Epilog - Part 2

1.5K 33 17
                                    

"Aku tidak melakukan kesalahan apapun."

Philip mengulangi frasa yang sama yang telah diulanginya beberapa kali sepanjang minggu ini.

Memang, tindakannya jelas tidak memicu perang. Ini semua strategi yang dijalankan Sorcerous Kingdom. Jika dia memikirkannya seperti itu, semua pada akhirnya akan masuk akal.

Dia dieksploitasi.

Ada kemungkinan jika alasan mengapa wilayahnya tidak menghasilkan panen yang melimpah dan mengapa usulannya sepertinya tidak pernah ditanggapi itu semua karena skema jahat Sorcerous Kingdom.

{Mereka pasti telah menyuap orang-orang itu atau menyebarkan hal buruk tentangku. Aku tahu mereka merencanakan sesuatu padaku. Tentu saja, pasti begitu!}

Philip turun dari tempat tidur dan mengulurkan tangannya ke meja. Dia mengambil botol di atasnya dan mengaduknya, tetapi dia tahu dari beratnya saja jika itu sudah tak terisi air.

"Pfff"

Philip mendecakkan lidahnya dan melihat sekeliling ruangannya.

Botol-botol kosong minumam keras berserakan di lantai. Meskipun ruangan itu mungkin dipenuhi dengan aroma alkohol yang menyengat, hidung Philip sudah lama beradaptasi sehingga dia tidak akan bisa membedakannya.

Dia secara acak memilih botol dari lantai dan menempelkannya ke bibirnya, tetapi tidak satu tetes pun menetes ke tenggorokannya.

"Sialan!"

Dia melemparkan botolnya.

Mendengar suara botol pecah, dia menjadi semakin frustrasi.

"Oy! Minuman kerasku habis!"

Bahkan jika dia berteriak, tidak ada yang akan memberinya alkohol lagi. Biasanya akan ada pelayan - orang-orang Hilma - yang siaga di ruangan ini, tetapi saat ini setelah dipikir-pikir, dia merasa seperti sudah lama tidak melihatnya.

"Bawalah lebih banyak minuman keras!"

Dia berteriak sekali lagi.

Tubuhnya bergoyang-goyang. 'Oww' dia tak seimbang ketika menopang tubuhnya sendiri di tempat tidur. Daripada kemabukannya, tubuhnya mungkin lebih tak bertenaga karena sudah beberapa hari dirinya tak meninggalkan ruangan ini.

Philip berjalan perlahan menuju pintu.

"Oy! Di mana semua orang!?"

Dia berteriak sembari menendang pintu dengan sekuat tenaga. Dirinya tidak menggunakan tinjunya karena takut itu bisa menyakitkan.

Tidak ada respon. Dia mendecakkan lidahnya, membuka pintu, dan berteriak dengan seluruh tenaganya sekali lagi.

"Kalian semua tuli! Kubilang minuman kerasku habis! Bawakan lagi!"

Masih tidak ada jawaban.

Philip dengan marah meninggalkan ruangan.

Mansion itu sunyi.

Ayahnya dan keluarga kakak laki-lakinya semuanya pindah ke tempat lain karena Philip ingin memanfaatkan mansion utama. Hanya pelayan yang tetap di sini selain dirinya.

Sementara bangunan itu merupakan mansion bangsawan, mansion itu hanya setara dengan gelar baron saja. Dia bisa dengan mudah mencapai ruang makan dari ruangannya sendiri.

{LN} OVERLORD [Volume 14] - The Witch of the Falling Kingdom Bahasa IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang