29 - The first threat

523 72 30
                                    

Somi baru saja pulang dari kampus dan beristirahat sebentar sebelum suara bel yang terdengar sangat amat nyaring bergema di penjuru apartment.  Somi mengikat rambut pirang panjangnya sebelum mengambil langkah berat menuju intercom.

"Who?" 

Tanya Somi dengan suara pelan. Namun tidak ada jawaban dari luar sana. Malas untuk hanya sekedar menghidupkan fitur kamera membuat Somi menghela nafas dan mendengus sebelum membuka kunci pintu apartment.

Begitu suara pintu terbuka, gadis ini berjalan menuju pintu bersiap menyambut Mark dengan wajah datarnya.

Sangat yakin itu adalah Mark karena di jam segini pemuda itu akan datang mengacaukan apartment nya.

"Mark— oh hai Kim."

Somi yang semula hanya memberikan celah pintu kecil kini membuka lebar pintunya. Berhadapan dengan Kim Hyunjin yang masih menundukan wajah.

"Kim? Is something bad happen?"

Somi mendekati Kim yang sudah mengangkat pandangan. Matanya tampak sedikit layu dan beberapa detik kemudian matanya mulai berkaca-kaca. Bibirnya berkedut menahan tangis yang tak lama lagi akan pecah.

Spontan Somi menarik Kim ke dalam dekapannya membiarkan perempuan itu menangis dengan tersedu di pundaknya.

"Hei... It's oke—hng..."

Somi mengelus punggung belakang Kim menyalurkan ketenangan. Bahkan bahu Kim kian berguncang akibat tangisan yang Somi sendiri tidak tau kenapa.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Somi hanya menunggu hingga tangisan Kim mereda sebelum membawanya masuk ke dalam apartment.

Tepat waktu itu pula Mark keluar dari lift menuju ke arah Somi. Wajahnya terlihat sangat kebingungan melihat Somi yang memeluk seseorang yang dia kenal bernama Hyunjin.

"Hei girl... Something bad happen, huh?"

Mark terkekeh saat Somi mengisyaratkan diam untuknya. Sedangkan Kim tampak terkejut atas kehadiran Mark yang mendadak begini.

Kim mengurai pelukannya dengan Somi, menatap malu-malu pada Mark yang menyenderkan badan pada dinding. Jujur saja itu terlihat indah—ah maksudnya Mark terlihat tampan di mata Kim kali ini.

"Ah, lebih baik kita berbicara di dalam—yuk Kim."

Kim mengangguk lalu mengikuti Somi yang telah masuk duluan ke dalam apartment. Matanya tidak bisa lepas dari hadirnya seorang Mark yang saat itu mengenakan black rip jeans, black t-shirt, and black hair.

Mark yang tak sengaja menatap Kim yang tengah memandanginya hanya memberi kerlingan dan itu membuat Kim segera mengambil langkah lebar menghampiri Somi. Tingkahnya itu membuat Mark terkekeh geli.

Mereka bertiga tengah duduk di ruang TV, Somi dan Kim yang duduk bersebelahan dan Mark yang duduk di sigle sofa. Namun untuk dua menit kedepan belum ada suara yang keluar hanya untuk basa-basi. Sampai dimana Mark mengeluh lapar dan pergi mulai mengacak dapur Somi.

Disaat itulah Somi mulai menyentuh bahu Kim perlahan.

"Apa yang terjadi? Kamu bisa menceritakannya pada ku."

Kim mengulas senyum tipis. Menatap tepat pada manik jernih Somi sebelum mengambil nafas yang dalam.

"Ak-Som, kalau apapun yang terjadi, jangan cepat ambil kesimpulan pendek... Tolong percaya kata-ku..."

Kim berkata dengan nada sendu. "Kapanpun... waktunya... aku tidak tau waktu yang pasti, ta-tapi..."

Ucapan Kim terpotong karna lagi-lagi dia menangis. Somi segera mengambil beberapa tisu dan menyeka air mata Kim perlahan. Mengusap bahu teman lamanya itu seraya bergumam 'its ok'.

[✓] Player Guy | Haechan . SomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang