Chapter 3

282 61 10
                                    

“Kalian mau kemana?”

Keesokan malamnya, nyonya Miyawaki melihat Sakura dan Eunbi tengah bersiap-siap pergi, sedang duduk di ruang tamu mengenakan sepatu masing-masing. Tuan Miyawaki menurunkan korannya dan bertukar lirik dengan Sakura.

“Kami ingin pergi menonton konser, Ahjumma,” sahut Eunbi, berdiri dari kursinya dengan tali sepatu telah terikat.

“Konser?”

“Ya. Day6 hari ini akan konser dan kami akan pergi menontonnya,” sambung Sakura, telah selesai dengan sepatunya.

“Oh. Kalau begitu, hati-hati di jalan, Sayang.”

Sakura mengangguk dan tersenyum. Ia mengecup pipi ibunya dan pamit, tanpa mengacuhkan keberadaan ayahnya di sana.

***

“Gomawo.” Eunbi meraih segelas soft drink dan camilan dari Sakura dan duduk di bangku panjang yang ada di atas bukit. Api unggun menyala dengan terang di hadapannya dan menyinari kulit wajahnya dengan cahaya jingga kemerah-merahan.

Sakura ikut duduk bergabung bersama Eunbi dan meneguk soft drink-nya.

“Hari ini sikapmu aneh sekali,” kata Eunbi, tanpa menatap Sakura.

“Aneh apanya?”

“Kau sepertinya belum bicara sepatah kata pun dengan ayahmu hari ini. Apa kalian bertengkar?”

Sakura diam saja.

Eunbi menyikut perut pemuda itu. “Ya, aku bertanya padamu!”

“Diamlah!” balasnya ketus. “Konsernya sudah dimulai.”

Alasan lain Sakura dan Eunbi bisa bersahabat adalah keduanya sama-sama menyukai Day6, band asal Korea. Sayangnya, mereka tidak pernah punya cukup uang untuk ikut bergabung bersama fans-fans Day6 lainnya di tempat konser, dan alhasil, mencari alternatif lain untuk menikmati penampilan band favorit mereka dengan menaiki salah satu bukit di belakang sebuah sekolah swasta di Seoul dan menonton keramaian itu dari ketinggian.

Ditengah lantunan lagu Letting Go dari Day6, Eunbi menggeser bokongnya, mendekat kearah Sakura dan menyikut lengan pemuda itu sekali lagi.

“Kudengar mereka akan mengadakan konser pada tanggal 14 Februari nanti. Menurutmu, bagaimana?”

Sakura mengangkat sebelah alisnya. “Apanya yang bagaimana?”

“Maksudku, bagaimana kalau kita datang lagi di hari Valentine untuk menonton mereka di sini?”

“Boleh-boleh saja.”

“Tapi kali ini tidak boleh nonton secara gratis lagi,” sungut Eunbi.

Sakura menyeringai. “Kau yang akan membeli tiketnya?”

Eunbi menggeleng dan tersenyum jahil. “Bukan. Tentu saja kau.”

“Aish! Aku sudah tahu hal seperti ini akan terjadi,” gerutu Sakura sambil memalingkan wajah.

“Ayolah, Sakura!” Eunbi mengguncang-guncang lengan pemuda itu dan mengerang manja. “Sekali ini saja kau mentraktirku nonton konser!”

“Baiklah, baiklah,” sahut Sakura lelah. “Kita akan menonton Day6 pada hari Valentine nanti.”

Eunbi menjerit girang dan menari-nari aneh di hadapan Sakura.

“Ya, duduklah! Kau mengganggu pandanganku!” Sakura membentak dengan keras, tapi Eunbi tidak menghiraukan dan terus menari-nari kegirangan.

***

Sakura menepikan motornya di depan sebuah gas station dengan tiba-tiba, membuat Eunbi tersentak kaget.

“Ada apa?”

“Aku ingin buang air kecil,” ringis Sakura. “Terlalu banyak minum soft drink. Kau tunggu di sini sebentar. Jaga motorku dan.. oh yah, tolong pegang ponselku sebentar.” Ia mengeluarkan ponselnya dari saku jeans dan memberinya pada Eunbi.

Eunbi mengangguk dan berteriak, “Jangan lama-lama, Sakura!”

Sakura berlari meninggalkannya dan balas berteriak, “Tidak akan!”

***

“Berhentilah menggodaku, duck yena !” ringis Hyewon di balik kemudinya. Ia mencoba menggapai-gapai ponselnya dari Yena yang duduk di sebelahnya, namun selalu gagal. Konsentrasinya bisa pecah kalau ia terlalu serius untuk merebut ponselnya dari Yena daripada mengemudi mobil.

“Ya, tidak usah pedulikan aku!” tawa Yena. “Aku hanya akan mengeceknya sebentar. Kau berkonsentrasi saja membawa mobil.”

Hyewon mendesah dan menyandarkan punggungnya. Ia menyerah. “Jangan mengotak-atiknya sembarangan!” katanya memperingatkan.

“Tidak,” sahut Yena kesal. “Kau ini cerewet sekali, sih. Seperti perempuan saja.”

Yena tidak benar-benar mengindahkan peringatan Hyewon. Ia membuka inbox ponsel Hyewon dan membaca beberapa pesan singkat yang masuk. Beberapa pesan singkat itu berasal dari ibunya dan kakak perempuan Hyewon. Yena beralih mengecek contact list Hyewon dan gelak tawanya meledak seketika.

“Ya, apa yang kau lakukan?” tanya Hyewon curiga.

“Kau tidak punya nomor ponsel seorang wanita di sini? Hanya ibu dan kakak perempuanmu?” tawa Yena, mengejek.

“Berikan ponselnya padaku, duck yena !”

Yena masih tertawa. “Kau ini homo atau apa, huh? Nomor ponsel wanita saja tidak punya!”

“Hentikan, Brengsek!”

Yena memicingkan matanya ke depan dan berseru, “Hyewon, cepat hentikan mobilmu di depan gas station itu!”

“Ada apa? Bensin mobilku masih penuh!”

“Tidak! Berhenti saja di sana! Di depan gadis itu!”

Hyewon memandang ke kejauhan dan melihat seorang gadis duduk di atas motor, sendirian dan sepertinya sedang menunggu seseorang. “Itu temanmu?”

“Ehm, iya!” sahut Yena bohong. “Cepat hentikan mobilmu.”

***

Eunbi mendongak saat sebuah mobil berwarna metal menepi tepat di hadapannya. Gadis itu merengutkan alis saat seorang pemuda berwajah jenaka menurunkan kaca jendela dan menjulurkan kepalanya keluar.

“Annyeong!” sapanya.

Eunbi mengangkat alis dan menyahut ragu, “Annyeonghasaeyo!”

Pemuda berwajah jenaka itu merebut ponsel milik Sakura dari tangan Eunbi dan mengetik sesuatu. Eunbi baru saja akan mengomelinya, namun ponsel itu sudah buru-buru dikembalikan. Eunbi membaca angka-angka yang ada di layar ponsel Sakura dengan atas nama Hyewon.

“Itu nomor ponsel temanku. Aku juga sudah menghubungi nomor ponsel temanku agar ia bisa menyimpan nomormu,” kata pemuda berwajah jenaka. “Jangan lupa menghubunginya malam ini yah, atau ia tidak akan bisa tidur karena terus merindukan suaramu.”

“duck yena , kau menyimpan nomorku di ponsel gadis itu?”

Eunbi melirik pemuda yang berada di balik kemudi mengomel. Tapi itu tidak berlangsung lama karena si pemuda berwajah jenaka itu segera menaikkan jendelanya dan beberapa saat kemudian, mobil itu langsung melaju pergi.

“Siapa mereka?”

Saat mobil itu menghilang di kejauhan, tahu-tahu Sakura sudah berdiri di samping Eunbi, telah selesai dengan ‘urusan’-nya.

Eunbi angkat bahu. “Aku juga tidak tahu.”

Sakura menatapnya aneh dan mengambil ponselnya dari tangan Eunbi. “Kajja!”






********

Jadi serius gue sebenarnya nyerah bikin kayak gini (kayak gak ada yang minat), pertama kali sih bikin work tapi gak tau cara promosinya gimana atau emang jumlah peminat baca fanfic eunsaku itu rata rata dikit kali ya (nahloh padahal di izone gue seneng banget sama couple ini). Jadi ini yang di rasain para workers wattpad yang cape cape bikin cerita tapi gak ada respon sama sekali) .

I Need SomebodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang