"kamu sudah lelah?" Brian bertanya sambil melepaskan ku dan membuat tubuhku yang sedari tadi menempel di dekatnya kembali duduk normal.
Buk!
Aku mengerahkan segenap kekuatanku untuk memukul lengan lelaki yang satu ini. Pukulanku tidak berarti buatnya, jangankan sakit, terasapun tidak.
"aww, sakit." Brian meringis palsu, berpura pura menahan sakit pada lengannya yang ku pukul.
"diam! Kamu laki laki jahat." Kataku ketus sambil menghapus siasa air mata yang tersisa.
"dunia semakin tidak adil, aku cuma ma..."
"DIAM!" kali ini aku meninggikan suara, memotong kalimatmnya.
Dapat ku lihat raut jengkel dimukanya, jujur itu membuatku geli. Aku mati matian menahan tawa melihat raut jengkel Brian. Dia memang membunuh orang, memiliki koleksi senjata gila gilaan, pemilik rumah dengan teknologi aneh nan menakutkan. Tapi saat dia jengkel wajahnya berubah lucu. Dan ini kali pertama aku melihat ekspresi Brian seperti ini.
Brian masih saja diam, dia menyilangkan tangannya dan memilih bungkam menonton Tv setelah terakhir kali aku marah padanya. Brian mengambil remote Tv di atas meja, mengganti tayangan yang tadinya hanya menampilkan iklan menjadi tayangan Thriller. Sepertinya Brian sengaja mengganti filmnya agar aku takut, seakan tau kapan mengganti filmnya. Saat acara Tv berganti Thriller, bersamaan dengan adegan sadis ditayangkan disana, seorang gadis dengan kepala yang terpenggal oleh pembunuh di rumahnya sendiri.
Buk!
Aku kembali memukul lengan Brian. aku segera menutupkan telapak tangan ku di depan mataku, seolah bersembunyi dari tayangan menakutkan itu. Brian tidak menjawab protesanku, dia hanya menolehkan kepala sekilas dan kembali mengalihkan pandangan menuju Tv.
"matikan lampu, tingkatkan volume." Brian memberikan perintah.
Sekejap ruangan ini menjadi seperti Bioskop sederhana yang ada di dalam rumah, bioskop yang memutarkan film sadis. Ada seorang gadis yang di kejar oleh seorang pembunuh kejam, pembunuh itu menggunakan topeng untuk menutupi wajahnya. Lalu gadis itu dipenggal menggunakan kapak oleh si pembunuh.
Hanya itu bagian film yang aku pahami, setelah itu aku lebih banyak berteriak dan menutupkan telapak tanganku ke wajah untuk mengurangi rasa takut.
Setelah tiga puluh menit menonton Film sadis, sepertinya Brian mulai bosan. Sudah beberapa kali kudengar dia menguap, dasar orang aneh, mana ada orang yang akan menguap saat menonton film thriller. Dia akhirnya bangkit berdiri meninggalkan aku yang masih kebingungan karena ekspresinya.
"hei, kamu mau kemana." Tanyaku pada Brian setelah aku berhasil menyejajarkan langkah kaki ku.
"keluar," katanya singkat. "kamu mau ikut?"
Aku menganggukan kepala menjawab pertanyaan Brian.
"ya benar, salah salah system rumahku bisa membunuhmu didalam sini." Brian berkata ringan lagi lagi dengan ekspresi dinginnya.
"jangan ungkit ungkit kejadian tadi." Kataku protes pada Brian yang terus berjalan tanpa menghiraukanku.
Seperti biasanya, aku hanya mengikuti kemana Brian pergi. Rupanya kita menuju garasi rumah Brian, kali ini aku tidak perlu melewati tangga lagi. Tepat setelah pintu garasi dibuka lagi lagi aku melihat pemandangan hebat, disinilah kemarin aku melihat koleksi milik Brian. Biarpun kemarin aku sudah melihat koleksi koleksinya, tapi saat melihatnya lagi aku tetap saja termangu melihat kendaraan kendaraan di depanku.
"kau mau naik mobil atau motor."
Aku hanya menganggkat bahuku, tidak menjawab pertanyaan Brian. Aku tertarik dengan satu mobil Brian di pojok sana, warnanya hitam dof di hiasi aksen merah menyala, aku tidak tau persis apa merk mobil itu, yang aku tau itu mobil buatan luar negri, Setir kemudinya pun ada di kiri. Mobil ini terbuka di bagian atasnya, seakan ingin semua orang tau interior bagian dalam mobil ini, mobil ini hanya memiliki dua pintu di kiri dan kanannya, berikut juga dua tempat duduk. Sepertinya mobil ini memang di desain untuk dua orang saja. Berbeda dari tampilan luarnya yang terkesan gelap dan garang, bagian dalam mobil ini berwarna putih lagi lagi dengan aksen merah. Tak seperti mobil mobil Brian yang lain, yang satu ini memiliki kesan simple.
KAMU SEDANG MEMBACA
Permulaan (KillerS Series)
RomanceNamaku Mata, Jesica Mata Kusuma. Hidupku hanya sebatas warna putih, cukup cocok untuk disebut monoton. Hingga datang suatu hari, seorang laki laki kusut mulai mewarnai hidupku. Seorang laki laki kusut yang menyimpan banyak rahasia, seorang laki laki...