Why nut?

1.8K 207 6
                                    

Selamat membaca 😊
Tandai typo dan kalimat rancu yaa. Tekan bintang dulu yuk sebelum membaca 😊❤️

***

Seperti rutinitas pagi pada hari-hari biasanya, Seruni sudah berkutat di dapur sejak sebelum subuh. Selain menyiapkan sarapan, Seruni juga harus membuat adonan kue yang memang butuh di istirahatkan beberapa jam sebelum akhirnya diolah.

"Selamat pagi, Ibu Seruni Hardiyansyah." Suara Marta membuat Seruni yang sibuk merebus sayuran terenyak.

"Apa sih, Ta? Bikin kaget aja!" Protes Seruni. "Lagian kamu kalau panggil namaku yang bener!"

Marta terkekeh. Dia meletakkan tas besar berisi bahan kue di atas meja kemudian berjalan mendekati Seruni.

"Habis ini kamu harus kasih tips buat aku gimana cara memikat lelaki tampan, rupawan, kaya raya, dan populer seperti Pak dosgan Sakti," tutur Marta dengan ekspresi menggelikan.

"Ta, berapa kali aku harus bilang kalau aku--,"

"Kalau kamu sama Pak dosgan Sakti nggak ada apa-apa?" Sambar Marta.

Seruni menghela napas sambil meniriskan sayur yang tadi dia rebus. Dia jadi kesal setengah mati dengan sahabatnya itu.

"Runi, lihat aku!" Kata Marta sambil memutar tubuh Seruni agar melihat ke arahnya.

Seruni memutar bola matanya dengan malas. Dia ogah-ogahan menatap Marta.

"Semalam, kamu pulang sama dia. Sama Ridho juga. Kalian bertiga udah kayak keluarga kecil bahagia sejahtera. Jangan memungkiri lagi deh, Runi!" Marta mulai berceloteh lagi.

Seruni mengibaskan tangannya sambil berlalu. Lebih baik dia menyiapkan nasi pecel untuk sarapan bapaknya daripada meladeni ocehan Marta.

"Run, mana ada laki-laki yang mau antar kamu dan anak kamu sampai bela-belain ninggalin mobilnya kalau dia nggak ada perasaan apa-apa?" Tanya Marta sambil mengekori langkah Seruni ke meja makan.

"He is a good guy. Dia nolongin aku. Sudah hanya sebatas itu," respons Seruni.

"Oke kalau gitu. Aku mau ngajak kamu taruhan!" Tantang Marta sambil menarik kursi. Dia memang terbiasa ikut sarapan di rumah Seruni bersama Pak Pras. Marta sudah seperti saudara.

"Taruhan apa? Jangan aneh-aneh!"

"Taruhan! Kalau sampai itu Pak dosgan nggak muncul lagi di sini beberapa hari ke depan, berarti dia memang nggak ada apa-apa tapi kalau dia sampai muncul, sesuatu pasti sudah terjadi." Marta mencomot tempe goreng di atas meja kemudian memakannya.

Seruni tidak menanggapi. Dia malas saja dengan ide aneh Marta.

"Sepertinya Marta yang menang taruhan." Suara Pak Pras menginterupsi keributan di dapur.

Marta dan Seruni saling berpandangan. Mereka sama-sama tidak paham.

"Dia di luar," kata Pak Pras. Seruni dan Marta masih belum bereaksi. "Sakti di luar. Dia lagi main mobil-mobilan sama Ridho," lanjutnya memperjelas.

***

Pagi ini Sakti memulai hari dengan penuh semangat. Entah apa penyebabnya, yang jelas moodnya super bagus pagi ini.

Naufal Sakti:
Ai, aku ke rumahmu ya? Mau lihat keadaan little pumpkin.

Sakti mengirim pesan itu satu jam yang lalu tapi Seruni belum juga membalas. Tapi dasar Sakti nekat, dia justru sudah sampai belokan terakhir menuju rumah Seruni. Lagipula Sakti ke sana mau melihat Ridho bukan untuk bertemu Seruni. Jadi, biarkan saja jika Seruni mengomel karena dia datang.

Hello My Future: Marry Me? (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang