini kamu langsung pulang?" tanyamu. Aku mengangguk cepat.
"Iya. Aku kesini cuma untuk bertemu Kak Agam."
Sebuah senyum sedih tercipta di wajahmu, membuatku sadar bahwa setelah ini semuanya tak akan sama lagi.
"Maaf ya aku tidak bisa menemani."
"Tidak apa-apa," kataku sambil tersenyum maklum.
Dari kejauhan, tampak teman-temanmu sudah menatap ke arah kita berkali-kali dengan gelisah. Rasanya aku hanya menjadi perusak kesenangan kalian, sehungga aku segera saja melanjutkan perkataan.
"Itu, teman-teman Kakak sudah menunggu." Kamu turut mengikuti arah pandangku, setelah itu kamu menghela nafas berat.
"Hati-hati dijalan," katamu pada akhirnya.
"Iya."
"Tahu kan harus naik apa?" Aku tertawa kecil kala menyadari bahwa lagi-lagi kamu menganggapku sebagai adik kecil yang harus dijaga.
"Aku tahu harus naik apa, harus turun dimana, dan bagaimana cara menyeberang," jawabku. Dan sebelum kamu dapat membalas lagi, aku segera mendorongmu ke tengah lapangan.
"Baiklah. Aku pergi dulu."
Aku melambaikan tangan melihatmu berjalan mundur sembari menatapku.
"Selamat bersenang-senang!" seruku sesaat sebelum kamu membalikan badan.
"Selamat tinggal!"
Aku tertegun sejenak, sebuah kesadaran menghantam benakku. Kamu mengucapkan selamat tinggal.
"Sampai bertemu lagi," bisikku pelan meski aku tahu kamu tidak akan mendengarnya.
Baru kini aku sadari, sejak hari itu kamu sudah melepasku pergi. Sementara aku masih terjebak dalam bayang-bayangmu, bertahun-tahun, sampai pada akhirnya kamu sendiri yang memintaku untuk menyerah.
[19 Juli 2020]
*Sejujurnya aku pengen nambahin mulmed, tapi wattpadku eror(╥_╥).
Jadi, sudah hampir mencapai ujung perjalanan:')
KAMU SEDANG MEMBACA
Aphelion✔
Fiksi RemajaKalau boleh ku ibaratkan, dirimu sebagai Matahari, diriku sebagai Bumi, dan hubungan kita seperti Aphelion -titik terjauh Bumi dari Matahari. Bolehkah aku berharap, suatu saat nanti Aphelion kita akan berubah dan kembali menjadi Perihelion?