Selamat membaca 😊❤️
Tandai typo dan kalimat rancu, tekan vote, dan beri komentar yaa ❤️***
Seruni sedang sibuk memasukkan toples berisi cookies ke dalam paper bag motif batik. Cookies itu adalah pesanan customer yang mayoritas memesan rasa tiramisu almond. Kata customer, cookies rasa itu adalah yang paling enak. Karena itulah waktu itu, Seruni membuatkannya untuk Pak Naufal sebagai ucapan terima kasih.
Ngomong-ngomong Pak Naufal, Seruni benar-benar tidak lagi berkontak dengannya sejak kejadian di toko beberapa minggu lalu. Sebuah kesalahpahaman aneh yang sampai saat ini belum bisa Seruni pahami. Bagaimana bisa dosennya itu sampai datang ke tokonya hanya untuk mencari suaminya gara-gara chatting sepele?
Suami? Seruni tersenyum getir. Bahkan setelah kejadian Arya dan Dahlia hingga dia harus menjadi ibu bagi Ridho, Seruni tidak pernah lagi berani berharap untuk jatuh cinta apalagi mempunyai suami. Ya, bisa jadi karena trauma dikhianati atau karena posisinya yang sulit pastinya membuat pria berpikir berkali-kali untuk menjadikannya istri.
“Run! Yaelah ngelamun!” ucap Marta dengan nada melengking seperti biasa.
“Nggak ngelamun kok,” Seruni berkelit.
“Soal Arya?” cecar Marta. Ya Tuhan, Marta memang manusia tukang interogasi.
Seruni menggeleng cepat. “Ngapain aku ngelamunin Arya?”
“Oh kalau gitu soal dosgan ya?”
“Dosgan?”
“Dosen ganteng.” Marta terlihat cengar-cengir sambil menaik turunkan alisnya.
“Dosen ganteng?”
“Nggak ngerti juga? Ampun deh, Run! Kamu selalu lemot kalau soal cowok ganteng,” maki Marta dengan gemas. “Dosen ganteng kamu yang minggu lalu ke sini. Sakti— Sakti Hardiyansyah,” jelas Marta.
“Oh.” Hanya itu yang keluar dari mulut Seruni. Dia lebih tertarik merapikan loyang kotor, menumpuknya jadi satu kemudian membawanya ke tempat cuci piring.
“Oh doang? Seruni, come on! Aku bahkan masih nggak habis pikir seorang Sakti Hardiyansyah nyariin kamu sampai ke sini,” kata Marta berapi-api.
“Aku bahkan nggak tahu siapa itu Sakti Hardiyansyah sebelum kamu sama bapakku heboh karena dia datang.” Seruni melipat lengannya dan mulai mencuci loyang-loyang itu.
“Itu sih kamu yang kebangetan!”
“Bodo amat!”
“Tapi serius! Kamu beneran nggak ada hubungan spesial sama itu dosgan?” Marta kembali mencecar lagi.
“Marta, jangan mulai! Kita nggak ada apa-apa dan nggak mungkin ada apa-apa. Apalagi seperti yang kamu bilang, dia Sakti Hardiyansyah, orang penting.”
“Beneran nggak ada yang penting soal chatting-chatting yang kalian bahas waktu itu?”
“Nggak ada, Marta Kamila. Berapa kali harus aku jelasin sama kamu?” Seruni mulai gemas. Marta sudah mengungkit pertanyaan yang sama entah sudah berapa kali soal Pak Naufal alias Sakti atau siapapun itu namanya.
“Mbak Runi, ada tamu,” ucap Rika yang tiba-tiba muncul.
“Sakti Hardiyansyah lagi?” tanya Marta yang justru terlihat lebih antusias dari pada Seruni.
“Bukan. Tamunya perempuan,” jawab Rika kemudian beringsut pergi kembali bekerja di toko.
Mengekori langkah Rika menuju toko, Seruni melihat seorang perempuan dengan tinggi hampir sama dengannya. Rambutannya diikat ekor kuda dengan sling bag yang dibebankan di lengan kiri. Perempuan itu menghadap ke luar. Dia melihat ke arah Ridho yang sedang berlari ke sana kemari mengejar bola bersama Rasya— anak tetangga berusia enam tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello My Future: Marry Me? (Completed)
Fiksi UmumNaufal Sakti Hardiyansyah, salah satu keturunan dari keluarga politisi terkenal, memilih hengkang dari partai yang didirikan keluarganya karena merasa tidak tahan dengan kehidupan penuh sandiwara di panggung politik. Nama besar keluarga, nyatanya ma...