-Part 15-

130 44 9
                                    

He Is Caligynephobia

##

Malam sudah larut, Badai hendak tidur saat tiba-tiba angin berembus kencang menerbangkan gorden putih tipis di dalam kamarnya, refleks Badai bangkit dengan mata mencari-cari apa gerangan yang barusan terjadi. Hatinya ketar-ketir, takut sesuatu yang tak diinginkan muncul.

Dan alangkah kesalnya saat ia malah menemukan sosok Rin yang tengah menggerutu, duduk di atas lemari dengan kaki terayun-ayun. Badai berdecak, kembali ke atas tempat tidur dan berselimut menenggelamkan kepalanya.

"Ih Badai! Lo kok malah tidur sih?!" pekik Rin. Badai sedang malas menanggapi, hujan di luar sana membuat kantuknya semakin menjadi. Kasur begitu nyaman malam ini.

Rin mulai berceramah, entahlah, Badai heran mengapa ada hantu sebawel Rin. Samar-samar Badai masih bisa mendengarkan apa yang dikatakan Rin. Ia menjelaskan bahwa barusan ia menemani Joanne membuat PR, dan hal itu sangat disesalinya karena ia tak sempat mengunjungi rumah Badai yang ternyata sedang ramai cogannya.

Ingin sekali Rin kabur tapi ia sudah berjanji pada Joanne untuk menemani membuat tugas karena jika sendirian dipastikan tugasnya tak akan pernah selesai.

Di ambang kesadarannya, long term memory Badai masih sanggup menyimpan informasi bahwasanya Joanne atau yang lebih sering dipanggil Jojo oleh Rin adalah adik perempuannya Seroja yang ternyata baru satu tahun terakhir ini mendapat penglihatan.

Dan setelah itu, ia benar-benar terlelap, matanya mulai lengket, dan alam mimpinya mulai aktif.

##

"Nggak mau, Gara! Gue nggak mau!!!" Badai tidak menyerah, ia mempertahankan posisinya di balik selimut dengan sekuat tenaga meski Gara terus mencoba menarik tangannya agar ia bangkit.

"Bangun woy! Lo nggak ngehargain usaha gue ini namanya, kapan lagi coba seorang Gara yang tampan ini ngajakin jalan-jalan weekend. Ayo Badai bangun!!!"

Oke, rumah itu rusuh hari ini. Gara benar-benar ingin mengacaukan hari libur Badai.

"Gue mager!" seru Badai lagi, semakin menenggelamkan wajahnya ke dalam selimut.

"Nggak terima penolakan, gue tunggu sepuluh menit, kalo belum siap juga, gue suruh Seroja yang bangunin!"

"What?!" pekik Badai seraya membuka selimutnya, menatap kepergian Gara dengan raut jengkel setengah mati. Bagaimana bisa Gara mengancam dengan hal semengerikan itu. Seroja mengerikan. Oke, mungkin hanya untuk Badai.

Dua menit berlalu, Badai menghabiskan waktu itu hanya untuk menggerutu, memaki, dan menyumpahserapahi Gara. Sedangkan Gara duduk tenang menyesap kopi panas di ruang tv ditemani siaran gosip pagi. Ia melirik arlojinya.

"Enam menit lagi!" teriak Gara. Sudut bibirnya terangkat. Ini ide Dion sebenarnya, pria itu yang menyarankan agar mereka setidaknya punya family time. Entahlah, Gara sedikit terkekeh menyebut family time. Bahkan mereka tak terlihat semacam keluarga pada umumnya.

Di dalam kamarnya, Badai menatap kesal pada jam dinding yang seharusnya tak punya dosa apa-apa. Lima menit lagi. Baiklah, Gara memang berniat membunuhnya jika pria itu benar-benar membawa Seroja ke rumah.

Dah hei! Darimana Gara tahu titik lemahnya. Kacau, Badai sepertinya harus meminta penjelasan.

Badai mengambil bantalnya, melempar dengan kesal ke dinding kamar saat teriakan Gara yang kedua kalinya terdengar. Mengingatkan Badai bahwa waktunya hanya tersisa lima menit lagi.

He Is CaligynephobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang