Bagian 1

1.7K 65 6
                                    

Entah kebetulan atau takdir, aku bersyukur dapat mencintaimu dalam waktu yang singkat ini. Bertemu denganmu, mengenalmu dan bersamamu adalah mimpi indah yang hadir dalam hidupku.
Sebelum kau hadir dalam hidupku, aku terus mencari cinta yang ku impikan hingga cinta membawaku padamu. Sebelum bertemu denganmu, kesepian adalah temanku sekalipun aku berada di keramaian. Apa yang tampak di depan kamera semuanya hanyalah fiksi kecuali saat kami pertama kali dipertemukan dalam sebuat film.
Kau adalah aktor yang luar biasa bahkan aku telah mengagumimu bertahun-tahun yang lalu.
**********************************

“ Yejin-ah sampai kapan kau akan teru melamun?” tanya lelaki yang baru saja memasuki rumah yang ku tinggali.

“ Oh Bin-si sejak kapan kau masuk kemari?” Bukannya menjawab pertanyaannya, aku justru bertanya balik padanya.

“ Kenapa kau selalu memanggilku Bin-si? Kita sedang tidak berada di depan kamera.” Rajuk Hyun Bin padaku. Benarkah ia lelaki yang selama ini kulihat di televisi? Bagaimana bisa lelaki yang selalu menunjukkan wajah cool saat di depan kamera bisa berubah begitu manis dan menggemaskan seperti Sophia ketika bersamaku. 

“ Lalu kau ingin aku memanggilmu apa? Aku sudah terbiasa dengan panggilan itu, lagipula aku menyukainya.” Jawabku jujur sambil kutatap wajahnya yang terlihat manis saat sedang merajuk.

“ Seharusnya kau memanggilku chagiya, ah tidak! Kau harusnya memanggilku yeobo.” Jawabnya Hyun Bin padaku.

“ Yeobo? Kau pikir aku istrimu?” Godaku padanya. Menggodanya sudah menjadi hobiku saat bersamanya, sangat menyenangkan bisa melihatnya bersemu merah.

“ Kita sudah bertunangan Yejin, tidak masalah kau memanggilku yeobo atau kita menikah saja sekarang? Bagaimana? Aku akan menelfon kedua orang tua kita.” Jawabnya dengan serius.  Sudah kubilang bukan jika lelaki disampingku yang terkenal pendiam dan pembawaanya yang tenang akan menunjukkan kekonyolannya ketika kami hanya berdua. Niat awalku hanya ingin menggodanya tapi semua berbalik dengan kata-katanya yang mulai melantur.

“ Bagaimana caranya kau akan menikahiku jika agensimu saja selalu membantah rumor tentang kita?” ejekku padanya. Sudah hampir tiga tahun kami menyembunyikan hubungan kami dari pubik. Jujur saja aku tidak suka kehidupanku harus disorot oleh media. Beberapa kali media korea membuat rumor jika aku berkencan dengan lawan mainku di drama namun dengan tegas aku selalu membantah rumor tersebut. Hal ini kulakukan untuk melindungi privasiku, aku ingin orang-orang fokus dengan prestasi yang kubuat bukan pada skandal. Kuakui aku pernah berpacaran dengan lawan mainku dan sampai hubungan kai berakhirpun aku tidak pernah mempublikasikannya di hadapan media.

“ Aku akan menghubungi agensiku untuk menyiapkan konferensi pers besok jika kau mau aku menikahimu sekarang.” Hyun Bin mengambil hpnya yang terletak di saku celananya bersiap menghubungi agensinya. Sebelum semuanya terlambat, segera ku ambil hp yang dipegangnya.

“ Jangan gila. Kau masih harus menyelesaikan syuting film barumu. Saat ini kita sedang di sorot banyak orang bukan hanya warga dan media korea tapi juga internasional. Aku tidak ingin kau mengacaukan film yang sudah sangat kau tunggu-tunggu.” Aku menahan keinginannya bukan karena aku tidak suka dengannya tapi aku khawatir akan respon publik nantinya, belum lagi aku tidak pernah terkena skandal kencan selama dua puluh tahun aku berkarir di dunia hiburan.

“ Yejin-ah aku benar-benar ingin menikahimu, memiliki anak yang sama seperti dirimu.” Jujurnya padaku. Kulihat kesungguhan dimatanya ketika ia mengatakan ingin menikahiku dan memiliki anak bersamaku. Aku tidak tahu harus merepon bagaimana. Aku juga ingin melakukan banyak hal bersamanya tapi aku belum siap jika aku harus meninggalkan dunia hiburan di saat karirku berada di puncak. Aku tahu Hyun Bin akan selalu mendukung apa yang kulakukan selama itu hal yang positif tapi setelah aku mengenalnya dan menjalin hubungan serius dengannya, aku ingin fokus pada keluarga kami nantinya saat kami telah menikah.

“ Jangan terlalu kau pikirkan, aku memang akan menikahimu tapi kau tenang saja aku akan menunggumu hingga kau siap hidup bersamaku.” Kedua tanganku digenggam olehnya ketika ia mengatakan akan menungguku sampai aku siap menikahinya.

“ Gomapta.” Kutatap matanya seraya kupeluk tubuhnya, kutenggelamkan kepalaku di dadanya yang bidang. Sangat nyaman berada dalam pelukannya, aku merasa seluruh bebanku hilang ketika ia dengan posesif memelukku dalam dekapan hangatnya.

To Be Continue

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang