BAB XIII

1 0 0
                                    


Udara dingin mengisi ruangan kamar tidurku, detak jam dinding samar samar terdengar. Aku mengeliat kecil, tidurku terganggu ketika ada seseorang yang mengguncangkan tubuhku dengan terburu buru. Entah semalam aku tidur jam berapa, pagi ini rasanya aku ngantuk sekali. aku seperti tidak punya niatan untuk pergi meninggalkan kasur nyaman ini.

Plak!

Aku membuka mataku lebar lebar, pipiku barusan ditampar. Tidak terlalu keras sih, tapi cukup membuatku kaget. Disebelahku terlihat perempuan cantik dengan rambut sebahu, dia sudah mengenakan seragam SMA lengkap dengan atributnya. Wajahnya yang polos, terlihat selalu memasang raut ceria.

"Jeselyn!" Aku berseru jengkel sambil mengusap pipi kiriku yang kini cenat cenut.

Bukannya merasa bersalah, perempuan itu tampak memasang wajah polos, sambil memiringkan wajahnya. "apa?"

"sakit tau!" kini aku sudah beranjak duduk, masih terus mengelus pipiku yang pastinya saat ini merah karna di tampar Jeselyn.

"padahal pelan loh." Jeselyn masih saja menunjukkan tampang tanpa dosanya, bahkan kini ia berkedip kedip sambil memperhatikanku.

"kamu kenapa sih bangunin aku pagi pagi."

"kamu lupa?" Ujar Jeselyn kalem. "hari ini kan sekolah."

Ah iya, aku memang lupa. Aku terlalu lelah dengan pesta dansa semalam, membuatku pulang larut malam. Aku sendiri bukan orang yang suka tidur larut malam, aku lebih suka tidur lebih awal, karena bisa memaksimalkan istirahat. Ditambah lagi dengan kejadian dengan si laki laki tadi malam. Ahh, mengingatnya membuat darahku kembali berdesir hangat. Saat membayangkan tubuh laki laki itu yang berada tepat diatasku, memandangku dengan sorot mata teduh. Lalu menempatkan wajahnya begitu dekat denganku, lalu hendak menci...

Ahh, sudah! Kenapa aku malah mengingat kejadian semalam. Hanya mengingat ingat saja, wajahku sudah kembali panas dan gerah.

"kamu kenapa?" Jeselyn mengagetkanku. "emang kalo ditampar jadi tersipu-sipu gitu ya?" lagi lagi Jeselyn bertanya dengan tampang polosnya.

Aku buru buru menggeleng, lalu menutupi pipiku dengan kedua telapak tangan. Gila, telapak tanganku langsung terasa hangat saat menyentuh pipiku. Apa aku sebegitunya tersipu?

"buruan mandi," Jeselyn mengingatkanku untuk kesekian kalinya. "kamu udah jadi orang terpopuler di sekolah. Makanya kamu harus pakai make up."

"pakai make up?" aku membeo dengan tampang heran, kenapa aku harus pakai make up? bukannya terlalu berlebihan?

"iya lah, kamu kan udah jadi 'Ratu' di sekolah." Jeselyn memberi penekanan pada kata 'Ratu'.

"itu Cuma buat acara semalem." Jawabku dengan wajah datar.

"oh ya? What ever." Jeselyn menjawab dengan nada cuek. "Btw, semalem dansa kalian erotis banget." Jeselyn berucap sambil bergaya menerawang, juga seringaian menggoda.

Lagi lagi pipiku terasa hangat, Jeselyn memang hebat dalam bidang menggoda orang. Bahkan kini dia tertawa renyah, tidak peduli kata katanya barusan membuatku kikuk setengah mati.

"sudah sudah, aku nggak tega ngeliatin kamu yang udah mirip kayak kepiting rebus." Jeselyn kini tengah mengapit kedua pipiku dengan tangannya. "kamu merah banget." Ujar Jeselyn gemas.

Cup.

Jeselyn berlalu pergi, keluar dari kamar setelah mencium hidungku dengan bibirnya. Langkahnya yang begitu riang, membuatku jengkel setengah mati.

"Jeselyn!!!"

...

Tiga puluh menit lamanya bergumul dengan kamar mandi, kini aku sudah siap dengan seragam sekolahku. Yap, semua komplit, dan rapi. Aku melongokkan kepalaku mengintari seluruh penjuru kamar, Jeselyn sudah tidak ada, mungkin dia sudah keluar duluan. Tak ingin berlama lama, aku pun bergegas keluar kamar. Menuju lantai atas, tempat ruang makan.

Permulaan (KillerS Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang