8.•Pembunuh?•

5 2 1
                                    

Suasana mendung seolah menggambarkan perasaan gadis yang sedang terisak menatap tubuh yang dulu merawatnya perlahan masuk ke liang lahat.

Lany memegang erat tangan Daichi yang ada di sebelahnya. Sementara Marlin yang ada di sebelah kirinya sama terisak nya. Gadis itu menyesal akan sesuatu.

Air mata Lany mengalir deras mengingat ayah nya tak hadir di pemakaman ibu nya. Kemana pria itu saat sang istri sekarat?

Lany teringat perkataan Marlin dan tante nya saat di rumah tadi sebelum memakamkan ibu nya.

"Ibu kamu ditabrak lari, gak ada saksi dan bukti seolah sudah direncanakan, " Ujar adik ibu nya itu.

"Kemarin sempat dibawa ke rumah sakit, tapi kata dokter ibu juga mengidap penyakit gegar otak, kondisi ibu tambah parah karena gak pernah minum obat yang dikasih,dan ditambah benturan kecelakaan itu, " Jelas Marlinda.

"Ayah dimana kak? " Tanya Lany.

"Kakak juga gak tau, ibu cuma bilang kalau mereka udah cerai sejak kita ke kota waktu kakak tanya kemana ayah satu tahun lalu. "

Dan saat itulah dunia Lany hancur. Bagaimana dia tidak tau kondisi ibunya? Hubungan kedua orang tuanya? Sudah hampir tiga tahun ia dan kakak nya di kota, itu artinya sudah selama itukah mereka berpisah? Kenapa ibunya tidak bercerita? Pantas saja saat hari raya, Nanda melarang Lany dan Marlin pulang kampung.

Beberapa saat kemudian sanak saudara dan tetangga yang menghadiri pemakaman ibu Lany sudah pulang. Lany, Daichi dan Marlin masih berdiri di depan gundukan tempat terakhir ibu Lany.

"Dek, ikhlasin Ibu ya, ayo pulang. Sebentar lagi hujan, " Ajak Marlin. Berusaha tegar menutup kesedihan yang juga melanda hatinya. Ia ingin kuat demi Lany. Jika bukan dia, siapa lagi?

"Ke kenapa? Kenapa secepat ini kak? "

"Apa Ibu terlalu capek jadi Ibu Lany?"

"Apa dosa Lany sebesar itu sampai sampai Ibu ninggalin Lany? "

"Lany emang anak durhaka!"

"Lany mau ikut Ibu aja kak, Lany mau temenin Ibu disini. Lany mau jadi anak yang berbakti. "Ujar Lany serak. Tak ada air mata yang mengalir. Matanya sudah lelah dan kehabisan air.

" Lany! Kamu ngomong apasih? Jangan kayak gini! Ikhlaskan Ibu, biar Ibu tenang di sana. Kalau kamu sayang Ibu kita do'ain Ibu dari sini. "Ujar Marlinda.

" Iya Lan, lo jangan kek gini. Kalo lo sedih Ibu lo juga pasti sedih liat anaknya gak ikhlasin dia, "Ujar Daichi mengusap bahu Lany yang terduduk didepan makan Nanda.

" Lany, dengerin kakak ya! Gak ada yang bertahan di dunia ini, cepat atau lambat semua akan pulang ke yang kuasa. Kakak, kamu Daichi semuanya tinggal nunggu giliran dijemput. Sedih boleh, tapi jangan berlarut, gak baik buat fsikis kamu."

"Ayo pulang," Ujar Marlin tegas membantu Lany berdiri. Gadis itu masih diam, menatap kosong ke depan.

-LFA-

Ketiga gadis berpakaian putih itu keluar dari taksi yang baru saja berhenti tepat didepan rumah sederhana berpagar kayu.

Mereka yang ingin masuk lewat pagar, berhenti saat beberapa pria berjaket hitam keluar dari rumah Lany.

"Kak, siapa? " Tanya Lany pelan menatap kakaknya. Marlin menggeleng.

Salah satu pria di sana berjalan mendekati mereka. Wajah pria berumur itu datar dan sangar membuat ketiga gadis di depannya bertanya tanya siapa gerangan dirinya.

"Ada apa ya Pak? "

"Benar ini dengan kediaman Afratama Mulyatomo? " Tanya nya dengan suara berat.

"I iya, benar. Ada urusan apa ya Pak? " Tanya Marlin. Gadis itu memiliki firasat buruk.

"Kami dari pihak kepolisian jakarta sedang mencari Bapak Afratama yang diduga pelaku pembunuhan istri sirih nya, beliau sudah di buron sejak sebulan yang lalu melarikan diri setelah menewaskan korban bernama Trisania Michael." Jelas pria itu.

"Ap apa? " Lany dan Marlin terkejut tak percaya dengan perkataan pria yang mengaku polisi itu.

"Apa kalian anak nya? Dan bisa saya minta waktunya untuk menanyakan terakhir kali kalian melihat Afratama? "Tanya Bapak itu.

Marlin menatap adiknya sejenak. Ia menghembuskan napas pasrah. " Bisa Pak. "

Lalu mereka semua dibawa ke kantor polisi daerah kota Lany dengan mobil. Musibah apa lagi ini? Baru saja ibunya tenang, dan sekarang kabar ayah nya yang menjadi pembunuh? Ia bahkan tak tau kapan ayahnya itu menikah lagi.

Kenapa semua ini rumit untuk dimengerti?

-LFA-

Seorang lelaki keluar dari ruangan yang gelap dan penuh dengan perabotan bekas. Ia masuk kedalam mobil nya yang sudah ada sopir di kursi kemudi.

Mobil berjalan melewati hutan dan jalan berbatuan yang gelap dan sunyi. Sedikit bangunan rumah yang terlintas. Deringan ponsel mengalihkan tatapan tajam lelaki itu.

Ia mengambil ponsel nya lalu menekan tombol hijau saat melihat siapa penelpon.

"Anak² laki laki itu udah diamankan,"

"Bagus! Tunggu saya yang atasi selanjutnya, "

"Baiklah, saya tunggu transferan nya. "

"Hmm, "

Tuttt

Sambungan dimatikannya sepihak. Seringaian tajam dari bibir tipis itu terlihat menyeramkan dimata sangat sopir.

Siapa pun yang memulai permainan dengan ku maka saat itu juga aku yang mengakhiri nya dengan tuntas

-LFA-

Partnya pendek ehehe

Love For AdmirersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang