Tentangnya

289 25 6
                                    

Arvin

"I hope your dreams is reachable one

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"I hope your dreams is reachable one. I wish your dream doesn't give you something precious, cause you know, the world takes as much as it gives." Pada suatu hari enam tahun yang lalu, dia berkata sambil menyemprotkan Marc Jacobs Daisy Eau de Toilette di pergelangan tangan, lalu menyambung. "Tapi apapun itu, gue janji gue akan selalu ada untuk lo dan berada dibarisan terdepan untuk bertepuk tangan paling keras."

Buat gue peristiwa itu penting meski banyak yang berpikiran kalau itu hanya angin lalu. Semuanya penting. Cukup penting hingga gue selalu menyisakan satu kursi kosong di deretan terdepan dalam setiap show yang gue isi.

Diantara petikan gitar dan sorot lampu panggung yang membutakan mata, seribu kali gue harap dia ada disana. Diantara petikan gitar dan sorot lampu yang membutakan mata, seribu kali gue terpaksa kecewa.

Gue tau dia gak bisa mendengarnya, tapi percayakah lo kalau gue bilang, setiap kali gue mengakhiri penampilan gue, ada sebaris kalimat yang gak pernah lupa gue bisikkan?

The stage was for you, Kak Aya. As always.

Kehilangan merupakan pembelajaran untuk tetap menegakkan badan meski hati gak bisa menahan luka. Semakin kesini gue mulai sadar, mungkin ini udah saatnya.

Gue masih sering termangu, bukan meratapi nasib, tapi lebih mengingat apa-apa aja hal baik yang terjadi hari kemarin.

Waktu kakak dan mobilnya masih ikut mengisi rumah, siap mengajak gue berkeliling jauh dari tempat kami lahir dan tumbuh.

Kakak bilang gue harus selalu punya hidup baru, harus disambut dengan kita yang juga baru.

Tapi hingga detik ini, gue masih nyangkut di hidup yang lama. Masih mengingat kebaikan kakak, masih mengingat tempat-tempat jauh yang dikenalkan kakak, masih terusik dengan kenangan-kenangan jenaka bersama kakak.

Banyak orang bertanya, "6 tahun udah lewat tapi kenapa masih sedihin yang udah gak bisa kembali?"

Gue gak pernah jawab. Entah karena capek harus menjelaskan yang selalu sama, atau mungkin cuma malu untuk terus-menerus terjebak di kesedihan yang sama.

"Justru karena dia gak bisa kembali lagi... Sampai 6 tahun lewat, dan sampai puluhan tahun lainnya lewat, gue akan selalu menangisinya."

Karena kalau kakak masih ada,
Gue pasti tertawa.
Gue gak akan menangis.

Enggak ada satupun manusia yang siap akan kehilangan, karena gue pun begitu. Bahkan sampai saat ini ada sebagian dari diri gue yang masih menolak untuk percaya bahwa kakak gue udah nggak ada di dunia ini. Gue masih berpikir kalau Kak Aya mungkin berada di suatu tempat dan dia tersesat. Enggak punya ongkos dan disekap orang asing atau apapun itu. Dia masih hidup. Dia bukan sosok asing yang tubuhnya terbujur kaku di sebuah kasur rumah sakit yang gue lihat saat itu. Dia nggak akan bersikap seegois itu untuk meninggalkan gue. Dia berjanji dia akan selalu ada untuk gue.

Rumah Penuh CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang