Kala
Gue gak tau ya apakah semua mahasiswa diharuskan untuk ikut berorganisasi ketika ada beberapa orang yang memang merasa nggak berkembang dengan mengikuti organisasi. Semua orang punya cara masing-masing buat berkembang. Kalau cocok di organisasi ya good for you. Kalau enggak ya udah, mikirin amat orang mau ngomong apa.
Jujur aja, gue bukan orang yang bisa berkembang lewat organisasi. Gue gak bisa ada di kerumunan orang banyak. Melelahkan. Sesungguhnya energi gue sangat terbatas dan karena muka galak seperti ini ya klop lah. Bukannya ansos tapi ya gimana jiwa introvert gue kalau dikelilingin banyak orang auto muncul. Gue sempat tersentak ketika tiba-tiba ponsel gue bergetar kirain kakak gue yang nyuruh gue dateng ke acaranya dia, sejujurnya gue males banget dateng. Tapi ternyata jarkom di grup angkatan.
Mau tau apa isinya?
Isinya adalah pemberitahuan semacem pesan berantai gitu yang isinya bilang kalau anak-anak kedokteran lagi mau bikin seminar nasional bertema kesehatan entah apalah itu, pokoknya tuh kayak gaya hidup sehat beserta tetek bengeknya. Duh, sebenernya yang kayak begituan bukan gue banget. Kenapa? Karena hidup sehat tuh ribet banget. Lo harus sarapan pake buah sama sayur yang banyak.
Sebagai anak kedokteran juga, gue berpikir keras untuk bisa berkontribusi bagi seminar ini meskipun gue bukan bagian dari panitia. Tanpa berpikir lebih lama lagi, gue langsung mengisi form pendaftaran online atas nama gue, gue mengisi 4 form pendaftaran lainnya. Atas nama siapa? Ya benar sekali. Atas nama Squad Opung tentunya. Soal mereka pada bisa atau enggak, itu mah urusan belakangan. Kecuali mereka nggak bisa bangun dari tempat tidur sampai harus di opname baru mereka boleh enggak ikut. Kalo cuma masalah ada kuliah atau rapat organisasi mah ya tibang bolos sekali aja mereka nggak bakal mati kan. Itung-itung beramal sama gue.
Oke, pendaftaran udah kelar.
Sekarang saatnya gue menentukan ide busuk apa yang bisa bikin mereka semua mau ikutan seminar ini.
Tiga hari kemudian.
Kreek.
Gue membuka pintu kamar dan menatap sekitar untuk memastikan anak-anak belum pada bangun, yaiyalah kan masih pagi, kalo mereka bangun sepagi ini bisa gonjang ganjing dunia. Gue menuju dapur untuk mengambil alat perang yang nantinya menjadi senjata gue untuk bikin mereka bangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Penuh Cerita
Ficção GeralHanya rumah biasa yang setiap harinya di penuhi oleh canda tawa anak-anak. Bukan hanya itu, pemilik rumahnya pun sangat dekat dengan para penghuni yang tinggal di dalam rumahnya. Selain itu, ada lima anak laki-laki yang tadinya datang hanya untuk m...