09 - Behind of predators

1.4K 227 38
                                    

Lewat mata menyipitnya, Jaemin menatap punggung Haechan yang bergerak ke kiri dan ke kanan mengikuti arah geraknya motor yang sedang dia mainkan. Perasaannya sedikit jengkel dan bercampur penasaran terhadap apa yang dilakukan oleh temannya itu.

Jaemin memangku kedua tangannya. "Lee Haechan. Kamu benar sama Kim sungguhan?"

Pertanyaan yang diutarakan secara tiba-tiba dari Jaemin membuat Haechan yang semula fokus bermain game consol dengan Renjun menghentikan permainannya. Mengabaikan umpatan lelaki bermarga Huang ini yang sedang asik bermain.

"Meaning?"

Jaemin berdecak kesal. "Minju get angry with me, after kissing Kim, and you took Somi away. Kamu kira kenapa teman-teman Somi tidak marah?" Tutur Jaemin.

Renjun mendekat, menarik Haechan yang masih sedikit loading agar duduk di hadapan Jaemin.

"Benarkah?" Renjun membulatkan mata lalu mata rubahnya seketika berubah tajam menatap Haechan yang sudah memdesah pasrah. "How would you explain this one?"

Lelaki bermarga Lee ini memijat ujung hidungnya. Menghela nafas berkali-kali sebelum membuka suara untuk menjelaskan apa yang terjadi.

Salah paham. Hanya itu yang melintas dibenak seorang Lee Haechan. Matanya mulai menatap satu per satu temannya yang menatap meminta jawaban. Memasang wajah serius karena memang topik pembahasan kali ini Haechan pikir sangat serius.

"Somi pasti salah paham. Kim started first, tapi aku tutup pakai tangan dan posisi Somi bisa dibilang strategis untuk lihat itu."

Haechan kali ini jujur.

Jaemin dan Renjun langsung mengangguk paham dengan penjelasan Haechan. Semua teman Haechan memang tau rencana Haechan yang satu ini, mendekati Hyunjin karena memang perlu dengan Papa Hyunjin yang jabatannya adalah pengacara.

Bisa dibilang friend with benefits itu nyata adanya. Haechan berteman dekat dengan Hyunjin tapi dia mendapatkan keuntungan dari itu. Yaitu info penting dari Papa Hyunjin.

Renjun mengedikkan bahu, lanjut duduk di depan TV kembali memainkan game consol yang sempat di hentikan oleh Haechan.

"Jadi gimana perkembangannya?" Tanya Jaemin mulai serius.

Haechan menyunggingkan senyum puas. "Delapan puluh persen dari seratus persen."

***

Somi tersenyum merekah melihat Haechan yang memarkirkan motor di halaman rumahnya. Dengan segera dia membuka pintu menghampiri Haechan yang sudah berjalan ke arahnya.

"Sudah sehat?" Tanya Haechan menjulurkan tangan menyerahkan plastik yang berisi makanan.

Somi mengangguk dengan mata berbinar, "ini apa?" tanyanya menoleh ke Haechan.

Haechan menarik Somi untuk masuk ke dalam rumah, "jjajangmyeon, kamu suka?" Tanya Haechan diangguki Somi.

Gimana Somi gak makin cinta sama Haechan kalau gini, tiap Somi menginginkan sesuatu pasti Haechan datang tanpa diundang dengan membawa sesuatu itu.

Seperti sekarang, Somi sedari pagi merasa bosan di rumah saja karena masih pemulihan dari sakit, tiba-tiba menginginkan mie hitam, dan tepat dua puluh menit kemudian Haechan datang dengan membawa makanan yang sedang diidamkannya.

Somi membuka plastik yang menutupi piring steroform dengan sumpit, mengaduk-aduk mie tersenyum lalu segera menjejeli mie hitam ke dalam mulut.

Haechan juga membuka mie punya dirinya, makan perlahan tidak seperti Somi yang seperti orang tidak diberi makan selama sehari.

Haechan jadi terkekeh liat cara makan Somi, apalagi dengan bibir yang berlepotan seperti anak kecil makan.

"Makan perlahan bisa kan? Jangan sampai belepotan begini," ujar Haechan membersihkan ujung bibir Somi.

Haechan juga mengambil tisu yang berada di dekatnya, balik membersihkan mulut cemong Somi yang jiwanya dirasa sudah terbang melayang entah kemana.

Selesai membersihkan Haechan memakan mie nya yang sempat tertunda, sedangkan Somi masih mengerjabkan matanya.

Jantungnya berdetak tak karuan, padahal hanya hal sepele semacam ini bisa buat dia melayang tujuh keliling.

Kembali mereka makan dengan tenang hingga habis. Haechan minum dengan sekali teguk, melirik Somi yang diam mencerna mie nya masuk ke dalam perut.

Decakan keluar dari mulut Haechan saat melihat noda saus hitam di mulut Somi.

"Masih aja berantakan kalau makan," ujar Haechan menarik dagu Somi.

Somi melotot saat Haechan mulai mendekatkan wajahnya. Kewarasan yang biasanya hilang dari Somi tiba tiba balik, memberi perintah untuk Somi segera mengambil satu tisu dan menjauhkan wajah dari Haechan.

"Udah udah..." Ujar Somi cengengesan tapi terasa kaku.

Sedangkan Haechan hanya mengulas senyum tau dengan penolakan yang dia dapat.

Tapi yang namanya Haechan, lelaki tengil berprediket predator walaupun The King of Predator masih dipegang oleh Jeno, gak bakalan bisa buat hati dan jantung Somi tenang kapanpun itu.

"Gak usah ngelak gitu kali," celutuknya menumpukan kepala dengan sebelah tangan yang bertumpu pada meja.

Tatapannya diarahkan pada Somi yang menatapnya bingung.

"Hm?"

"Lagian first kiss kamu udah aku ambil," ujar Haechan.

"Hah? Maksud—"

"Di kamar Heera, di samping Heera, dan kamu tidur," sahut Haechan lalu terkekeh melihat ekspresi Somi.

Somi mengerjabkan mata masih berpikir. Jangan bilang waktu Heera ngajak Somi ke Jeju karena kesenangan Haechan sudah jadian dengan kakak tersayangnya itu, terus Somi juga cuma cerita-cerita random sama Heera sampai dia ketiduran.

Somi jadi ingat malamnya Heera senyum-senyum gak jelas sambil cie-ciein Somi yang gak tau apa apa.

"Jangan bilang yang Heera it—"

Haechan mengangguk, Somi membuka mulut gak percaya.

Kenapa gak percaya, karena selama ini Somi selalu insecure dan berpikir kalau walaupun dia pacarnya Haechan satu-satunya, tapi gak asik aja dapat bibir Haechan yang udah bekas.

"Jadi kamu yang pertama, jangan mikir yang aneh-aneh lagi," ujar Haechan gak tau diri.

[✓] Player Guy | Haechan . SomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang