Ranjang kasurku berderit pelan, dengungan pendingin ruangan masih saja menimbulkan suara yang sama, langit langit kamar yang tampak samar dalam gelapnya ruangan ini. sudah berkali kali aku membalikkan posisi tidurku, berkali kali juga aku tetap tidak bisa tertidur.
Aku menolehkan kepalaku kekanan, disana Jeselyn tengah meringkuk tidur dengan guling dalam pelukannya. Semalam dia menggodaku habis habisan, sebelum akhirnya tidur karna kelelahan. Aku tidak datang kesekolah, lalu saat dia pulang aku juga tidak ada di rumah hingga larut. Saat aku pulang usai pergi dengan Brian, aku memasuki kamar dengan gaya mirip pencuri yang takut ketauan pemilik rumah. Begitu aku menutup pintu dari dalam lalu membalikkan badan, Jeselyn tengah menatapku dengan tatapan penuh selidik. Melihat boneka raksasa dalam pelukanku, tatapan mata yang tadinya tajam, langsung berubah penuh godaan. Setelah aku tertangkap basah olehnya, Jeselyn menggodaku semalaman penuh.
Dan kini... setelah dia lelah menggodaku semalaman suntuk, dia terlelap tidur. Kadang aku lebih jengkel dengan Jeselyn dari pada dengan Brian. Ahhh, Brian...
Laki laki itu yang sedari tadi membuatku tak bisa tidur, hanya mengerjapkan mata tanpa ada kepastian untuk terlelap tidur. Kata katanya memenuhi kepalaku hingga mau meledak. Sepanjang sejarahku hidup selama enam belas tahun penuh, belum pernah aku merasa sekacau ini. Kepalaku rasanya begitu berat, pikiranku begitu acak acakan. Berbagai rangkaian kata kata laki laki itu terus terngiang.
Suka... sayang... benar benar sayang...
Otakku kembali mempikirkan sederet kalimat, laki laki itu mengatakannya dengan begitu tenang. Tapi ekspresinya begitu berbeda dari sebelum sebelumnya, benar benar berbeda. Diamnya bukan diam cuek, tatapannya yang tajam bukan tatapan dingin. Semalam aku hanya bisa mematung dalam pelukan Brian, merasakan permukaan tubuh hangatnya yang melekat pada tubuhku. Hembusan nafasnya yang menerpa puncak kepalaku dengan lembut, jemarinya yang mengusap pipiku dengan perlahan, juga lengannya yang melingkar di pinggangku hingga perut. Semuanya membuatku benar benar tak berkutik dalam jangka waktu yang panjang. Bahkan, hingga malam ini.
Oke, sekarang sudah bukan lagi malam. Tunggu aku lihat jam dulu.
03.29
Gila! Sudah subuh. Aku benar benar kacau, gelisah, dan... dan... ahh, sudah tidak ada kata kata lain yang bisa digunakan untuk menjelaskan keributan yang kini tengah melanda hatiku. Bayangan laki laki it uterus saja mengembun di pikiranku, seakan tidak akan menguap dalam waktu dekat.
Sudah berbagai macam tindakan ku lancarkan, berteriak dengan bantal yang menutupi wajahku. (sebenarnya, aku menggunakan bantal agar suaraku bisa sedikit teredam. Siapa juga yang tidak marah ketika sedang asik tidur, lalu terganggu karna teriakanku yang sedang kacau ini.) menendang nendangkan kakiku kesegala arah, bahkan melemparkan bantalku ketiap sudut kamar. Semuanya ku lakukan demi bisa merasa lega, dan melupakan semua kegelisahanku. Tapi, tetap saja, tidak berhasil.
Aku bangun dari kasurku, beranjak turun dan memungut bantal bantal yang tadi kubuat berantakan. Jika orang lain masuk dan melihat kondisi kamarku, pasti mereka akan mengatakan satu kata 'kapal pecah'. Aku sendiri mulai menyesali perbuatan bodohku, rupanya bantal yang kulempari tidak berjumlah sedikit. Bahkan sekarang aku merasa sedikit kerepotan karna bantal bantal ini.
Setelah selesai, aku melihat sekilas penampilan kamarku. Hmm, cukup rapi, sedikit menghilangkan kesan 'kapal pecah'.
Entah karna membereskan setumpukan bantal berantakan tadi, atau karna aku memang belum minum sejak pulang dari pergi. Sekarang ini tenggorokanku rasanya seperti padang gurun yang tandus, kering karna kurang air. Ya karna tidak mau mati kehausan, mungkin aku harus minum, toh aku mulai bosan sedari tadi dikamar dingin ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Permulaan (KillerS Series)
RomanceNamaku Mata, Jesica Mata Kusuma. Hidupku hanya sebatas warna putih, cukup cocok untuk disebut monoton. Hingga datang suatu hari, seorang laki laki kusut mulai mewarnai hidupku. Seorang laki laki kusut yang menyimpan banyak rahasia, seorang laki laki...