Midnight Chatting

2K 243 15
                                    

Selamat membaca 😊
Tandai typo dan kalimat rancu yaa 😊❤️

******

Setelah menyelesaikan perkara dengan Airin, Sakti langsung kembali ke Jogja. Sebenarnya, Andari meminta Sakti untuk menginap dan menemui sang mama sebentar tapi Sakti enggan. Dia malas harus berdebat lagi. Apalagi jika harus bertemu Nirwan juga.

Suasana hati Sakti sedang tidak baik. Terbukti, saat sampai di apartemen malam hari, Sakti langsung mengguyur sekujur tubuhnya di bawah shower. Gila! Meskipun Sakti tidak pernah ada hati sedikit pun pada Airin, nyatanya mengetahui Airin hamil dengan laki-laki lain saat masih menjadi istrinya, membuat harga diri Sakti terluka.

Padahal sejauh yang dia tahu, Airin sangat mencintai Sakti. Bahkan levelnya sudah tergila-gila merambah ke arah obsesi. Namun kenyataannya, Airin punya titik jenuh juga. Jadi setelah ini, Sakti sepertinya akan berpikir ribuan kali untuk membuka hati lagi. Perempuan yang begitu mencintainya seperti Airin saja bisa mengkhianatinya apalagi perempuan lain yang notabene orang baru yang masih asing bagi hidupnya. Demi Tuhan! Sakti tidak mau patah hati lagi.

Dengan memakai celana pendek tiga per empat dan kaos oblong bodyfit warna hitam, Sakti keluar dari kamar mandi sembari mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk. Setelah ini, dia ingin pergi tidur. Berharap besok pagi, perasaannya lebih baik. Namun, saat baru saja Sakti merebahkan diri di atas ranjang, ponselnya bergetar.

0813578xxx
Baik, Pak Naufal. Terima kasih banyak sudah disempatkan sampai malam begini.

Pesan itu dari mahasiswi yang tadi pagi batal interview dengannya. Tadi saat di bandara, sembari menunggu jadwal keberangkatan, Sakti menyempatkan diri menjawab semua pertanyaan interview itu. Ya, dia sengaja membawa kertas print out materinya jadi dia bisa tetap bekerja di jalan. Setelah selesai, coretan jawaban pada kertas itu Sakti foto dan kirimkan pada Nanda, memintanya untuk mengetik rapi coretan itu.

Sakti meletakkan kembali ponselnya di atas nakas kemudian kembali berbaring. Dia mencoba memejamkan mata tapi gagal. Bahkan setelah hampir satu jam.

Tangan Sakti kembali terulur meraih ponselnya. Dia mengutak-atik benda pipih itu tanpa tujuan yang jelas. Hingga jarinya kembali menyentuh ikon aplikasi chatting dan membuka menu status.

“Kampret!” umpat Sakti kesal sendiri. Selama dia memakai aplikasi chatting, bisa dihitung jari dia mengunggah sebuah status. Dia juga tidak pernah menyempatkan diri mengecek status orang lain. Tapi malam ini, tangannya dengan kurang ajar membuatnya membuka menu itu. Sial seribu sial, dia justru melihat hal yang seharusnya tidak dia lihat.

Unggahan foto Dafi berpelukan dengan Rara di tepi pantai. Mereka pasti sedang bulan madu.

Ya Tuhan, perihnya hati Sakti. Ternyata move on hanya sebatas kata. Saat dia kembali melihat Rara bersama si brengsek tengil yang super menyebalkan itu, nyatanya masih terasa mirisnya.

Mencoba mengenyahkan pikiran soal sang mantan yang sudah jadi istri orang, tiba-tiba saja Sakti tertarik untuk membalas lagi pesan terakhir yang dia abaikan. Tidak ada salahnya membalas pesan mahasiswi itu lagi. Hitung-hitung memberinya semangat untuk segera menyelesaikan skripsinya.

Naufal Sakti:
Ya. Semoga membantu.

Sakti meletakkan ponselnya di atas kasur setelah mengirimkan pesan itu. Selanjutnya, dia bangkit berniat untuk meminum susu. Katanya minum susu bisa membuat tidur lebih nyenyak. Jadi tidak ada salahnya untuk dicoba. Namun, ponselnya kembali bergetar. Membuatnya urung untuk keluar dari kamar.

0813578xxx
Sangat membantu. Sekali lagi, terima kasih, Pak Naufal.

Sakti tersenyum sendiri membaca frasa 'Pak Naufal'. Lumayan juga dipanggil Naufal setelah terakhir dia mendapatkan panggilan itu saat SMP.

Hello My Future: Marry Me? (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang