-Part 28-

127 41 10
                                    

He Is Caligynephobia

##

Badai memijit pelipisnya semakin kuat, kepalanya pusing melihat keadaan ruang TV yang penuh sesak. Penuh gelak tawa, teriakan, dan juga umpatan. Rumahnya malam ini dikuasai oleh tiga makhluk yang datang tanpa undangan. Laz, Samudera, dan untuk pertama kalinya Seroja ada di tengah-tengah mereka.

Ingin rasanya Badai keluar sebentar untuk menghirup udara segar, tapi ia segera mengenyahkan hal itu mengingat mungkin saja rumahnya tak akan utuh lagi jika membiarkan tiga manusia itu tetap berada di dalamnya.

Waktu sudah berlalu hampir satu jam lebih, sedangkan mereka belum memulai pembicaraan berguna sama sekali. Samudera sialan itu menularkan virus gilanya pada Seroja dan Laz sehingga mereka mendadak amnesia tentang alasan mereka berkumpul malam ini. Badai terpaksa kaku di tempatnya, keputusan membawa Seroja berkumpul ternyata memang bukan hal yang tepat. Tak dapat terhitung lagi berapa kali Badai menyeka keringat dingin di pelipisnya.

Badai memperhatikan satu persatu orang-orang yang punya cerita mendadak saat menjadi temannya. Mulai dari Laz yang duduk bersamanya di atas sofa. Gaya freak yang norak itu tetap menjadi ciri khas Laz. Laki-laki itu mulai lebih banyak terkekeh, tidak lagi sekaku saat mereka pertama mengenal. Bahkan hingga sejauh itu, Badai masih terus penasaran pada sosok Laz yang menurutnya penuh misteri.

Beralih pada Samudera yang sedang berbaring di karpet bulu dengan bantal guling milik Badai di bawah kepalanya. Badai berdecak dalam hati, Samudera seenaknya saja. Bantal guling itu seharusnya tak boleh dijamah oleh pihak manapun selain Badai, tapi Samudera tetap memaksa ingin mengambilnya. Bahkan mereka saling berteriak saat perang sengit berebut bantal guling terjadi. Pada akhirnya Badai terpaksa menyerah karena Samudera memang kepala batu.

Mengingat bagaimana mereka bertemu, Badai terus merasa cemas untuk Samudera entah karena apa, Samudera yang ia kenal di minimarket sama sekali berbeda dengan Samudera yang sekarang berbaring santai. Awalnya, Badai selalu suka mendengar tawa Samudera yang renyah dan menular. Namun, semakin ia mengenal sosok itu, ia perlahan paham bahwa Samudera lebih pintar berpura-pura. Badai terus merasa cemas, ingin rasanya berteriak menyuruh Samudera berbagi cerita.

Hingga ia sadar, pada dasarnya mereka bertiga sama saja, pintar berpura-pura hanya untuk membuat orang lain percaya bahwa mereka baik-baik saja.

Badai kini beralih pada Seroja yang duduk di samping Samudera sambil memeluk toples wafer dengan posesif, takut makanan itu dicuri Samudera lagi.

Sejenak laki-laki itu mengalihkan netranya ke langit-langit, pertemuannya dengan Seroja sama halnya dengan dua sahabatnya. Tidak berakhir baik. Ia seharusnya tidak terlibat sejauh ini, tapi rasanya ia tak ingin mundur lagi. Sudah cukup lama ia menjadi pecundang untuk dirinya sendiri. Tidak pernah berhasil melawan phobianya, padahal sudah cukup lama ia menderita.

Badai pikir, mungkin memang sudah saatnya ia mencoba lebih ekstrim, meski masih harus menjaga jarak dengan perempuan, tapi Badai mencoba perlahan-lahan. Entah akan membaik nantinya atau malah semakin buruk.

Suara pintu dibuka dan ditutup kembali membuyarkan lamunan Badai.

"Malam, guys." Sapaan ringan itu berasal dari Gara yang berdiri santai sambil berkacak pinggang.

Berbeda dengan respons Badai yang hanya bergumam, gerak refleks ketiga temannya membuat Badai heran.

Laz yang semula duduk bersamanya di atas sofa mendadak telah berpindah ke karpet bulu di bawahnya, sedangkan Seroja yang tadinya menguasai toples wafer seorang diri kini meletakkannya kembali dengan gerakan cepat lalu menghapus sudut bibirnya yang tersisa remahan. Satu-satunya orang yang paling aneh di antara mereka--Samudera--langsung bangkit dari posisi berbaringnya sambil tersenyum lebar dan melangkah riang pada Gara.

He Is CaligynephobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang