01 - Habit

4.5K 293 27
                                    

Somi melangkah dengan terburu-buru menuju ruang kesehatan dengan perasaan khawatir setelah dua menit yang lalu dirinya mendapat sebuah pesan singkat dari Haechan. Pesan yang menyampaikan maksud jika laki-laki itu sedang berada di ruang kesehatan.

Bahkan laki-laki itu juga meminta Somi untuk membawa makanan dan juga air minum membuat Somi berpikir bahwa Haechan-pacarnya itu dalam keadaan sakit.

Somi semakin cepat mengambil langkah hingga akhirnya dirinya sudah memutar knop pintu. Mendorong perlahan tanpa mengeluarkan suara deritan pintu, Somi mengerjab beberapa kali sebelum menyadari jika Haechan sudah menatap tajam dirinya dari arah brankar.

Gadis itu buru-buru menghampiri Haechan yang duduk di sisi brankar dengan seorang gadis lain yang tengah berbaring sembari menahan sakit. Tangannya menggenggam erat tangan Haechan bermaksud menyalurkan rasa sakit yang di deritanya.

Entah apa yang Somi pikirkan selain merasakan perih pada ulu hatinya yang seakan diiris sebilah pisau yang baru diasah. Merasakan sakit yang sama sekali tidak berdarah.

Mungkin tidak akan pernah ada yang merasakan sakitnya hati seperti apa yang Somi rasakan saat ini. Saat Haechan mengusap dahi Seoyeon yang berkeringat dengan wajah khawatirnya.

"Kenapa diam? Buka rotinya!"

Somi tersentak dengan nada dingin yang mengiringi setiap kata, mengikuti perintah yang dikeluarkan, membuka bungkus roti tersebut dan segera menyerahkan pada Haechan yang menunggu.

"Lama. Seoyeon jadi makin lemas!" Ketus Haechan merampas roti dan air minum tersebut dari tangan Somi.

Gadis ini hanya berdiri terdiam memperhatikan Haechan yang sedang menyuapi Seoyeon dengan perlahan dan penuh perhatian.

"Seoyeon udah minum obatnya?"

"Belum."

Somi menundukkan kepalanya, memilin jari-jarinya dengan sesekali menghela nafas dalam diam. Dirinya tersenyum miris saat sadar jika pacarnya itu sedang bersama gadis lain, berselingkuh tepat di depan matanya. Menganggap kehadiran Somi hanyalah sebuah bayangan.

"Pelan-pelan, baby." Ujar Haechan mengusap ujung bibir Seoyeon.

Mata Somi mengabur karena air mata yang sudah menumpuk. Tiga kata yang berhasil membuatnya tersadar akan posisi yang salah. Karena tiga kata itu tidak hanya menggema di dalam gendang telinga Somi tapi juga di ulu hatinya.

Dan itu, terasa amat menyakitkan.

Helaan nafas dengan kasar kembali terdengar, berpikir dirinya tidaklah seberuntung gadis yang tengah diperhatikan oleh Haechan. Bahkan untuk disapa dengan lembut Somi rasa itu jarang terjadi.

Haechan melirik Somi menggunakan tatapan tajamnya. "Kenapa masih disini?"

Somi menaikkan pandangan, menggaruk tengkuknya merasa tidak enak lalu menggeleng pelan. Kakinya bergerak menuju lemari putih yang berisi berbagai obat-obatan, mencari obat yang sekiranya cocok untuk mengatasi penyakit yang di derita Seoyeon.

Setelah menemukan apa yang dicari Somi membawa satu butir tablet itu menghampiri Haechan dan juga Seoyeon, tak lupa senyuman yang dia tampilkan.

"Habis makan bagusnya minum obat ini, pasti perihnya hilang perlahan." Somi mengarahkan telapak tangannya yang terbuka pada Seoyeon, mengisyaratkan agar gadis itu segera mengambil dan meminumnya.

Seoyeon memperhatikan telapak tangan Somi lalu naik menatap wajah Somi yang tampak sangat tulus dengan senyuman yang tak kalah tulusnya.

Perasaan Seoyeon jadi berubah tidak enak.

[✓] Player Guy | Haechan . SomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang