03 - Not exciting

1.7K 259 51
                                    


Somi mengerjab beberapa kali sebelum mendudukan dirinya yan tampak kacau. Matanya terasa perih dan juga berat. Sembab dan bengkak. Hidungnya memerah juga kepalanya terasa berdenyut. Bekas air mata juga ada beberapa pada pipinya.

Nafasnya sedikit tersendat akibat hidungnya yang tersumbat. Somi segera keluar dari kamarnya menuju kamar mandi yang berada di sebelah dapur, berniat untuk membersihkan wajahnya juga sekalian mandi menyegarkan diri.

Namun baru melangkahkan kaki melintasi ruang tengah, sontak membuat Somi membulatkan mata bengkaknya menyadari Haechan yang ternyata masih berada di rumahnya. Tidur dengan keadaan duduk, tanpa bantal tidur ataupun selimut. Bahkan TV juga masih menyala.

Somi yang ingin menghampiri Haechan mengurungkan niat sesaat dia sadar jika masih dalam keadaan yang kacau. Somi segera masuk kamar mandi berkutat di depan westafel, menggosok giginya tak lupa mencuci wajah dengan sabun khusus. Selesai, Somi berlari menuju ruang tengah.

Somi melirik jam yang berada di atas TV. Pukul 07.45. Wajar saja Haechan belum bangun dari tidurnya. Hatinya menuntut untuk berdiri di hadapan Haechan, namun dirinya ragu; membangunkan atau membiarkan.

Namun Somi bukan gadis yang tega, bukan?

Gadis itu memegang pundak Haechan dan mendorongnya secara perlahan agar Haechan dapat berbaring. Somi menahan pekikannya karna bukan Haechan sendiri yang terbaring melainkan dirinya yang juga ikut berbaring.

Tangan Haechan melingkar pada pinggang Somi dan itu mengakibatkan Somi limbung hingga terjatuh di atas badan Haechan. Belum lagi keningnya yang menyentuh permukaan bibir Haechan.

Somi menggigit bibir bawahnya, mencoba untuk berdiri namun tangan Haechan semakin erat memeluk pinggangnya.

"Chan..."

"Hm."

"Le-lepasin... dong."

Haechan mendelik. "Malam aja kamu enak tidur aku pelukin." Haechan membalas dengan nada tenang. Membuat Somi mau tidak mau membulatkan matanya.

"Gak percaya?" Haechan bertanya dengan kekehan khas nya.

Somi menggeleng kecil. Haechan melepas lengannya dari pinggang Somi, membiarkan Somi yang buru-buru bangkit memberi jarak di antara mereka. Bukan bagaimana, Somi hanya tidak bisa menahan detakan jantungnya yang berpacu dengan cepat, dan bahkan Haechan dapat merasakan hal itu.

"But thanks, your huge make me feel better." Haechan bergumam dengan senyum tipis.

Perasaan Somi berhenti sejenak.



***

Pukul sembilan pagi Haechan telah selesai menyegarkan diri dengan mandi di rumah Somi. lelaki ini hanya mengenakan celana training hitam milik Somi yang belum pernah dipakai oleh gadis itu karena kebesaran.

Haechan shirtless dengan handuk yang menggantung di lehernya membuat Somi yang baru memasuki area dapur langsung membeku di tempat. Buru-buru Somi menundukkan kepala menghalau pandangannya yang semakin lama membuat detak jantungnya berdetak dua kali lipat.

Terlebih lagi rambut Haechan yang masih basah.

Somi rasa dia lebih baik pingsan. Dia sangat tidak nyaman jika begitu.

Sedangkan Haechan tidak merasa malu bahkan nyaman saja walaupun dia bertelanjang sekalipun. Lelaki ini terlihat seperti orang yang telah terbiasa akan semua hal itu. 

Somi balik badan dengan kilat masih menunduk, menyembunyikan rona merah pada pipinya.

Malu malu, jerit Somi dalam hati.

[✓] Player Guy | Haechan . SomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang