Aku kini berdiri di depan Brian yang tengah memperhatikan ku dari atas kebawah. Brian mengenakan pakaian santai, dia mengenakan hoodie hitam dan celana jeans pendek selutut.
"ayo aku sudah lapar, kita juga perlu membahas bubuk putihmu tadi." Aku berkata singkat.
"aku menantikannya." Kata Brian cuek. Dengan gerakan singkat Brian meraih pergelangan tanganku.
"hey," aku berseru, mencoba melepaskan tanganku yang ia gandeng. "ngapain kamu."
"formalitas." Kata Brian seperti biasa dengan singkat, terkadang aku ingin sekali menjitak kepala Brian karna sikanya yang begitu cuek. Bahkan dia sendiri tidak tau bahwa kelakuannya selalu berhasil membuat jantungku lompat lompat bagaikan atlet lompat indah.
Brian tetap menggandengkku sampai ke meja makan, beberapa langkah dari meja makan terlihat Jhon yang sedang menunggu Brian datang untuk menyantap makan malam. Di meja makan tersebut ada dua kursi yang saling berhadapm hadapan, di tengah meja tersebut ada vas bunga kecil dan juga tiga lilin yang tersusun menjadi seperti trisula. Ruangan di sekitar meja makan juga remang remang, ini akan menjadi makan malam yang istimewa dalam hidupku.
"selamat malam Tuan muda Brian, selamat malam Nona." Jhon menyapa dengan ramah, lalu mempersilakan kami duduk di kursi kami masing masing.
"selamat malam juga Jhon." Jawabku dan Brian hampir bebarengan.
"sepertinya Tuan muda menjadi lebih ramah setelah bersama Nona" kata Jhon yang kini sedang berlagak sedang membisikkan hal rahasia padaku.
"sejak kapan kau berani berkomentar tentang sikapku?" Tanya Brian dengan ekspresi dingin seperti biasa.
Aku segera menendang kaki Brian dari bawah meja dan memelototinya dengan tatapan tajam.
"dia lebih tua dari kamu, kamu harus menghormatinya." Kataku memarahi Brian yang masih terdiam.
"ah, saya kembali ke belakang dulu Tuan, Nona. Selamat menikmati makan malam." Jhon sudah lebih dulu pamit meninggalkan kami. Sepertinya Jhon sudah benar benar paham dengan sikap Brian.
Aku sudah mulai memakan makananku, sedangkan Brian masih diam saja sedari tadi.
Masakan Jhon cukup enak rupanya, Jhon memasak Sup Ikan. Rasanya seperti masakan yang biasa mama di rumah. Masakan itu juga menjadi makanan favorit papa, ketika makan di rumah.
"jangan seperti anak kecil yang mudah ngambek, makanlah." Kataku menasihati Brian.
Mendengar kalimatku barusan membuat Brian mau makan, tapi wajahnya terlihat memerah menahan jengkel. Ternyata orang sedingin Brian, juga punya sikap lucu seperti sekarang ini. Jujur aku suka dengan ekspresi wajah Brian saat jengkel, wajahnya yang memerah dan cemberut akan terlihat lucu, orang yang tidak mengenal Brian pasti tidak tau bahwa Brian sebenarnya Brutal dan begitu arogan.
Jika saja Hp ku tidak rusak saat di serang oleh lima orang saat itu, mungkin sekarang aku akan mengambil gambar wajah Brian saat cemberut.
Dua puluh menit berlalu, hanya bunyi sendok dan garpu yang menyentuh piring sesekali. Kita berdua akhirnya selesai makan. Tadi Jhon juga memberi desert untuk ku, dia memberi eskrim coklat dengan toping ceri diatasnya. Tapi Jhon hanya memberi satu untukku, katanya Brian tidak akan mau menyentuh desert apa pun yang di berikan olehnya. Kekanak kanakan, begitu kata Brian.
"kenapa kamu tersenyum Brian?" Aku keheranan, melihat Brian yang sedang senyum senyum sendiri.
"aku senang melihat mu makan, lucu." Ujar Brian singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Permulaan (KillerS Series)
RomanceNamaku Mata, Jesica Mata Kusuma. Hidupku hanya sebatas warna putih, cukup cocok untuk disebut monoton. Hingga datang suatu hari, seorang laki laki kusut mulai mewarnai hidupku. Seorang laki laki kusut yang menyimpan banyak rahasia, seorang laki laki...