Dingin memenuhi seisi ruangan, burung burung berkicau, suasana pagi hari membuatku terbangun dari tidurku. Aroma yang tak asing kembali tercium jelas, wangi aroma orang yang menjengkelkan, wangi aroma yang tanpa sadar membuatku merasa nyaman, wangi aroma Brian.
Saat aku membuka mata, hal yang pertama ku lihat adalah tubuh Brian yang sedang ku peluk. Tubuhku yang merapat pada tubuh besar laki laki itu, dan satu kakiku melintang diatas tubuh Brian.
Eh, kupeluk?!
Aku kaget dengan apa yang ku lakukan, aku memeluk tubuh Brian? Dengan segenap akal sehat yang ada diotakku, aku buru buru melepaskan tanganku yang melingkar di pinggang Brian.
Brian yang sudah bangun tertawa, kini geli melihatku yang tiba tiba melepaskan pelukan dari tubuhnya. Ahhh, aku hanya bisa memaki diriku sendiri dalam hati. Kenapa aku ini, kenapa aku malah memeluk Brian.
"tidurmu nyenyak?" tanya Brian memulai obrolan.
"kenapa kamu tanya tanya?" jawabku ketus, masih tidak percaya dengan yang ku lakukan. "tadi kamu bangun jam berapa?" tanyaku pada Brian yang sekarang tengah duduk di depanku.
"sekarang gantian kamu yang tanya-tanya." Jawabnya cuek, Brian beranjak berdiri dari duduknya sambil menghalau selimut yang sedari tadi masih menutupi setengah tubuh kami berdua, lalu berjalan menuju jendela. Dia membuka tirai penutup jendela lalu menghirup udara segar.
"kenapa kamu tidak membangunkanku tadi." Tanyaku dengan nada jengkel.
"kamu terlihat begitu menikmati pelukanmu," Brian masih menatap jendela yang terbuka lebar, membiarkan udara segar masuk sebanyak banyaknya. "aku tidak tega membangunkan."
Aku segera memalingkan wajahku setelah mendengar Brian mengatakan jawaban atas pertanyaanku. "mana mungkin aku memelukmu, kamu sengajakan!" Kataku masih dengan wajah yang tidak menghadap pada Brian.
"lihatlah," Brian menghela nafas. "sekarang kamu menuduhku." Jawabnya lagi dengan nada tidak terima.
"aku hanya mengatakan fakta." Kataku berusaha membela diri.
"kamu benar benar tidak ingat?"
"ingat apa?" aku berusaha mengingat apa yang Brian katakan, tapi hasilnya nihil. Aku tak ingat apa pun, kecuali Brian yang memelukku tadi malam secara tiba tiba, membuatku gerah setengah mati.
"tadi subuh kamu merengek minta memelukku."
Aku sungguh tidak percaya dengan kalimat yang barusan di ucapkan Brian, mana mungkin aku merengek minta memeluknya. Tidak masuk akal, mungkin Brian hanya mengarang. Eh, tapi kalau memang itu fakta gimana? Ahh, lagi lagi aku merasa malu di depan Brian.
"sudah sana keluar dari kamarku." Aku bergegas mendekati Brian lalu mendorongnya kearah pintu, menyuruhnya segera keluar.
"hey," seru Brian tidak terima. "ini Villa ku."
"DIAM!"
Aku menutup pintu dengan keras, membuat Brian terdorong keluar dari kamar, lalu menghempaskan tubuhku di sofa yang ada di dekat jendela yang tadi dibuka oleh Brian. Sesaat aku hanya memandangi kasur tempat kami tidur semalam. Hanya satu kesan yang muncul di kepalaku, "berantakan sekali."
Aku diam sejenak, memperhatikan kasur di depanku membuatku teringat kejadian tadi malam. Aku mengingat kejadian, dimana Brian melingkarkan tangannya di pinggangku saat tidur, seakan pelukan Brian masih membekas di pinggangku. Ahhh, kenapa pula aku mengingat kejadian semalam, tiba tiba wajahku terasa panas, aku refleks mengibas kan tanganku untuk mengurangi panas di wajahku. Aku meletakkan telapak tanganku di wajah lalu menendang nendangkan kaki ku ke sembarang arah, aku sungguh jadi gila sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Permulaan (KillerS Series)
RomanceNamaku Mata, Jesica Mata Kusuma. Hidupku hanya sebatas warna putih, cukup cocok untuk disebut monoton. Hingga datang suatu hari, seorang laki laki kusut mulai mewarnai hidupku. Seorang laki laki kusut yang menyimpan banyak rahasia, seorang laki laki...