Chapter 2 - Part 8

1K 29 3
                                    

Saya ucapkan terimakasih kepada Awang Khairullah dan Aris Revaldy yang telah membantu saya menerjemah parti ini.

Translator: Sai Kuze

Ainz membuka pintu es berbalut gaya chateau layaknya pintu di istana suatu dongeng. Sama seperti sebelumnya, hawa dingin berhembus keluar dari dalam, namun Ainz, sebagai undead dengan kekebalan mutlak dari temperatur dingin, tidak terganggu akan hal tersebut.

Ainz berjalan sendirian melewati koridor menyeramkan. Selain memeriksa lubang di langit-langit sembari dirinya berjalan, dia melangkah tanpa henti menuju pintu yang berdiri sebagai pusat *mural raksasa yang membentang keseluruhan dinding.
(TLer: lukisan dinding)

Sama seperti sebelumnya, plester pada titik-titik tertentu mural sudah terjatuh. Itu terlihat sangat menyedihkan.

Pintu didorong dengan satu dorongan dan perlahan terbuka, ketiga penghuni ruangan berdiri untuk menyambut Ainz.

Pemilik ruangan, Nigredo.

Maid berkepala anjing, Pestonia.

Dan yang terakhir dari trio tersebut, yaitu Sebas.


"Selamat datang, Ainz-sama."

Dengan pemilik ruangan, undangan Nigredo, Ainz mendekati meja tempat mereka duduk.

Terakhir kali dia berada di ruangan ini, yang dia dapatkan hanyalah sebuah *buaian. Kali ini buaiannya tidak terlihat, hanya sebuah meja dan empat kursi.
(TLer: jaring buat tidur2 di pantai, yg harus di iket ke 2 pohon)

Kursi itu mungkin diambil dari ruangan lain di Frozen Prison. Sebagai catatan, Nigredo hanya Area Guardian dari bagian atas tanah Frozen Prison, Neuronist merupakan Area Guardian untuk bagian bawah tanah
(TLer: maksudnya di Frozen Prison, wilayah Nigredo di permukaan sedangkan Neuronist di bagian bawah atau bawah tanah)

Setelah Ainz duduk, Pestonia segera menyiapkan teh. Uap yang keluar dari cangkir di depannya membawa aroma teh hitam yang ada di dalamnya. Sebas mengeluarkan beberapa biskuit pada saat yang bersamaan.

Tentu saja, Ainz tidak bisa mengkonsumsi apa pun dengan kondisi tubuhnya, tetapi dia dengan senang hati menerima keramahan mereka. Setelah itu, Ainz memerintahkan mereka bertiga yang masih berdiri untuk duduk.

Biskuit yang diberikan pada Ainz sama sekali tidak mewah, hanya dibungkus kotak biasa. Itu bisa dikatakan pemandangan langka di Nazarick.

Apakah ini eksperimen seseorang? Ainz memandang ke arah Sebas dan bertanya tentang itu melalui tatapannya sendiri, menyuruh Sebas untuk menjawab,


"Itu bukan dari Nazarick, tetapi barang-barang yang saya bawa dari E-Rantel. Karena banyaknya bahan-bahan segar dan murah yang dibawa ke kota, budaya makanan perlahan berkembang di sana. Biskuit ini merupakan salah satu makanan yang sedang dikembangkan. Ada yang pernah mengatakan, sebelumnya biskuit itu lebih keras, tetapi saat ini sudah cukup lembut."

"Saya sudah pernah mencicipinya, kualitas rasanya sudah di tingkap dapat diterima sebagai camilan, woff."

"Hmmm."

Ainz mengambil biskuit dan menggigitnya. Memang, itu tidak sekeras yang dia harapkan.

Biskuit itu patah menjadi dua ketika Ainz menangkap remah-remah dari bagian dalam rongga rahangnya dan meletakkan serpihannya di sebelah cangkir teh hitam.

Dia bisa mengetahui tekstur biskuitnya, tetapi tidak dengan rasanya, sungguh mengecewakan tubuh ini.

Akan tetapi, dari sudut pandang Ainz sama sekali tidak demikian. Itu secara khusus dikarenakan kenyataan bahwa tubuh ini tidak mempunyai libido, nafsu makan, dan membutuhkan tidur, berkat itu dirinya bisa berhasil dalam perannya sebagai penguasa Nazarick.

{LN} OVERLORD [Volume 14] - The Witch of the Falling Kingdom Bahasa IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang