"Ekhem nama saya Zendra Albyansyah. "Ujar Bian cepat.
Lany diam mematung. Marlin melotot menatap Bian. Dan Daichi menatap kosong meja didepannya. Sementara Bian masih memasang wajah datar.
" A.. A.. Apa? "Tanya mereka bertiga serentak kepada Bian.
Oke, ini makin rumit.
" Iya, saya Zendra Albyansyah. Tapi, saya Bian. "Ujar Bian." Ha? "Ujar mereka masih bingung dengan perkataan Bian.
Bian menghela nafas panjang. " Saya Bian sekaligus Zen. "Ucap Bian pelan.
" What? "Daichi berteriak tak percaya.
" Zendra Albyansyah, yaitu saya. Mempunyai kepribadian ganda. Sejak umur saya delapan tahun, Zen sudah menjadi bagian dari diri saya. Berbagai cara sudah saya coba untuk membuat Zen pergi, tapi tetap tidak bisa. Disaat saat tertentu saya akan menjadi Zen begitu pula sebaliknya. "Jelas Bian.
Lany, Marlin dan Daichi terbengong ditempat mereka duduk. Benarkah?
" Dan... Ya, setiap yang dilakukan Zen saya akan ingat. Salah satunya yaitu Zen yang suka sama kamu. "Bian menatap Lany.
" Tapi, Zen tidak akan tau ataupun ingat apa yang saya lakukan, dia hanya bisa mengingat apa yang terakhir dia perbuat di diri saya. "
"Terserah kalian mau percaya atau tidak. Saya sudah mengatakan yang sebenarnya. Dan masalah saya yang mengetahui kalian diculik itu ada sangkut pautnya dengan Zen yang berusaha melindungi Melany. " Ujar Bian lagi.
Lany ingat saat beberapa waktu lalu Zen yang menghilang. Zen yang tak menjaganya. Jadi ini alasannya? Entah kenapa hati Lany sedikit kecewa, kecewa lantaran yang menyukainya hanya salah satu dari kepribadian orang, bukan seorang cowok utuh.
Dan pantas saja, ia merasa tidak asing atau pernah melihat Bian. Seperti mata mereka yang sama, juga postur tubuh. Yang membedakan hanya gaya bicara dan tingkah laku mereka. Zen yang sedikit kasar, dan Bian yang lembut tapi kaku.
"Kenapa tiba-tiba Zen bisa muncul? Apa ga ada alasan kenapa adanya kepribadian Zen? " Pertanyaan itu terlontar dari Marlin. Bian terdiam. Matanya menyiratkan sebuah luka masalalu.
"Saya belum tau pasti alasannya sampai sekarang. " Jawab Bian pelan.
"Ehmm jadi mas nya juga ingat dong setiap perlakuan Zen ke aku? " Tanya Lany Hati-hati. Bian menarik sudut bibir nya.
"Ya, tentu saja seperti ucapan saya tadi. Bahkan saya ingat dengan jelas bagaimana Zen menghabiskan gaji pertama saya untuk membeli kalung berlian buat kamu. " Ujar Bian. Lany meringis malu, ia menatap Marlin yang juga menatapnya.
"Maaf ya mas, nanti kapan kapan saya balikkan kalungnya. Masih ada kok saya simpan di lemari kontrakan, bahkan belum dipake sama adik saya. Ya kan Lan? " Ujar Marlin. Lany mengangguk. Sedangkan Daichi diam, ia baru merasa jatuh hati sekaligus patah hati.
"Tidak perlu, saya ikhlas jika itu untuk Melany. Saya pikir Zen tidak salah memilih perempuan. " Ujar Bian tersenyum tulus. Untuk kedua kali,ketiga gadis didepannya dibuat cengo. Dan itu cukup membuat jantung seorang Melany berdegup kencang. Lany baper cihaa.
-LFA-
Sinar langit pagi dengan udara sejuk yang masuk lewat ventilasi mengganggu tidur Lany. Gadis itu mengucek pelan matanya. Tubuhnya merasakan suhu ruangan yang sangat dingin ditambah udara subuh yang masuk.
Lany menoleh kesamping kiri yang terdapat kakak dan juga sahabatnya. Mereka tidur saling berpelukan dengan selimut yang melilit keduanya. Pantas saja Lany kedinginan, ia tak kebagian selimut!

KAMU SEDANG MEMBACA
Love For Admirers
Teen FictionMelany Afrananda. Gadis biasa dengan wajah lugu nan memesona. Kehidupan sederhana yang awalnya tentram kini menjadi tidak tenang sejak datangnya seorang lelaki yang mengaku pengagum nya sejak lama. Lelaki yang selalu mengirimkan SMS,dan mengawasiny...