32 - The next threat and lies

486 71 22
                                    

Haechan tidak tau seberapa lama dirinya melamun hingga jentikan jari terasa begitu dekat dengan telinganya. Begitu mendapatkan kesadarannya kembali, Haechan menemukan Jeno yang tengah menghela nafas gusar sembari menyeruput minuman boba nya pelan.

"Apa terjadi sesuatu?" Tanya Jeno menebak.

Haechan menghela nafas mendengar pertanyaan dari Jeno. Keduanya kini tengah duduk di sebuah kursi taman yang terletak di belakang rumah Jaemin. Sedikit beristirahat setelah memforsir diri menyiapkan beberapa peralatan yang akan digunakan dalam pesta panggang nanti malam.

Renjun dan Jaemin kini tengah mengatur beberapa bahan dan juga daging yang akan dipanggang. Karena memang itulah keahlian dua pria yang pintar memasak.

Pertanyaan Jeno masih saja membayangi pikiran Haechan, menghadirkan kilasan percakapannya dengan Kim sore ini. Perihal Kim yang tau bagaimana Somi di kanada, bagaimana kedekatan hubungan Somi dengan pria yang dia tau adalah sahabat Somi, yaitu Mark. Dan tentu bagaimana Somi yang menduakan—ah mentigakan cintanya dengan Theo.

Bahkan Haechan tidak tau apa yang salah pada dirinya. Bukankah dia sudah menerima ganjaran atas sifat kenakalannya selama remaja? Dan bahkan Haechan juga sudah menunjukkan keseriusan hubungannya pada Somi dengan cara melamar gadis itu dua setengah tahun.

"Apa ada yang mengganggu pikiranmu lagi?"

Alis Haechan menyerngit mendengarnya. "Kenapa kau selalu tau tentang pikiran ku?"

Jawaban itu justru menciptakan ekspresi kaget dicampur keingintahuan seorang Jeno. Lantas pemuda Lee dengan mata kucing ini meletakkan cup bobanya pada meja dan menggeser duduk mendekat pada Haechan.

"Apa? Ayo saling berbagi kali ini, Haechan-a..."

Haechan mengedikkan bahu. Terlalu menyakitkan untuk membicarakan atau bahkan mengingat perihal semua pernyataan dan kesaksian yang disampaikan oleh Kim padanya. Pikirannya serasa berkecamuk. Ternyata mempunyai hubungan dengan jarak dan waktu yang sangat berbeda sangatlah susah. Terlebih dengan Somi yang siapapun orang tau jika hubungannya dengan Mark sangatlah dekat.

"Aku bertemu Kim saat pergi berbelanja tadi..."

"Kim? Kim Hyunjin?"

Haechan mengangguk. "Jika kau jadi diriku, mungkin kau tidak ingin mengetahui fakta ini."

Jeno melihat Haechan menghela nafanya lagi dan lagi, bahunya sedikit surut dengan sorot mata yang layu.

"Kau tau Kim pernah tinggal bersama Somi, kan?"

Jeno mengangguk menjawabnya. "Dan pastinya Kim tau bagaimana Somi dan Mark disana..."

Untuk kesekian kalinya, Jeno melihat Haechan menghela nafas, namun kali ini tampak jika Haechan sudah merasa lelah karena hal ini.

"Kim bilang jika Somi dan Mark sudah menjalin hubungan bahkan sebelum mereka bertemu—tentu secara diam-diam..."

Jeno tidak dapat membendung rasa kagetnya. Mengerjabkan mata tak mengira jika apa yang disampaikan Haechan kali ini akan lebih mengejutkan, karena—

"Dan dia juga menjalin hubungan dengan Theo... Apa yang kalian dengar di telfon itu ternyata benar, seratus persen benar..."

—itu berarti Somi berlagak selaku Haechan disaat remaja dulu. Menduakan, bahkan mentigakan cinta tulus yang terjalin.

"A-aku tidak bisa berkata apapun..." Jeno mengalihkan tatapan pada Renjun disana. "Lalu kau percaya begitu saja?"

Sempat menjadi pergulatan pikiran bagi Haechan, namun dia kembali menerima bulat-bulat pernyataan itu. Lagian Kim juga memberi bukti kuat padanya.

[✓] Player Guy | Haechan . SomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang