chapter 12 " bagaimana jika "

348 43 2
                                    

song: Jung Seung Wan - Wind 














ENJOY READING 

WARNING TYPO 






Jungkook terdiam sambil menatap langit yang menghitam tanpa bintang, kedua tangannya ia masukan kedalam celana bahan yang ia kenakan. Lama memandangi lagit ia mulai bosan mengalihkan perhatiannya pada selembar kertas.

Ia sudah membaca kertas tersebut berulang kali, namun tetap saja ia ingin membacanya lagi dan lagi. Ini bukan candaan dan bukan hal sepele. Apakah ia harus jujur untuk cintanya atau malah ia harus melepas untuk tak menyakiti.

Kepalanya berputar hebat, ia mencengkram kepalanya kuat sampai rambutnya tercabut dari kulit kepalanya. Jungkook terduduk dilantai meremas kertas putih itu bersamaan dengan air matanya.

"Tuhan kau sangat adil untuk takdir, kau juga sangat ahli dalam sekenario tidak bisakah kau tulis sebuah akhir yang indah untuk diriku"

Jungkook iri, ia sangat iri pada sepupunya V. dalam hal apapun pira itu menang dengan mudah termasuk dengan hidup, seperti tidak ada satu pun titik buruk dalam garis takdrinya berbeda dengan dirinya yang sudah tak dinginkan semenjak lahir.

Jeon Jungkook yang besar dengan segala kebencian hanya tersenyum untuk menutup rapuh hati yang telah berlubang sangat banyak, segala kata – kata kebencian yang selalu terlontar bagai bilah mata pisau yang terus menggerus  hatinya.

Perasaan yang goyah itu menemukan cinta yang tak seberapa dikala cinta itu tumbuh dengan perlahan Jungkook menutup lubang dihatinya tapi saat semua hampir tertutup habis selalu saja sebuah bogem mentah yang mendarat membuatnya kembali mengutip kepingan – kepingan yang hancur.

Ingin sekali ia berteriak, ingin sekali ia melawan namun kekutan dalam hatinya benar – benar diambang batas. Jungkook sadar sakit kepala yang ia derita bukan hal biasa, ia adalah buah yang ditanam tuan Jeon sejak ia kecil, kepala kecilnya selalu dibenturkan pada benda keras berakhir dengan darah yang mengalir sampai ia harus menyeret tubuh kecilnya untuk berlalu dari hadapan sang ayah.

Sampai ia dewasa ia hanya memiliki sang ibu yang menjadi tiang untuknya bertahan, jika saja bukan karna wanita anggun itu Jungkook sudah meminta pada Tuhan untuk menjemputnya saja. Lalu alasannya untuk bertahan bertambah kehadiran Mira membuatnya semangat untuk melawan penyakit yang sudah setengah menggerogoti dirinya.

Andai saja sang ayah bersikap lembut mungkin saja Jungkook akan berterus terang akan derita yang ia rasakan namun semuanya bagi Jungkook hanya mimpi semata ayahnya hanya menganggap Misook sebagai anak tidak untuk dirinya.

Jungkook menuruni tangga, ia berjalan menuju sang ayah dan ibu yang tengah berbincang diruang makan. Raut yang tadinya sumringah berubah masam perubahan yang sangat ketara Jungkook hanya mampu tersenyum manis sampai ia berpikir sisi bibirnya akan robek karna itu.

Wajah sakartis dari ayahnya membuat Jungkook ciut, namun ia harus kuat kali saja ia bisa memeluk ayahnya untuk pertama dan terakhir.

"ibu.." gagapnya saat sudah dekat, bagai anak yang baru berusia 10 tahun Jungkook mengigit bibir bawahnya, ia menatap wanita itu yang juga tengah menatapnya, tatapannya seperti bertanya kenapa..? apakah Jungkook harus melakukan ini entahlah senyum wanita anggun itu membuatnya ragu.

"katakan apa yang ingin kau katakan.. aku malas melihat wajahmu lama – lama" sang ayah mulai berbicara

"kau benar – benar membuatku malu, bisa – bisanya kau melakukan itu pada Taehyung. Ingat Jungkook, Taehyung itu 1000 kali lebih baik darimu, seharusnya Mira memilih Taehyung saja" Jungkook sedih, ia masih melebarkan senyumnya namun detik berikutnya manik matanya meredup, onyx hitamnya layu kala tangannya terhulur memberikan surat rumah sakit itu pada sang ibu.

[VSOO] 2 HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang