Selamat membaca 😊
Tandai typo dan kalimat rancu yaa. Tekan bintang dulu yuk sebelum membaca 😊❤️***
Seruni memarkir motornya di depan rumah dengan terburu-buru. Dia kemudian masuk rumah dengan dengan raut resah. Dia bahkan tidak menyapa Rika yang sedang berjaga di toko.
"Dari mana kamu?" Suara Pak Pras menyadarkan Seruni.
"Bapak."
"Kamu dari mana kok ninggalin Ridho sendiri?"
"Dari--," entah mengapa Seruni ragu untuk menjawab. Dia merasa seperti ABG yang ketahuan baru pulang bertemu dengan pacar. Eh! Tapi dia dan Sakti kan tidak berpacaran.
"Duduk!" Perintah Pak Pras. Seruni pun menurut. Dia memang terburu-buru tadi, sampai dia harus menitipkan Ridho pada Marta. Semua karena panik akibat alergi kacang.
"Sejauh apa hubungan kamu sama Sakti Hardiyansyah?" Tanya Pak Pras tanpa basa-basi. Pertanyaan itu membuat Seruni kaget.
"Runi nggak ada apa-apa sama dia."
"Jujur saja, Seruni. Bapak mau tahu." Raut Pak Pras benar-benar serius. Seruni hanya diam tertunduk. Dia bingung, kenapa semua orang mempertanyakan hubungannya dengan Naufal Sakti.
"Runi, dengarkan Bapak!" Pak Pras menghela napas sejenak. "Kamu tahu kan dia siapa?" Tanyanya. Seruni mengangguk. "Bapak nggak mau kamu terluka lagi, Seruni. Jadi tolong, bersikap bagaimana seharusnya."
Ucapan sang Bapak membuat Seruni menelan ludah berat. Entah mengapa peringatan bahwa dia siapa dan Sakti siapa membuat sisi hatinya tersayat.
"Seruni tahu kok, Pak, kalau Seruni nggak boleh sampai jatuh hati sama Pak Naufal. Seruni tahu batas. Seruni tahu diri," ucapnya dengan nada pelan. Dia menghirup napas dalam-dalam agar hati dan pikirannya tetap tenang.
"Bukan soal Seruni dan Pak Naufal yang harus Bapak khawatirkan sekarang. Tapi soal Arya," kata Seruni setelah terdiam beberapa saat.
"Arya?"
"Dia sudah di Indonesia. Runi takut dia akan ke sini. Runi nggak tahu harus bersikap bagaimana kalau sampai Arya datang."
Seketika wajah Pak Pras berubah menjadi emosi. Rasa sakit yang Arya toreh beberapa tahun lalu belum sembuh dan mungkin tidak akan pernah sembuh di hati Pak Pras.
"Tidak ada tempat untuk dia di sini."
"Seruni tahu. Tapi bagaimana dengan Ridho? Dia berhak tahu siapa bapaknya."
Ucapan Seruni membuat Pak Pras diam. Laki-laki lima puluh tahunan itu dilanda kebimbangan.
"Ridho itu anak Dahlia. Dia yang punya hak untuk menentukan masa depannya," kata Pak Pras akhirnya.
"Tapi, Pak, Lia kan--," Seruni tidak ingin melanjutkan kalimatnya. "Lia bisa makin histeris jika tahu Arya kembali."
Bulir air mata mulai membasahi pipi Seruni. Hampir tiga tahun semuanya berhasil dikubur tapi tidak berhasil dihapuskan. Luka Seruni bukan hanya perkara penghianatan yang dilakukan Arya dan Dahlia tapi juga kondisi masa depan Dahlia yang tidak bisa dibilang baik.
"Bunda." Panggilan Ridho itu membuat Seruni langsung menyeka air matanya.
"Halo, Nak. Tadi main sama Tante Marta?"
Ridho mengangguk. "Bunda, nangis?" Tanya Ridho dengan pelafalan tidak lancar. "Mau cokelat?"
Seruni tertawa sumbang. "Iya, Bunda nangis gara-gara nggak dibelikan cokelat sama eyang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello My Future: Marry Me? (Completed)
General FictionNaufal Sakti Hardiyansyah, salah satu keturunan dari keluarga politisi terkenal, memilih hengkang dari partai yang didirikan keluarganya karena merasa tidak tahan dengan kehidupan penuh sandiwara di panggung politik. Nama besar keluarga, nyatanya ma...