Ketakutan Calista pun terjadi. Bhanu membawanya pergi entah kemana.
Sepanjang perjalanan, keduanya sama-sama diam. Calista dengan kekalutannya dan Bhanu yang berusaha meredam emosinya.
Jika keadaan hubungan keduanya baik-baik saja, mungkin sekarang Calista sudah memukul lengan Bhanu karena menyetir terlalu ugal-ugalan.
Sayangnya tidak, maka Calista hanya bisa berdoa dalam hati sambil memegang seatbelt erat. Semoga saja mereka selamat.
Setelah perjalanan panjang yang menyisakan tanda tanya besar pada benak Calista mengenai dimana keduanya sekarang, mobil itu rupanya berbelok dan masuk ke pekarangan sebuah rumah yang terlihat kosong.
"Turun" suara dinginnya yang mencekam akhirnya menyapa telinga Calista dan membuat sekujur tubuhnya merinding.
Karena terlalu takut, Calista sampai tidak berani mengamati keadaan sekitar dan langsung menuruti perintah Bhanu.
Setelah keduanya turun, Bhanu justru berjalan menuju taman rumah itu dan memilih duduk di kursi kayu menghadap kolam yang tidak terisi air.
Calista pun menyusul dan ikut duduk di sebelah Bhanu meski ia memberikan jarak.
Calista menggigit bibirnya, kedua tangannya berkeringat dingin tanpa sebab. Menunggu Bhanu memecah kebungkamannya.
Bhanu pun menghela nafas panjang, merasa lelah karena apa yang terjadi hari ini. Amarah begitu menguasainya hingga ia tidak bisa berpikir jernih dan justru membawa Calista ke rumah lamanya, tempat tinggalnya sebelum dia pindah karena papanya meninggal dunia.
"Nu" Calista memberanikan diri membuka suara terlebih dahulu.
Bhanu tidak bergeming, sesekali ia memejamkan mata, lalu membukanya dan menatap kosong ke depan.
"Aku kasih kamu waktu tujuh menit buat jelasin semuanya" ucapnya pada akhirnya.
Itu penjelasan atau kultum, sih?
Tapi jujur saja Calista merasa lega dan tidak akan membuang kesempatannya.
"Nu..." panggilnya.
"Kamu tau ngga? Beberapa hari ini, hariku rasanya mendung. Kamu tau karena apa? Karena aku bener-bener kehilangan kamu dan segala kebucinan kamu" Calista memberanikan diri mendekat, menggenggam tangan Bhanu yang sedari tadi mengepal.
Bohong jika Bhanu tidak terpengaruh. Meski masih tidak mau menatap Calista, tetapi pertahanannya mulai goyah. Yah... anggap saja Bhanu memang selemah itu jika berhubungan dengan Calista.
"Aku tau, aku bodoh karena ngga percaya sama ucapan kamu soal Kak Ardian. Aku ngga nyangka kalo dia beneran suka sama aku. Jujur selama beberapa hari ini aku udah menghindar dari dia, bahkan sebelum ada kejadian tadi, aku sempat menghindar tapi Kak Ardian nekat cegah aku dan berakhir dia nyatain perasaannya"
Kali ini Calista menyandarkan kepalanya pada bahu Bhanu. Ia sudah masa bodoh dengan apa yang akan Bhanu katakan, sekalipun pemuda itu marah, ia pun tidak keberatan. Baginya yang terpenting, Bhanu kembali padanya, kembali seperti semula. Bahkan persetan dengan anak-anak kampus yang akan menjadikan keduanya bahan gosip karena kejadian tadi siang.
Bhanu menoleh, kali ini menatap Calista tajam.
"Lalu gimana sama perasaan kamu setelah dengar pengakuan dia?"
Calista pun tidak gentar, karena memang ia sudah yakin dengan perasaannya. No more galau deh!
"Jujur aku kaget, karena selama ini aku cuma anggap dia teman, ngga lebih. Mungkin aku dulu emang pernah suka sama dia, tapi perasaan itu udah ngga ada lagi semenjak ada kamu. Mungkin tepatnya setelah ciuman kamu ke aku. Tiap ketemu dia udah ngga ada rasa apa-apa lagi, karena deg-deg annya pindah ke kamu semua"
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Kanebo dan Kecebong
FanfictionDianya kaku kek kanebo kering. Gue nya pecicilan kek kecebong sawah. Okefix, kita nggak cocok.