BAB VI

5 0 0
                                    


06.12

Kring!!!

Aku terbangun dari tidur lelapku, beker kesayanganku kini sedang beraksi. Sudah bertahun tahun aku memilikinya, aku tetap saja jengkel ketika tidurku terganggu oleh aksi beker kesayanganku ini. Aku menekan tombol dibelakang beker, agar beker itu berhenti berdering kencang.

Aku beranjak dari bangun dari tidurku. Aku berjalan gontai keluar dari kamar, lalu turun ke lantai dasar. Aku hendak mandi di kamar mandi di lantai bawah hari ini. Ya kamar mandi di rumahku memang ada dua. Satu di dalam kamarku, satunya lagi ada di lantai dasar. Aku mengatur jadwal lokasi mandi sesuai moodku. Jika aku lagi malas turun ya aku mandi diatas, begitu pula sebaliknya.

"pagi Ma!" Kataku berusaha menyapa mama yang sedang sibuk dengan urusan dapurnya.

"oh ya, pagi juga." Kini mama menjawab sambil membalik masakannya diatas wajan. "mandi dulu sana, nanti keburu siang."

Aku hanya mengangguk menjawab perintah mama. Setelah menghirup aroma masakan mama beberapa saat, rasa malasku berangsur angsur hilang. Masakan mama ku memang yang paling ajaib.

Setengah jam berlalu setelah aku bangun dari tidurku, sekarang aku sudah siap di meja makan dengan seragam yang telah ku pakai dengan rapi. Aku tidak sabar bertemu dengan Caca, aku tau dia pasti merindukanku.

"ehh, papa mana Ma?" tanyaku ketika baru menyadari ketika papa tidak kunjung datang.

"papamu pergi ke Singapura tadi subuh, nanti kamu berangkat naik angkot aja." Ujar mama sambil menyiapkan makan ditas meja.

Aku mengiyakan kalimat mama, lalu memilih menghabiskan makanku. Aku sudah hampir kesiangan.

Aku kembali menyantap sarapanku, nasi goreng dengan telur mata sapi. Makanan fovoritku sejak kecil. Bahkan dulu aku pernah ngambek karna mama tidak membuatkanku nasi goreng beserta telur mata sapi. Tapi berjalannya waktu, aku mulai terbiasa menerima makanan apapun yang diberikan oleh Mama.

Kini aku beranjak bangkit dari meja makan, aku segera bergegas menuju kamar untuk mengambil tasku yang masih tergeletak di kasur. Saat aku turun lagi mama sudah kembali sibuk di wastafel dengan seragam perang kebangsaannya. Aku segera berpamitan pada mama, aku tidak mau terlambat di hari pertamaku kembali bersekolah.

Seperti biasa aku segera keluar rumah, menuju gerbang depan perumahanku. Disana aku biasa menunggu angkot. Eits, jangan salah! Gini gini aku juga udah pernah naik angkot. Soal papaku yang berangkat kerja tiba tiba itu sudah menjadi hal biasa. Saat papa pergi bekerja mendadak seperti pagi ini, maka aku harus berangkat ke sekolah sendiri.

Sekitar dua menit berdiri di dekat halte, sebuah angkot berwarna kuning berhenti di depanku. Di depan tampak laki laki berperut buncit yang sedang mengenakan kacamata sedang tersenyum padaku. Aku segera masuk ke dalam angkot, dan memilih tempat duduk di depan.

"tumben berangkat siang?" Tanya supir angkot di sebelahku dengan ramah.

"kesiangan bang bangunnya."

"wus, kesiangan rupanya. Oh iya, lama kau tak Nampak dalam dunia perangkotanku." Kata si supir yang kini mencoba bergurau.

Aku hanya menanggapinya dengan senyuman kecil, aku sedang malas berbingcang bincang dan ingin segera sampai di sekolah. Pak supir sepertinya sudah memahami ku yang sedang tidak ingin mengobrol. Kini dia memilih diam mengemudi, sesekali menepi untuk mengangkut penumpang baru.

Permulaan (KillerS Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang