Chapter 8

229 41 19
                                    

“Apanya yang sinting? Bertemu dengan seorang psikiater itu kan normal, Sakura!” sahut Eunbi dari balik pintu kamar mandi.

“Ya, memang. Tapi normal untuk orang-orang yang sudah merasa pikirannya tidak waras!”

“Memangnya kau waras?”

“Brengsek!” Sakura bangkit dari tempat tidur dan menggedor pintu kamar mandi. “Keluar kau, biar kujitak kepalamu!”

“Tada~” Eunbi membuka pintu dan mengabaikan ancaman Sakura. Gadis itu keluar dengan dress selutut berwarna ungu di tubuhnya, berputar di hadapan Sakura dan mengibas rambutnya. “Bagaimana? Cantik, kan?”

Mata Sakura membelalak kejut, sejenak lupa akan kekesalannya pada Eunbi. Ini pertama kalinya ia melihat Eunbi berdandan se-feminine ini. “Wow!” serunya sambil tersenyum. “Kau terlihat—”

“Mepesona?”

“..menyedihkan,” sambung Sakura, dingin.

Senyum di wajah Eunbi luruh. “Apa?”

“Lihat! Dadamu kecil sekali..” kata Sakura menunjuk belahan dada pada dress yang dipakai Eunbi. “..tapi kau berpakaian seolah-olah kau punya sesuatu untuk kau tunjukkan. Benar-benar menyedihkan,” lanjutnya sambil geleng-geleng kepala.

Eunbi menyorot sinis kearah Sakura sambil menaikkan belahan dadanya. “Jika Hyewon di sini, ia pasti memujiku,” gumamnya.

Sakura mengedikkan bahu dan berpura-pura tak acuh. “Lagipula, sejak kapan kau senang mengenakan dress seperti itu?”

“Hyewon yang membelikan dress ini untukku,” sahut Eunbi yang kini menghilang lagi di balik pintu kamar mandi. “Ia bilang aku akan terlihat cantik jika lebih sering mengenakan pakaian seperti ini. Dan malam ini, ia bahkan ingin mengajakku pergi.”

“Apa?”

Eunbi tidak menjawab langsung. Ia keluar dulu dari kamar mandi, dengan berganti pakaian kaus oblong abu-abu dengan gambar gadis sedang mengisap rokok dan hot pants. “Kami akan pergi malam ini,” sahutnya sambil mengambil posisi di depan meja rias.

“Malam ini?” Sakura menautkan alis. “Tapi, bukankah kau ada rencana menginap di rumahku malam ini? Kau bilang ”

“Kalau begitu rencananya batal,” sela Eunbi. Ia mengikat rambut panjangnya dengan asal dan menoleh kearah Sakura. “Maaf yah?”

Sakura mendengus. Ia tahu Eunbi tidak benar-benar sedang meminta maaf dan menyesal hanya sekedar basa-basi atau justru bermaksud menggodanya. “Kau sepertinya semakin sering jalan bersamanya,” gumam Sakura sambil membolak-balik halaman majalah Day6 tanpa berniat akan benar-benar membacanya. “Aku bahkan lupa kapan terakhir kali kita pulang bersama karena kau semakin sering pulang bersamanya.”

Eunbi tertawa. “Kenapa? Kau juga ingin pulang bersama kami? Nanti akan kukatakan pada Hyewon.”

Sakura berpaling sebentar dari majalahnya untuk melirik Eunbi dan mendesah.

***

Baru beberapa menit berada di dalam mobil, Sakura sudah bosan setengah mati. Bokongnya bergerak-gerak gelisah di jok belakang. Ia merasa menjadi obat nyamuk di tengah-tengah sepasang laki-laki dan perempuan yang cekikikan di hadapannya. Bahkan keduanya seolah lupa kalau Sakura juga menjadi salah satu penumpang di mobil itu.

“Kau sekali-sekali harus mengunjungi kafe favoritku dan Sakura,” kata Eunbi pada Hyewon. “Makanan dan minumannya sangat enak. Dijamin kualitas bintang lima, tidak kalah dengan makanan dan minuman di restoran-restoran mewah yang ada di Gangnam. Benar, kan, Sakura?”

I Need SomebodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang